Dean dalam perjalanan menjemput Keira dan orang tuanya untuk datang ke rumahnya. Ia akan memperkenalkan Keira pada Rudi, ia yakin Ayahnya pasti akan menyukai Keira. Gadis cantik rapuh, tapi tegas dalam mengambil keputusan.
Mobil Dean sudah berada di area parkir hotel tempat orang tua Keira menginap. Ia pun segera menuju ke dalam hotel dan ternyata orang tua Keira bersama wanita yang membuatnya tertarik sudah berada di lobby hotel menunggunya dengan senyuman.
"Kita berangkat sekarang Dean?" tanya Arman.
"Iya Pa."
Dean mengulurkan tangannya ke arah Keira. Dengan kaku Keira menyambut uluran tangan Dean, ia merasa tak enak sendiri pada orang tuanya yang ikut tersenyum dengan perlakuan Dean padanya.
"Ga usah sok romantis," bisik Keira.
Dean hanya menanggapi bisikan Keira dengan kerlingan mata. Ia suka sekali mengganggu Keira yang terlihat kesal saat Dean semakin menggodanya.
Arman dan Rosanna terkagum - kagum saat melihat rumah Dean yang tampak mewah begitu juga dengan Keira. Ia memang sudah menduga kalau Dean seorang pria kaya raya dan pastinya flamboyan terlihat dari sikap juga gaya Dean sering menggodanya.
Rudi menyambut kedatangan calon besan dan menantunya dengan bahagia. Akhirnya putranya akan segera menikah, ia tidak memperdulikan status sosial dan ekonomi keluarga calon menantunya. Toh, ia sendiri dulu juga sama tidak memiliki harta yang berlimpah sebelum Dean sukses menjadi seorang pengacara.
"Jadi Pak Arman suka memancing?" tanya Rudi saat mereka berbincang - bincang.
"Iya Pak Rudi. Rasanya melewati masa tua dengan memancing itu menjadi menenangkan pikiran," ujar Arman.
"Aku juga suka memancing. Sayangnya tidak punya teman hanya si Doni tuh yang menemani sedangkan Dean sibuk sama kerjanya. Boleh nih kapan - kapan kita mancing Pak Arman."
"Tentu saja Pak Rudi. Aku akan sangat senang sekali bisa memancing bersama keluarga sendiri."
Perbincangan Rudi dan Arman pun saling sahut menyahut tentang dunia pemancingan. Membuat Keira terheran - heran, ia malah menjadi khawatir kalau orang tuanya dan Dean semakin dekat bisa membuatnya sulit untuk bercerai bila masa kontrak pernikahannya berakhir.
Dean memberikan kode pada Keira untuk berbicara berdua di taman belakang rumahnya. Ia ingin Keira mengerti tentang maksud dan tujuannya menikahi gadis tersebut. Sekarang mereka sudah berada di taman hanya berdua.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Keira.
"Kamu memang suka sekali berbicara tanpa basa - basi sih, Kei," ucap Dean sambil mengedipkan matanya.
"Aku malas berbasi - basi yang ga penting. Kita bicara pada intinya saja."
Balasan perkataan Keira membuat Dean tersenyum. Bukannya mendapatkan balasan seperti wanita lain yang selalu berharap bahkan mengiba - iba minta dinikahi malah Keira merespon dengan dingin. Gadis yang susah untuk ditaklukkan.
"Kamu lihat kedekatan orang tua kita," ujar Dean.
"Iya dan itu bisa menjadi masalah untuk pernikahan kita."
"Pintar sekali. Aku suka kamu selalu tanggap dengan situasi ini."
Keira menyunggingkan bibirnya. Baru kali ini dia mendapatkan pujian dari seorang pria, Cristo selalu mengatakan tentang sebaliknya tentang dirinya. Tapi malah Dean berkata yang berbeda.
"Lalu bagaimana dengan solusinya," ucap Keira.
"Biarlah orang tua kita dekat. Aku ingin pernikahan kita terlihat sempurna."
"Sempurna ... sempurna yang ada malah kacau Dean. Semakin orang tua kita dekat malah semakin menambah masalah. Bayangkan bagaiman kecewanya mereka kalau tau tentang pernikahan kontrak kita."
Wajah Keira tampak putus asa. Dean mengerti hal tersebut, tapi apakah salah jika Ayahnya merasa lebih dekat dengan Papa Keira. Dia tahu Rudi selalu kesepian saat dia sibuk meniti karir sebagai pengacara di Miami, Florida, Amerika Serikat.
Rasa dendam dan amarahnya akibat kemiskinan hingga dia dihina oleh Ibu Kandungnya sendiri membuat Dean harus bisa sukses dan membahagiakan orang tuanya yang hanya tinggal Rudi. Melihat Rudi tertawa berbincang - bincang dengan Arman seakan menyadarkan Dean kalau Rudi kesepian.
"Kei, kamu tau dulu aku dan Ayahku sangat susah. Bahkan untuk membeli beras Ayah sampai harus berhutang ke sana kemari."
Keira terkejut mendengar perkataan Dean. Melihat kesuksesan Dean sekarang rasanya tidak mungkin dia dari keluarga tidak berkecukupan. Tidak mudah untuk bisa kuliah dan bekerja sebagai lawyer di Amerika.
"Jangan menunjukkan ekspersi terkejut begitu dong. Aku hanya ingin mengatakan yang sejujurnya sama kamu kalau aku bukan berasal dari keluarga kaya raya seperti orang lain. Aku kuliah, bekerja siang malam demi keinginanku untuk bangkit dari kemiskinan."
Keira menggelengkan kepalanya. Bukan seperti maksudnya, dia hanya tidak percaya kalau Dean orang yang tidak berkecukupan. Wajah Dean seperti orang blasteran membuat pria tersebut walau miskin pun tetap terlihat kaya raya.
"Maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu," ujar Keira menjadi tidak enak hati pada Dean.
"Jangan tertipu dengan apa yang kamu lihat. Terkadang yang terlihat baik tidak seperti kenyataannya begitu juga dengan yang terlihat buruk jauh lebih baik."
"Iya aku mengerti."
"Ada suatu kehampaan dalam hatiku saat semua yang kesuksesan aku dapatkan. Aku bisa memberikan segalanya pada Ayahku, tapi untuk perhatian dan kasih sayang seorang anak pada Ayahnya, aku belum bisa."
"Apa kamu tidak pernah pulang ke Jakarta?"
"Selama 8 tahun baru kali ini aku kembali. Di saat aku bertemu dengan kamu seakan menyadariku kalau aku harus melakukan sebuah keputusan."
"Keputusan untuk menolongku dengan pernikahan kontrak 'kan."
"Bukan Kei. Bukan seperti itu. Aku hanya ingin kamu mengerti kalau aku membutuhkanmu dan kamu membutuhkan aku. Walau hanya pernikahan kontrak selama setahun, tapi aku yakin akan membawa perubahan besar dalam hidupku."
"Maksudmu apa?"
"Aku membutuhkan sebuah kenyamanan yang biasa di dapatkan dari sebuah rumah. Di saat aku kelelahan dengan berbagai penat pekerjaan, di situ aku menginginkan sebuah kenyamanan. Aku yakin kamu bisa memberikan itu."
"Tunggu dulu. Aku memberikanmu kenyamanan?"
"Aku berharap seperti itu."
"Hmm ... maksud dan tujuanmu sebenarnya apa sih, Dean Angelo."
"Kamu. Maksud dan tujuanku adalah kamu. Kita memang baru saling mengenal, tapi aku yakin lambat laun kita akan saling mengerti."
Dean menatap Keira secara serius. "Kita jangan pernah mengecewakan orang tua kita."
Keira menghela napasnya dengan berat. Cinta bisa datang kapan saja tapi dia berharap tidak mengecewakan orang tuanya.
"Baiklah kita deal menikah kontrak demi tidak membuat orang tua kita kecewa."
Dean mendekati Keira memegang dagu calon istrinya lalu memberikan kecupan di dahi Keira dengan lembut. Pikiran Keira menjadi melayang ke mana - mana. Dia tersipu malu dengan perlakuan Dean padanya.
"Kita sepakat yaa."
"Ya kita sepakat."
Secara perlahan bibir Dean mendekati bibir Keira. Dia berciuman dengan Keira. Tanpa terasa Keira pun membalas ciuman Dean, mereka saling berciuman dengan lidah yang seakan tidak ada orang lain mengatahui kelakuan mereka.
Rudi, Arman, dan Rosanna sangat terkejut saat tidak sengaja melihat Dean dan Keira saling berciuman.
"Anak jaman sekarang yaa sudah beda dari jaman kita dulu. Berciuman tanpa tau kalau kita menjadi saksi adegan yang tidak senonoh," ujar Rudi sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Mungkin mereka sudah tidak tahan lagi," ucap Arman.
Mereka mengerti dengan Dean dan Keira sambil tersenyum - senyum sendiri. Mengingat apa yang telah mereka lakukan pada masa muda mereka yang penuh hasrat dan gairah yang menggebu-gebu.