Chapter 3

1636 Kata
Rian masih terdiam. Otaknya memikirkan tentang pernyataan Tania barusan. 10 tahun yang lalu? Di taman ini? "Gimana? Kamu udah ingat belum?" Tanya Tania dengan hati-hati. Ia masih melihat wajah bingung terpancar dari raut wajah Rian. Dan itu membuat suasana hati Tania sedikit gundah gulana. "Bentar. Beneran aku bukan yang nggak mau ingat itu ya. Tapi memang seingat aku, 10 tahun yang lalu aku nggak pernah ketemu sama seorang anak kecil di taman ini." Tania seketika kecewa. Suasana hatinya mendadak galau. Namun ia mencoba untuk berpikir jernih. Mungkin Rian memang lupa. "Aku Tania. Kamu nggak ingat aku? Kalau ini Kamu ingat nggak...?" Tania mengeluarkan cincin dari rumput yang dulu Rian buatkan untuknya. Ia lalu memperlihatkan cincin rumput itu pada Rian. "Kamu bikinin aku ini. Dan kamu janji sama aku kalau kamu bakalan ganti cincin ini menjadi cincin yang sebenarnya saat dewasa nanti. Masa kamu lupa gitu aja." Rian langsung tertawa. Perutnya terasa geli karena secara tiba-tiba ia dihadapkan dengan situasi seperti ini. Seorang gadis tiba-tiba muncul di depannya lalu menceritakan sebuah cerita yang sama sekali tak pernah Ia alami sebelumnya. 10 tahun yang lalu iya baru pindah ke sini. "Maaf ya Tania. Aku pikir kamu salah orang deh. mungkin Rian yang lain, bukan aku." "Masa bukan kamu sih?" "Serius bukan aku. Tapi kalau mau kita kenalan, kita kenalan lagi. Nama aku Rian. Salam kenal Tania." Ucap Rian sembari menyodorkan tangannya pada Tania. Tania tersenyum kaku. Walaupun tak punya semangat lagi, ia tetap mencoba untuk menyambut uluran tangan rian padanya. "Salam kenal juga." Rian tersenyum. Ia lalu meminta Tania untuk duduk di sampingnya. "Bisa jadi kamu ketemu sama Rian yang lain. Soalnya nama Rian bukan cuma aku kan." "Iya juga sih. Tapi kata sahabat aku yang lagi di dalam mobil, katanya waktu dulu, dia pernah lihat kamu beberapa kali muncul di taman ini saat aku sudah pindah rumah. Dan sahabat aku itu ngikutin kamu dan kamu masuknya ke rumah yang aku datangin kemarin." Ucap Tania mencoba menceritakan semuanya lagi. Namun reaksi Rian justru terkejut. "Hah? Masa sih?" "Iya lho serius. Makanya aku langsung nebak kalau itu kamu. Apalagi kemarin Om kamu bilang kalau kamu itu Rian." "Emangnya kamu nyari aku sama Om kemarin itu nyebutnya apa?" Tania berdehem. Ia cukup gugup Saat ditanya seperti itu. Tak mungkin bukan ia mengatakan dirinya sebagai pacarnya Ryan. "Hei, Kok diam? "Maaf. Kemarin itu aku kenalin diri aku ke Om kamu sebagai pacarnya kamu." Pffftttt... Rian nyaris tertawa mendengar alasan Tania saat mencarinya semalam. "Ya iyalah reaksi Om seperti itu." "Memangnya kenapa?" "Karena memang akhir-akhir ini banyak cewek yang datang ke rumah. Biasalah nyariin orang ganteng." Ucap Ryan dengan sangat percaya diri. Tania mendengus seketika. Bisa-bisanya cowok di sebelahnya ini mempunyai tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi. "Oke kita kembali ke topik tadi. jadi serius kalau kamu bukan Rian?" "Aku Rian. Tapi bukan Rian yang kamu maksud. Mungkin ada Rian yang lain yang 10 tahun yang lalu suka ke sini dan ketemu kamu." "Tapi kenapa dia masuknya ke rumah kamu?" "Nggak tahu." Jawab Rian. Namun dalam benak pria itu, entah kenapa terlintas omnya. Sementara Dalam benak tania saat ini sangat berkecamuk. Ia tak tahu bagaimana ia akan bersikap setelah ini. Ia menatap Rian. Ada satu permintaan di kepalanya yang entah bisa atau tidak Rian kabulkan. Sepertinya cara ini yang bisa ia lakukan untuk membuktikan pria di depannya ini bukanlah Rian yang ia cari. "Gini. Kalau kamu bukan Rian yang aku cari. Aku boleh lihat nggak foto kamu 10 tahun yang lalu." Pinta Tania. "Boleh. Bentar aku cari dulu ya." Rian mengeluarkan ponselnya. Ia lalu membuka galeri fotonya. Setahunya ia punya satu foto masa kecilnya dulu. Cukup lama ia mencari sampai akhirnya ia menemukan fotonya saat kecil bersama kedua orang tuanya. "Nih." Ucapnya lalu menunjukkan foto tersebut pada Tania. Seperti kejatuhan batu besar, Tania benar-benar syok berat. Rian yang ada di foto tidak sama dengan Rian yang ia temui 10 tahun yang lalu. Itu artinya Rian yang ada di sampingnya ini bukanlah Rian yang memberinya cincin rumput itu. "Benar bukan kamu." Ucap Tania lesu. "Ya emang Bukan Aku. Aku kan bilang dari tadi Kalau itu bukan aku." Tania tertunduk seketika. ia mengusap wajahnya kasar. Sementara Amel terus memantau dari mobil. Ingin rasanya Amel keluar untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. kenapa Tania tak terlihat bahagia sedikitpun. Namun ia tak ingin ikut campur dulu dan hanya menunggu Tania untuk bercerita padanya nanti. __ Saat makan malam, Rian selalu mencuri pandang pada Bian yang selalu fokus ketika makan. Bahkan Bian tak merasakan curiga sedikitpun. "Om Kenal sama Tania?" Pertanyaan Rian langsung membuat Bian tersedak. Rian yang kaget, langsung mengambilkan minum untuk Bian dan menyerahkannya pada Bian. "Minum Om!" Ucapnya. Bian meriah minum tersebut dan meneguknya sampai habis. Dadanya sedikit sesak akibat tersedak. Setelah tenang, ia lalu menatap Rian. "Siapa?" Tanya Bian mencoba memastikan pendengarannya tadi. "Tania. Cewek yang semalam ke sini?" Raut wajah Bian seketika berubah pias. Namun secepat mungkin ia menormalkan kembali raut wajahnya. "Tania yang ngaku sebagai pacar kamu?" Tanya Bian tenang. "Iya. Tadi Rian ketemu sama dia di taman."Rian menelisik raut wajah omnya. "Dia tanya sama Rian Apa Rian anak yang ketemu sama dia 10 tahun yang lalu di taman itu. Dan Ryan bilang nggak. Bahkan saking gak percayanya dia dengan ucapan Rian, dia sampai minta Rian tunjukin foto masa kecil Rian sama dia. Dan untung Rian simpan satu foto kecil Rian bersama orang tua Rian." "Oh ya? Terus? Bukannya dia kemarin bilang kalau dia pacarnya kamu?" "Iya. Makanya dia tadi syok berat waktu tahu ternyata Rian bukan Rian yang dia cari waktu kecil dulu." Bian kembali tak berkutik. Dalam benaknya saat itu terlintas tentang Rian yang sebenarnya tahu siapa yang dicari Tania. Bian berdehem. Ia mencoba kembali menormalkan kegugupannya. "Itu nggak ada urusannya sama Om." Ucap Bian sebelum pria itu kembali fokus dengan makanannya. "Tapi satu hal yang membuat Rian bingung Om. Tania bilang saat dia pindah, Dia meminta sahabatnya untuk terus datang ke taman dan melihat apakah ada anak laki-laki yang muncul di taman itu. Beberapa kali temannya melihat anak laki-laki yang mengaku sebagai Rian itu muncul. Sahabat Tania bahkan selalu mengikuti ke mana anak laki-laki itu pulang dan anak itu pulangnya ke sini. Nggak mungkin kan ada anak laki-laki yang mengaku sebagai Rian dan pulangnya selalu ke sini. Karena seingat Rian, 10 tahun yang lalu Rian belum di sini. Dan om masih tinggal sama almarhum nenek dan kakek." semua kalimat demi kalimat yang Rian ucapkan seketika membuat Bian jengah. ia menatap Rian dengan tatapan tak suka, "Sebenarnya kamu mau beritahu apa sama om? Ngomong itu yang betul jangan bertele-tele." ucap Bian kesal. "Sebenarnya tadi Kalau Tania tanya tentang foto masa kecil Om, mungkin akan aku perlihatkan tapi karena dia nggak bertanya jadi," "Sebenarnya kamu mau apa bicara seperti itu?" Rian tersenyum lebar. ia menatap lucu pada Bian yang sudah terlihat kesal, " Sepertinya di rumah ini ada kisah cinta masa kecil yang belum selesai." ucap Rian yang tentu saja juga berniat menggoda omnya itu. Bian menghela nafas berat. Sepertinya ia tak bisa lagi mengelak dari keponakannya. Rian melipat tangannya di d**a sembari bersandar di sandaran kursi meja makan, "Rian yang dimaksud Tania sebenarnya Om kan?" tebak Rian sembari menekan kata Om pada Bian. Bian tak menjawab apa-apa. pria itu hanya diam membisu seribu bahasa. Melihat Bian yang terdiam membuat Rian langsung bisa meyakinkan jika tebakannya tadi adalah benar. "Kenapa sih Om harus pakai nama Rian? Kenapa nggak pakai nama Bian langsung." Ucap Rian dengan nada bicara yang kembali dengan nada bicara normal dan tak lagi menggoda Bian. "Aku juga nggak tahu kenapa aku pakainya nama kamu." jawab Bian. "Dan sekarang Om benar-benar bikin anak gadis orang itu galau. Dalam benak Tania yang dia temui itu memang Rian." "Ya Aku nggak tahu kalau ujung-ujungnya bakal sampai seperti ini." "Makanya, om kalau mau iseng itu jangan pakai nama orang." "Aku tahu aku salah. tapi aku nggak iseng sama sekali. aku sendiri juga nggak tahu saat itu kenapa mengenalkan diri dengan nama Rian." "Ya terus sekarang gimana? Tadi dia juga bilang sama Rian Kalau dia dan orang tuanya pindah ke Malaysia karena orang tuanya pindah kerja ke sana. Dan Om tahu, dia datang ke Indonesia hanya untuk cari Rian. Nggak ada untuk yang lain Om. Jahat Nggak sih." Bian mendengus mendengar ucapan Rian. Kalimat Rian benar-benar membuatnya tersudut. Bian juga tak tahu harus berbuat apa pada Tania. jika ia muncul pada Tania dengan keadaan seperti ini, dengan mengatakan jika yang bertemu dengannya saat kecil dulu adalah Bian, Tania mungkin akan lebih syok. dalam benak Tania mungkin saat ini, Rian itu seumuran dengannya, bukan pria yang lebih tua lima tahun darinya. "Jadi sekarang rencana Om itu gimana? nggak mungkin om tiba-tiba muncul dengan mengatakan kalau sebenarnya Om lah orang yang Tania cari. nggak mungkin banget om." "Haaahh. terus aku harus gimana?" Rian tampak berpikir sejenak. "Rian punya dua pilihan buat om. pertama, Om ceritakan semuanya kenangan om ketemu sama Tania waktu dia kecil dulu, terus Rian bisa saja mengarang cerita kalau dulu Rian pernah hilang ingatan dan sekarang sudah ingat sejak Rian ketemu dengan Tania tadi. pilihan ke..." "Nggak! kalau dia tahu malah jadi marah." "Ya sudah. terpaksa pakai cara kedua." Bian menatap curiga pada keponakannya itu. entah kenapa Rian benar-benar mengambil kesempatan untuk mengerjainya kali ini. "Apa pilihan keduanya?" Rian menatap Bian. pria itu sangat ingin menertawakan omnya itu dengan sangat keras. pasalnya selama ia tinggal di sini, ia tak pernah melihat om nya sekonyol ini. dan hanya dengan kemunculan seorang gadis, mampu membuat ia melihat pemandangan menggelikan. "Pilihan keduanya, Aku akan dekati Tania dan sering ajak dia kesini. setidaknya, dengan begitu, dia akan semakin kenal sama om dan siapa tahu, bisa membuat dia bisa menyamakan wajah anak laki-laki yang ia temui saat kecil dulu dengan wajah Om yang sekarang. Rian yakin lambat laun akan ada cara untuk memberitahu Tania jika om lah yang dia temui saat sepuluh tahun yang lalu." *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN