“Silahkan pilih yang mana? Sebelum kita melanjutkan pembicaraan yang lebih penting lagi,” ujarnya lagi seraya menatap mereka satu persatu dengan senyuman penuh arti. Suara tenang Naswa membuat mereka bergidik ngeri. Wajahnya bahkan tidak menyiratkan perasaan kesal atau terluka. Dia justru bersikap biasa saja. Wanita yang merupakan Adik Ipar Panji, dia berjalan ke arah Naswa, mengangkat jari telunjuk ke arah keponakannya. “Hey, Naswa! Kamu makin besar makin pintar ngelawan kamu yah! Semua fasilitas terpenuhi! Semua-semua dibiayai! Jadi anak ngelunjak kamu!” ucapnya dengan nada tinggi. Naswa hanya menyeringai, melihat mereka dengan pandangan begitu menyepelekan. Dia menuntun sang Mama untuk duduk di sofa tunggal yang ada disana. Dia mengecup pipi kanan