Phillippe meletakkan berkas yang ada di tangannya dan menyalakan cerutu, lalu ia menghisapnya dengan nikmat. “Sebaiknya kalian tunda dahulu saja, investigasi ke rumah keluarga dokter Larkin.”
“Selain sulit mendapatkan ijin untuk melakukan investigasi di sana, juga kita masih kekurangan orang dalam menangani badai salju yang sedang melanda. Kuminta kalian untuk membantu bagian Lantas mengatasi masalah terkait dengan masalah badai salju ini. Selesai menggantikan tugas Derek dan Billy, kalian dapat pergi ke kediaman kelurga Larkin. Suratnya akan siap, begitu kalian berdua selesai bertugas menggantikan Derek dan Billy.”
“Meskipun begitu, aku tidak yakin kalau keluarga dari dokter Larkin akan bersedia menerima kedatangan kalian untuk melakukan investigasi di sana. Dokter Arsen saja mengeluh kepadaku, kalau ia sangat kecewa dengan penolakan dari keluarga dokter Larkin untuk dilakuan otopsi.”
Monza mendesah, “Itulah yang kami sesalkan dari sikap keluarga dokter Larkin yang sama sekali tidak kooperatif dan lebih terkesan menghalang-halangi jalannya penyelidikan.”
Monza mengibaskan asap nikotin yang mengalir dari rokok yang dihisap oleh Phillippe, “Kukira anda berhenti merokok, Sir!. Kenapa sekarang anda kembali merokok?”
Phillippe terbahak. Diantara semua anak buahnya yang ada di markas kepolisian Kota Tua, hanya Monza sajalah yang berani menegur kebiasaannya dalam merokok. “Tunggu saja tanggal mainnya. aku akan berhenti untuk merokok.
“Miller beranjak dari duduknya, “Kami akan berpatroli untuk menggantikan Derek dan Billy, kami minta surat untuk melakukan penggeledehan di rumah keluarga dokter Larkin, sudah selesai pada saat kami datang.”
Phillippe merasa kesal, anak buahnya sudah berani berkata seperti itu. “Kamu tenang saja, ketika kalian sudah selesai dengan tugas membantu menyisiri jalanan untuk membantu warga yang terjebak badai salju, ataupun yang tergelincir.”
Monza dan Miller pun ke luar dari ruangan Phillippe, mereka kembali ke ruangannya untuk memakai jaket yang tebal dan juga mengganti sepatu mereka dengan sepatu boots. Ke luar dari ruangannya, Monza dan Miller menuju ke bagian perlengkapan untuk mengambil sekop.
Dengan membawa sekop di tangan mereka, Monza dan Miller pun menuju ke mobil patroli yang diperuntukkan untuk mereka berdua. Giliran Monzalah, yang duduk di balik kemudi.
Monza menjalankan mobil ke luar dari markas kepolisian Kota Tua dengan kecepatan sedang. Ketebalan salju sudah mencapai semata kaki. Kiri kanan jalanan sekarang sudah tertutupi oleh hamparan putih salju.
Monza menoleh ke arah Miller, “Aku tidak dapat mengerti, bagaimana dengan temanmu di saat musim salju seperti mengelola hewan ternaknya, yang jumlahnya tidak sedikit?”
Miller tertawa pelan, “Kamu tidak perlu khawatir dan bingung memikirkannya, Jack seorang pengusaha yang sukses, ia sudah terbiasa mengelola hewan ternaknya dalam berbagai kondisi dan kurasa ia sudah menyimpan cadangan makanan untuk hewan ternaknya dalam menghadapi musim salju, seperti ini.”
Monza ikut terkekeh mendengar jawaban Miller, atas pertanyaannya. “Kau benar, kenapa juga aku memikirkannya.”
Kediaman dokter Larkin
Josephine dan kedua anaknya sedang duduk di ruang keluarga. Josephine menatap kedua anaknya, “Ibu tidak mau, kedua detektif tadi memeriksa rumah kita dan juga melakukan otopsi jasad ayah kalian?”
Jack mengerutkan keningnya, “Mengapa ibu tidak setuju, kedua detektif itu datang ke rumah kita dan melakukan investigasi. Mereka hanya menjalankan tugasnya saja dan juga mengenai otopsi, mengapa ibu dan Samuel, tidak setuju dilakukan otopsi pada jasad ayah?”
Josephine menatap tajam Jack, “Apakah kamu suka tubuh ayahmu dibedah dan dijadikan penelitian?, ayahmu sudah meninggal dan biarkan saja ia merasakan ketenangan dalam tidur abadinya.”
Samuel pun ikut menimpali, “Aku juga tidak setuju jasad ayah dilakukan otopsi, bukankah sudah jelas, kalau ayah melakukan bunuh diri, untuk apa mereka melakukan otopsi kembali. Kita dari pihak keluarga saja tidak mempermasalahkan bagaimana kematian dari ayah, kedua detektif itu saja yang coba mengusik keluarga kita.”
“Adikmu benar, penyebab kematian dari ayahmu haruslah kita tutupi jangan sampai tersebar ke luar, karena akan mempermalukan keluarga kita saja, yang selama ini dikenal sebagai keluarga terpandang.”
Jack memandang sinis ibu dan adiknya, “Sikap kalian membuatku curiga, ada sesuatu yang kalian tutupi dariku. Mengapa kalian tidak memiliki keinginan untuk mengetahui dengan lebih jelas lagi, dengan dilakukanya otopsi, bukankah kita dapat mengetahui dengan jelas bagaimana cara ayah meninggal. Kalian berdua hanya memikirkan nama baik saja, bahkan di saat seharusnya kalian merasa penasaran dengan penyebab kematian mendadak ayah, seharusnya kalian merasa curiga.”
Jack menatap tajam ibu dan adiknya, “Aku tahu ibu seorang dokter bedah yang terpandang dan terkenal dan kurasa ibu mengetahui bukan, bagaimana seharusnya tindakan yang harus diambil dalam menghadapi kematian yang dialami ayah.”
“Sementara kamu, Samuel, sebagai mahasiswa kedokteran, mengapa kamu tidak memiliki rasa penasaran sama sekali?. Kalian berdua membuatku merasa curiga?”
Samuel mendengkus ke arah kakaknya, “Mengapa kamu berkata seperti itu?, sudah pasti alasanku tidak mau dilakukan otopsi, karena aku menyayangi ayah dan aku tidak mau jasadnya harus dibedah.”
Josephine melerai kedua anaknya yang sudah akan terlibat pertengkaran. “Sudah, cukup!, mengapa kalian berdua malah bertengkar!. Tidak bisakah, kalian berdamai?, ibu minta kepada kalian untuk tidak berdebat lagi. Ibu yang mengambil keputusan dan ibu sudah memutuskan untuk tidak diadakan otopsi pada jasad ayah kalian.”
Jack pun bangkit berdiri dari duduknya dan ke luar dari ruangan yang ditempati oleh ibu dan adiknya.
Josephine memanggil Jack, “Mau ke mana kamu Jack?. Tidakkah untuk sementara ini, kamu tidak usah pergi ke bar untuk mabuk-mabukan dan membuat ulah di sana?”
Jack berpaling dan menatap ke arah ibunya, “Aku pergi ke manapun ibu tidak bisa melarangku. Bukankah selama ini, aku memang selalu melakukan apa yang kusuka. Ibu tidak perlu khawatir, aku memang dari dulu selalu membuat tercoreng nama baik keluarga kita.”
Jack kemudian meninggalkan ibu dan adiknya, ia ke luar menuju garasi dan menaiki mobil range rover miliknya. Jack melajukan mobilnya menuju ke bar yang selama ini menjadi langganannya.
Jack mengumpat dengan nyaring menyesali keputusan ibu dan adiknya yang tetap bersikeras untuk tidak dilakukan otopsi pada jasad ayahnya. Ia memiliki kecurigaan, kalau ibu dan adiknya menutupi sesuatu dan ia tidak tahu apa itu. Selama ini, ia memang tidak pernah mau ikut campur dan terlibat dalam urusan dikeluarganya, karena ia tidak mau sering berdebat dengan ayahnya yang merasa kecewa kepadanya.
Butiran salju menimpa mobil yang dikemudikan oleh Jack, hingga ia akhirnya sampai di bar yang ada di tengah Kota Tua.
Bar Kota Tua
Jack turun dari mobilnya memasuki bar. Dikibaskannya butiran salju yang menempel di jaket yang ia kenakan. Jack langsung menuju bartender dan duduk di sana.
Greg, sang bartender mengambilkan minuman yang biasa dipesan oleh Jack, “Kudengar ayahmu meninggal dunia?. Aku turut berduka cita, atas meninggalnya ayahmu, meskipun aku tahu, kalau kamu dan ayahmu tidaklah terlalu dekat. Kapan ia akan dimakamkan?”
Jack menatap tajam Greg, seingatmya berita tentang kematian ayahnya masih disembunyikan dan belum boleh tersebar, hingga ibunya siap untuk mengatakannya.
“Aku tidak tahu, darimana kamu mendengar gosip mengenai ayahku. Berita ini masih keluargaku rahasiakan dari umum.”
“Ayolah, Jack. Mana mungkin berita kematian dari keluarga terpandang, seperti keluargamu dapat disembunyikan dari umum. Mengapa kamu tidak berada di rumah dan menemani ibu juga adikmu yang sedang berduka?”
Jack menatap tajam Greg, “Kamu jangan memancing keributan denganku!. Aku sedang tidak ingin berkelahi.”
Greg mengangkat kedua tangannya, “Maaf!. Silahkan dinikmati minumannya.”
Baru juga Jack memperingatkan Greg untuk tidak mengganggunya, dari arah pintu bar, justru muncullah pria yang kerap berkelahi dengan Jack.
“Wow, Jack!. Apakah kau sedang meluapkan rasa berdukamu dengan datang ke sini?. Kudengar ayahmu melakukan bunuh diri, ternyata pria terpandang seperti ayahmu bisa juga melakukan hal yang tercela. Keluarga kalian yang katanya keluarga terpandang, kini memberikan contoh buruk, kepada kami masyarakat kelas biasa.”