Kaka berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumah Sila. Sebentar-sebentar ia mengangkat lengan kiri hanya untuk melihat benda yang melingkar di sana. Berulang kali ia mendesah. Gila … sudah hampir 15 menit, dan belum ada yang keluar dari kamar tamu. Pikirannya berkecamuk. Mencoba menebak apa yang terjadi di dalam kamar tamu yang tidak bisa ia lihat. Bagaimana kalau keduanya bertindak terlalu jauh. Sebagai sahabat, ia tidak ingin Alle nerusak seorang gadis. “ Apa gue ketok aja ya pintunya ? ketok terus sampai mereka jengah, trus keluar.” Gumam Kaka sembari mengetuk pelipisnya sendiri dengan jari telunjuk. “ Tapi bagaimana kalau gue mendengar suara-suara aneh dari dalam sana ?” Kaka bergidik sendiri. “ Wah … ini benar-benar gila. Gue kayak nyamuk di sini. Gila … gue buang-buang waktu cuma