BAB 16 - San Fransisco 3

1082 Kata
“Apa yang kakek ketahui tentang Ana?.” “Apa maksudmu?.” Setelah sarapan tadi dan menagajak Ana berkeliling sebentar aku memutuskan untuk bertemu dengan kakek dan mendengar langsung darinya. Dia pasti tahu melebihi apa yang ku ketahui tentang Ana. Kini kami berada di sudut taman yang menghadap ke arah lautan. Kakek berada di sebelah kiriku, memandang ke arah yang sama. “kakek mencari tahu tentang Ana? Sejauh mana kakek tahu tentang dirinya?.” “kau tidak berpikir aku tidak akan mencari tahu tentangnya kan! Tidak perlu bertanya, kau tahu apa yang aku lakukan! Kau bisa mencari tahu lebih detail tentang dirinya kenapa kau tidak benar-benar mencari tahu secara keseluruhan, kau akan terkejut.”secara keseluruhan, perkataan kakek membuatku semakin penasaran. “berhenti untuk mengikutinya.”kakek malah tersenyum mendengar permintaanku. “aku tak menyangka kau bertemu dengan wanita sepertinya. Hentikan ini sekarang jika kau hanya bermain-main dengannya. Aku tak mengajarkan kau untuk mempermainkan wanita.” Kakek masih terdengar tidak yakin dan percaya dengan hubungan ini. Aku tahu tidak mudah untuk membuatnya percaya padaku. Bibirku tersenyum mendengar kalimat terakhir yang keluar dari bibirnya, Ana terlalu baik untukku dia tak memiliki masalah dalam hidupnya, wanita baik-baik, hal itu menganggu keyakinan kakek. “apa yang kakek bicarakan, siapa yang mempermainkan siapa!.”aku bersikap seolah tak tahu apapun. “kalau begitu nikahi dia!.” Kakek berkata tanpa melihatku, matanya terus tertuju ke arah lautan. Aku tidak mungkin menikah dengan Ana, wanita itu tak akan mau, ia sampai tersedak mendengarnya tadi, aku tidak mau membuatnya terkena serangan jantung jika melakukan sandiwara ini sejauh itu. Angin bertiup dengan kencang menerpa tubuhku, membuat rambutku berantakan. Aku pernah berkata jika aku tidak akan menikah tapi mereka seolah tak pernah mendengar hal itu dan kerap kali mengenalkanku pada seorang wanita, itulah kenapa aku menolak untuk berada di San Fransisco, sesekali aku kemari untuk bertemu dengan kakek dan melihat perkembangan perusahaan yang terkena suntikan dana dariku, assetku. Semenjak nenek gencar melakukannya dan secara terang-terangan Shitler mendorong putrinya ke arahku, aku mengambil seribu langkah menjauh, kecuali dia datang ke kantorku aku akan mendengarkannya, mencoba memainkan permainan lain untuk mencari tahu informasi yang ku inginkan. Melihat Jessica hanya membuatku kesal, Ana berbeda dengannya. Jauh berbeda.   “tidak bisa,”gumamku tanpa sadar. “maksudku, belum bisa. Kami masih di sibukkan dengan pekerjaan.”Alasan klasik, tidak ada alasan yang bisa terpikirkan olehku saat ini. Dan alasan yang masuk akal membuat kakek percaya, sulit untuk membuatnya yakin bahkan dengan semua sandiwara dan foto-foto yang ia dapatkan, kakek masih terdengar tidak yakin dengan hal itu. “mereka tidak akan berhenti untuk berusaha mengambil alih.”aku mengatakantentang Shitler, sebelumnya ia mencoba untuk menyuntikkan dananya ke beberapa usaha yang ku miliki, ia mencoba untuk mendominasi, dengan maksud terselubung. Yang tidak bisa ia sentuh adalah perusahaan besar yang ku miliki, biasanya ia menaruh jejaknya untuk mendominasi pasar. “tentu saja tidak, kau sudah menemukan sesuatu?.”aku menggelengkan kepala sebagai jawaban tanpa kata, helaan nafas lolos dari bibirku. Hal itu masih menjadi tanda tanya besar yang membingungkan tentang apa yang membuatnya sangat menginginkan kebun itu. “dia berniat untuk menjadi gubernur di Meksiko.” “sekarang dia benar-benar meneta di sana?.” “Ya. Jessica masih ada di San Fransisco bersama dengan ibunya, kemungkinan akan ikut ke Texas untuk tinggal bersama dengan ayahnya, dia masih mencoba menghubungi nenek dan mencari tahu tentang dirimu melalui dirinya. 3 hari yang lalu ia mengajak nenekmu Lily untuk pergi ke California bersama-sama.” Wanita itu masih belum menyerah, sebelum ini dia kerap kali datang ke kantorku. Mencoba untuk mendekatiku dan aku menerimanya untuk mengajaknya makan siang bersama, bermaksud untuk menggali informasi mengenai ayahnya dan apa yang akan mereka lakukan. Jessica tidak benar-benar bisa menjaga rahasia, ia kerap kali salah bicara dengan membocorkan sendiri rahasia yang seharusnya tak ia bicarakan, apalagi denganku tapi kini aku tak ingin dia datang dan membuat asumsi publik berputar ke arah lainnya, aku tengah membangun image sebagai pria yang sudah tidak lajang dan memiliki kekasih dari wanita biasa, wanita baik-baik. Karena kedekatan itu dulu menimbulkan beberapa kabar jika aku dan Jessica menjalin hubungan, padahal tidak sejauh itu. tidak akan pernah. Sulit untuk menggali pembicaraan sensitif jika berbicara dengan ayahnya, Shitler sangat hati-hati dan memikirkan segala kata yang keluar dari bibirnya, membuatku sulit untuk mendapatkan pembicaraan yang ingin ku ketahui tentangnya. “Lily terlihat sangat menyukai Ana, jadi seriuslah dalam hubungan ini.”aku tak suka kakek membawa nenek dalam pembicaraan ini. Membuatku merasa bersalah, aku tak ingin membuatnya kecewa tapi tidak bisa menghentikkan harapan berlebihannya dengan hubungan ini.”aku berdehem, terganggu dengan pembicaraan serius mengenai hubungan sandiwaraku bersama dengan Ana. “aku tahu.” “berhentilah bermain-main Tristan.” ** Aku pergi dari kakek saat ponselku berdering, menjauh dari kakek sebelum mengangkat telepon tersebut. Pembicaraan mengenai bisnisku, kemungkinan besar aku akan pergi ke luar kota dalam waktu dekat ini tapi belum bisa ku putuskan untuk saat ini. keadaannya belum memungkinkan dan aku khawatir sesuatu terjadi pada Ana jika aku meninggalkannya sendirian untuk beberapa hari di Apartemen. Masih belum menemukan pria yang cocok untuk menjaganya saat aku tidak ada. Setelah itu aku minta untuk di carikan data mengenai Ana Wren secara keseluruhan, apa yang terjadi dalam hidupnya, kakek berkata seolah ia tahu apa yang terjadi pada wanita itu secara detail, kakek sangat serius dengan hal ini. Aku berbicara di telepon seraya berjalan menuju lokasi dimana Ana berada, seseorang tetap mendampinginya di sini, dan tidak boleh kehilangannya agar mempermudahku untuk tahu dimana dia berada dan membantu Ana jika dia membutuhkan sesuatu. Foto dikirimkan padaku barusan ketika aku bertanya tentang keberadaan Ana, ia sedang di taman bersama dengan nenek, merangkai bunga, nenek mencoba untuk lebih dekat lagi dengannya dan membuatku sedikit merasa bersalah. Ini hanyalah sandiwara. Langkahku terhenti ketika menemukan Ana, berada beberapa meter dariku tengah berbicara dengan nenek. Ia terlihat canggung, tapi mencoba untuk tidak menunjukkan kecanggungan itu. beberapa kali bibirnya membentuk senyum simpul dan terkekeh. Entah apa yang tengah ia bicarakan pada nenek, tapi senang melihat mereka berdua bisa akrab seperti itu. Aku tak bisa mendengar apa yang tengah mereka bicarakan dari sini, tapi jika Ana tersenyum aku juga akan melakukan hal yang sama. Hanya sekedar perasaanku saja atau aku senang memerhatikannya, seolah-olah dia menarik penuh perhatianku. Aku tak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Dan mataku selalu jatuh pada bibirnya, aku akan memalingkan wajah untuk beberapa detik mencoba untuk mengalihkan perhatianku. Ana tersenyum lagi dan terkekeh, membuat ujung bibirku tertarik. Pandangan Ana berputar ke beberapa arah, mengagumi apa yang dilihatnya dan tanpa sengaja pandangan kami bertemu.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN