Negosiasi Hati

2027 Kata

    Untuk yang kesekian puluh kali, kusentuh layar handphone di tangan. Seketika, layar selebar 6X4 inchi tersebut menyala. Perhatianku langsung tertuju pada aplikasi warna hijau bergambar pesawat telephon. Tidak ada notif. Baik berupa panggilan maupun sekadar pesan masuk.     Jarum jam dinding berbentuk oval yang tergantung di atas pintu dapur menunjukkan pukul setengah dua belas. Ke mana lagi sekarang Mas Bram? Ini sudah hampir tengah malam, dan suamiku itu belum juga pulang. Kabar beritanya pun tak ada. Tak ayal, aku gelisah luar biasa. Apakah dia pergi ke rumah janda itu? Ataukah ke tempat lain? Atau jangan-jangan …? Spekulasi bergulir liar. Berbagai dugaan bermunculan, timbul-tenggelam, silih berganti, kian membuat hati gelisah.     Ini adalah malam ketiga, semenjak Mas Bram memohon

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN