Alia berusaha untuk menenangkan diri. Namun, nyatanya ia selalu gagal. Seiring langkah kakinya berjalan menuju lantai atas untuk mengunjungi kamar Naswa, pikirannya pun berkecamuk.
‘Tidak mungkin putriku berbohong,’ batinnya.
Anak seusia Azalia tidak mungkin berbohong hingga hampir menitihkan air mata. Mungkin saja semua orang juga tidak percaya kalau Azalia berdusta dengan gaya bicara orang dewasa yang sedang beralibi. Itu mustahil, pikirnya.
Sebenarnya, Alia belum puas berbicara dengan Naswa. Dia ingin sekali mengenal wanita itu lebih dalam. Sebab tidak mungkin Adam berani membawa wanita yang dianggap teman, lalu menyuruh untuk mengawasi putrinya hingga di bawa ke Dubai.
Apalagi cara bicara Naswa menggambarkan bahwa dia adalah seorang yang terpelajar. Sikapnya terhadap kedua orang tu
