jadian

1051 Kata
Di tengah hujan yang begitu deras itu, kedua insan yang baru saja menyatakan perasaanya masing-masing berciuman dengan mesra, menyalurkan rasa cinta yang baru saja mereka ikrarkan. Dan mereka mengakhiri pangutan bibir itu, ketika keduanya telah kehilangan oksigen.Arga langsung menyatukan keningnya dengan Arumi. "I LOVE YOU,Arumi ku." Bisiknya dengan lirih. "Me too, my Big bos." Keduanya terkekeh yang kemudian saling berpelukan kembali. * JIka biasanya tiap kali Arga masuk kantor maka suasana tegang langsung terasa di sana, dimana para karyawanya merasakan hawa-hawa menyeramkan yang berasal darinya, tapi kali ini terlihat berbeda. Wajah menyeramkan Arga terlihat lebih hangat kali ini, bahkan Arga benyak melempar senyum pada semua orang. Linda yang kebetulan sedang kebagian sift kala itu sampai terbengong melhat tingkah atasnya yang berbeda kali ini. "Ada apa dengannya?" tanya Jupri kebetulan dia adalah security yang sedang menjaga di dekat pintu lift. Linda hanya menggelengkean kepala dengan ekpresi masih bengong. "Apa aku yang salah lihat,Jup?' tanya Linda. 'Kamu gak salah lihat, Lin.Bos sepertinya sedang bahagia. Apa mungkin dia sedang jatuh cinta?" ''Biasanya begitu, jika orang sedang jatuh cinta."balas Linda lagi. "Baguslah kalau bos sedang jatuh cinta dan sikapnya berubah mansi jadi tidak usah melihat wajah bos yang menyramkan lagi, bukan begitu?" tanya Jpri, meskipun dirinya sedang berbiincang dengan Linda, tapi ia masih berdiri di samping lift. "Iya sih, tapi pertanyaanya siapa yang sudah menaklukan hati bos kita itu?" Jupri hanya mengangkat bahunya, karena ia pun tidak tahu. Tak berapa lama sekretaris Arumi juga baru saja tiba, jika tadi Arga datang dengan banyak senyum pada semua orang, maka kali ini Arumi datang dengan penampilan jauh lebih anggun dari biasanya. Meskipun Arumi tidak berpenampilan glamour, dan hanya bermake up seadanya, tapi dia mampu menghipnotis banyak orang untuk berpusat padanya. Arumi langsung masuk kedaam lift begitu pintu lift terbuka. "Selamat pagi, Bu Arum." Sapa Jupri. "Selamat pagi, pak." balas Arumi. Setelah pintu lift tertutup dan mengantar Arumi ke lantai yang ia tuju, JUpri mengusap dadanya bahagia, sapaanya di balas oleh wanita cantik itu sungguh membuatnya bangga. "Jupri, malah senyum-senyum sendiri?" tegur LInda. "He..he..he.." Sementara itu di lantai atas. Arumi menghampiri meja kerjanya yang sudah ebberapa hari ini tidak ia tempati, ketika ia baru tiba setangkai bunga mawar, tergeletak dengan indah di atas meja itu, ia hanya tersenyum melihatnya.Membaca tulisan yang ada di dalam memo tersebut sepertinya ia tahu siapa yang sudah mengirim bunga tersebut. Arumi langsung menyalakan laptonya, dan akan memulai pekerjaan. Beberapa dokument yang ada dalam brangkas pribadinya mulai ia keluarkan, memeriksa satu persatu sebelum diserahkan pada Arga. Tiba-tiba saja nada dering telepon terdengar nyaring, ia yang sedang mulai fokus bekerja langsung mengangkatnya. "Halo..." [ Kemarilah, aku tunggu!] "Baik, pak." Arumi sedikit menghembuskan napasnya, agak gerogi sebenarnya, ini adalah hari kedua setelah mereka jadian, dan ia masih merasakan degdegan. Setelah mengetuk pintu dan di persilakan masuk, Arumi langsung melangkah dengan pelan masuk kedalam, dimana saat ini Arga tengah menghadap jendela besar, dimana di balik jendela tersebut terlihat dengan indah gedung-gedung tinggi. "Ada yang bisa saya kerjakan pak?" tanya Arum dengan sedikit ragu. Arga langsung menoleh dan tersenyum padanya, "Sini.." Meski sedikit canggung, perempuan itu pun menurut dan mendekat kearah Arga yang langsung di tarik tangannya oleh pria itu, hingga Arum kini berdiri di depan Arga dan pria itu langsung memeluknya dari belakang. "Jangan begini, malu dilihat karyawan." ucap Arum, yang merasa belum terbiasa dengan perilaku ARga padanya. "Kenapa memang, aku suka.Karena kau kekasihku." balas Arga, dia semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Arumi, dan sesekali mengecupi leher wanita itu. "Jaga wibawamu, ini kantor dan aku sekretaris kamu." balas Arumi lagi." "Aku tidak peduli sayang, kau bisa sesuka hatimu disini, karena kamu calon istriku." Arumi menggeleng. "Gak bisa begitu, aku disini kerja lo karena butuh uang untuk menyambung hidupku, Tuan ARga." "Huhhhh, tak salah aku menjadikanmu pasangan, karena kau tidak tertarik dengan keewahan yang aku tawarkan.Jadi aku harus bagimana nona, saat aku sedang merindukanmu disaat-saat begini?"tanya Arga. ''KIta akan makan malam bersama Eyang nanti malam kan? jadi perlakukan aku sebagai kekasihmu nanti saja, saat bukan jam kerja ok.Aku sungguh masih canggung." "Baiklah, tapi sebelum itu berikan aku sesuatu!" Arumi mengernyitakan dahi, tak mengerti apa yang diinginkan pria itu. "Berikan ciuman terbaikmu, Nona!'Pinta Arga yang langsung melumat bibir wanita itu. "Eummmm.." Arumi yang tak siap langsung memukul d**a Arga. "Ini kantor, jangan begini." kata Arum, yang masih belum terbiasa. "Hmm, baiklah untuk kali ini aku menurutimu, siapkan dirimu nanti malam untuk bertemu Eyang." Arumi mengangguk. "Baiklah pak, jika sudah tidak ada lagi yang ingin di sampaikan, saya permisi." Arga hanya terkekeh dan mengangguk, begitupun dengan Arumi, wanita itu langsung berbalik bada dan meninggalkan Arga, saat ia membuka pintu rupanya berbarengan dengan Jodi yang akan masuk kedalam. Arumi langsung salah tingkah merasa kepergok oleh asisten Arga itu, makanya ia buru-buru keluar tanpa menatap wajah Jodi yang terlihat dingin. "Selamat siang Pak, tamu dari Singapore sudah sampai di tempat, apa kita akan berangkat sekarang? " Arga menoleh, tapi Jodi langsung mengernyit saat melihat bekas lipstik yang masih menempel di bekas bibir nya. "Sepertinya anda sangat jauh lebih baik dari kemarin ya pak. " Ucap Jodi. Pria terkekeh pelan. "Seperti yang kamu lihat, Jod. " Jawabnya. "Jangan lupa pak, bersihkan dulu bekas merah di sudut bibir Anda karena itu akan jadi pusat perhatian banyak orang! " Kata Jodi lagi tanpa ragu. Arga langsung membulatkan kedua matanya menatap tajam pada sangat asisten yang sangat durhaka itu. "Sialan kau Jodi, ku potong gajimu bulan ini! " Ancam Arga. Pria itu bukannya takut gajinya akan di potong, tapi malah berusaha menahan untuk tidak tertawa. Jodi lalu mengambil tisu yang tergeletak di meja dan memberikan pada sang bos. Sambil menunjuk posisi bekas lipstik itu. ** Malam harinya, Eyang uti begitu senang melihat cucu dan calon istrinya datang berkunjung ke rumah. Apalagi setelah kejadian beberapa hari yang lalu saat Arum kabur dari pesta ulang tahun, Eyang uti begitu kecewa dan merasa bersalah. "Syukur kalian sudah baikan, kalau tidak Eyang tidak akan bisa memaafkan diri sendiri jika kalian berpisah. " Ucap eyang dent nada sedikit sedih. "Tidak apa apa Eyang, jangan merasa bersalah, namanya juga anak muda, tiap hubungan pasti ada saja pertengkaran. " Balas Arumi. 'Tapi janji ya gak akan gitu lagi. "Pinta Eyang uti. Keduanya saling berpandangan dan menggeleng. " Tidak Eyang. " Akhirnya ketiganya masuk kedalam rumah, tapi saat di ruang tamu, tiba-tiba saja Arumi merasa pusing, ia memegangi sebelah kepalanya dan... Brukkkk "Arumi.... "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN