Rencana Gila

2092 Kata
Malam itu Zafira benar-benar tidak bisa mendapatkan tidurnya. Bayangan tentang Arya, suaminya yang mungkin memilih bermalam di salah satu hotel bersama Nadia juga ternyata menghantui pikiran Zafira saat ini. Bagaimana tidak saat dia sedang ada di rumah saja dia seperti ini, lalu apa yang bisa mereka lakukan di luar sana tentu tidak bisa Zafira bayangkan, maka dari itu sebelum semua semakin parah dan semakin menimbulkan dosa yang semakin besar, Zafira memang harus secepatnya meminta Arya untuk menikahi Nadia. Sama halnya dengan Zafira. Alfian juga ternyata tidak bisa mendapatkan tidurnya. Entah untuk apa pemuda tampan itu justru memikirkan Zafira saat ini. Bayangan saat tadi di pusat perbelanjaan dan melihat Arya tengah mencium wanita yang Zafira akui sebagai saudaranya ternyata benar-benar mengusik kedamaian tidurnya, seorang Alfian. Jika benar wanita itu adalah adik dari Zafira, kenapa wanita itu bisa berkata kasar pada Zafira bahkan seolah-olah dia ingin mengadu domba Zafira dengan Arya, suaminya. Lagi pula Alfian juga semakin kesal dengan sikap Arya yang bahkan memilih meninggalkan Zafira dan justru hanya berlalu dengan wanita itu. Wanita yang menurut Alfian berbanding terbalik dengan Zafira yang santun dan lembut. Siapa sebenarnya wanita itu, dan ada apa dengan Zafira dan mas Arya? Kenapa mereka tampak seperti dua orang yang saling menjaga jarak? Padahal seingat Alfian selama ini baik Zafira ataupun mas Arya tampak selalu harmonis dan kompak tapi apa yang dia lihat hari ini sungguh sangat jauh berbeda dengan apa yang Alfian lihat selama ini. Bahkan hingga lewat tengah malam, Alfian benar-benar tidak bisa mendapatkan tidurnya hanya karena memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak begitu penting untuk dia pikirkan. Pagi pun menjelang. Pagi itu Zafira melewati pagi dengan sarapan seorang diri, dan usai sarapan Zafira juga berangkat ke kantor. Hari ini tidak seperti hari-hari biasanya. Berkali kali Zafira salah saat mencoba menerangkan satu materi untuk tamu meeting di kantor dan berkali-kali pula Alfian meluruskan juga membenarkan apa yang Zafira jabarkan dan sedikit keliru. Sungguh pikiran Zafira sedang sangat kacau saat ini. Seharusnya dia, Zafira bisa bersikap tenang karena ini memang sudah resiko yang harus dia terima dengan keputusan besar ini. Seharusnya dia bisa tenang karena ini juga saran yang Zafira berikan pada Arya untuk membawa Nadia menemui keluarga mereka dan meminta restu dari mereka, tapi kenapa hatinya justru tidak bisa tenang sekarang. Pernikahan nya dengan Arya benar-benar sudah di ujung tebing dan hanya tinggal menunggu hari itu datang maka Zafira akan melangkah pergi dari rumah itu. Tidak hanya pergi dari rumah itu, tapi juga pergi dari kehidupan Arya Katon Fujiparingga. Laki-laki yang akan selalu bertahta di hatinya. Pergi sejauh yang dia mampu agar dia dan Arya tidak lagi bisa bertemu. Zafira pilih permisi sebentar dari ruang meeting itu dan pergi ke toilet untuk membasuh mukanya karena tiba-tiba wajah dan matanya terasa sangat panas. Zafira duduk sebentar di dalam kamar kecil itu sembari menghela napas cukup dalam untuk menormalkan perasaan hancur dan kecewa di hatinya. Zafira juga melihat notifikasi pesan di ponselnya. Ada pesan yang Nadia kirim semalam. Pesan gambar dengan emoji bahagia yang Nadia kirim namun belum sempat Zafira lihat. Awalnya Zafira pikir jika itu hanya pesan gambar biasa dan Zafira dengan sangat santai membuka pesan itu dan ternyata isinya photo Nadia bersama Arya di salah satu hotel di Surabaya dan itulah alasan kenapa semalam Zafira tidak bisa mendapatkan tidurnya. Kembali Zafira melihat gambar itu, meskipun di photo itu Arya tidak terlihat begitu jelas, tapi hanya terlihat punggung nya saja, tapi Zafira juga yakin jika orang yang ada di belakang Nadia itu adalah Arya. Arya Katon Fujiparingga, suaminya. Sekali lagi Zafira membasuh mukanya kemudian mengelapnya lalu kembali membuka galery ponselnya untuk menghapus photo tersebut. Tidak hanya menghapus photo itu, tapi Zafira juga sekarang menonaktifkan nomer di ponselnya karena untuk saat ini dia benar-benar sedang tidak ingin mendengar apapun dari Arya ataupun Nadia. Meskipun semalam dia, Zafira juga sudah mengatakan pada Arya untuk membantunya bicara dengan ayahnya, ternyata Zafira juga tetap tidak bisa setegar itu untuk menghadapi semua ini. Anggap saja Zafira terlalu plin-plan untuk urusan hati, karena kadang wanita memang seperti itu. Saat bibirnya mengatakan iya, kadang hatinya justru berkata tidak. Saat hatinya sedang terluka tapi dia masih bisa menebar senyum terbaiknya sebagai topeng untuk menutupi luka hatinya. Setangguh itulah hati para wanita yang bergelar istri, terlebih jika sudah bergelar ibu. Setelah dari kamar mandi, Zafira kembali ke ruang kerjanya, dan duduk sembari menopang wajahnya di atas meja kerjanya. Zafira menahan perutnya yang terasa keram, dan Zafira yakin jika ini adalah gejala sebelum dia datang bulan. Seseorang baru saja membuka pintu ruangan itu dan tampak Alfian di balik pintu itu. Ruang kerja Zafira memang ada di antara ruang kerja pak Antonio dan Alfian. Karena tadi Zafira keluar dari ruang meeting lebih dulu, Alfian juga akhirnya menyusul Zafira karena meeting baru saja selesai. "Apa kau baik-baik saja? Apa kau tidak enak badan. Jika ia pulanglah. Biar aku yang urus sisa pertemuan kita di siang nanti!" Ucap Alfian saat memasuki ruang kerja Zafira. Zafira memang sedikit di anak emaskan di perusahaan itu, tapi Zafira tidak ingin memanfaatkan kepercayaan bos-nya dengan bermalas-malasan, ini hanya perkara hati, dan seharusnya dia, Zafira tidak membawa masalah pribadi nya hingga ke tempat kerja, karena itu benar-benar bukan sikap seorang pekerja profesional. "Tidak pak. Ini hanya nyeri kecil. Lagi pula tadi aku juga sudah minum obat, dan sebentar lagi juga akan membaik!" Imbuh Zafira tidak ingin melepas tanggung jawabnya atas pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang sekertaris. "Jangan memaksakan diri, Zafira. Aku juga bisa mempersentasikan materi siang ini. Lebih baik kau istirahat dulu." Tolak Alfian saat masih melihat Zafira memijit perutnya. "Tidak pak. Aku masih bisa. Dan aku janji kali ini aku tidak akan teledor seperti tadi. Aku janji." Ucap Zafira sembari menangkup kan kedua telapak tangannya di depan d**a, dan Alfian juga langsung mengangguk setuju, tapi dia juga kembali menyarankan pada Zafira jika dia harus istirahat lebih dulu sebelum meeting siang nanti, karena wajah Zafira juga terlihat Sedikit pucat. Sementara di tepat lain. Arya juga sedang membicarakan keinginannya untuk menikahi Nadia pada ibu dan ayahnya. "Apa maksud kamu, Arya. Apa kamu sudah gila. Bagaimana mungkin kau ingin menikahi Nadia lagi setelah kau juga menikahi Zafira. Apa yang akan orang-orang katakan nanti? Lalu apa yang akan Zafira pikirkan tentang semua ini?" Tolak pak Erwin dengan keinginan putranya yang sangat tidak masuk akal. "Kami sudah membicarakan ini, pa. Arya dan Zafira sudah membicarakan ini dengan sangat matang, dan Zafira setuju untuk membiarkan Arya menikah lagi dengan Nadia. Sungguh pa, dari dulu sampai saat ini perasaan Arya tetap tidak bisa berhenti untuk Nadia dan saat Nadia mangatakan memiliki rasa yang sama dengan Arya, maka bohong jika Arya tidak akan kembali menginginkannya lagi. Arya masih sangat mencintai Nadia, pa. Sangat mencintainya." Ucap Arya dengan sangat mantap sembari menundukkan wajahnya di hadapan ayahnya. "Impossible. Lalu bagaimana perasaan mu pada Zafira. Apa selama ini kamu menjadi Zafira hanya sebagai pelampiasan atau persinggahan rasa kecewamu pada Nadia dulu? Apa selama ini kau hanya berpura-pura mencintai, Zafira?" Tanya Erwin lagi dan Arya buru-buru menggeleng karena apa yang ayahnya ucapkan sama sekali tidak benar. Dia juga mencintai Zafira, tapi untuk menghilangkan rasa cintanya pada Nadia juga Arya tidak bisa. "Tidak, pa. Arya juga mencintai Zafira. Tapi sungguh untuk berhenti mencintai Nadia ternyata Arya juga tidak bisa." Tolak Arya sangat lirih. "Itu tidak mungkin , Arya. Kau tidak bisa melakukan ini pada Zafira, Arya. Om kamu pasti akan sangat marah jika tau rencana kamu ini Arya, dan kau tau apa yang bisa terjadi jika Om kamu kecewa pada mu, dia tidak hanya akan marah padamu saja, tapi sudah pasti dia juga akan marah pada papa, Arya. Tidakkah kau bisa memprediksi kan ini sebelum memiliki keinginan gila ini ?" Tanya Erwin dengan sangat menyesal, sementara Dewi ibunya hanya menyimak apa yang sedari tadi Arya dan suaminya bicarakan. Dewi tidak mengatakan apapun tapi sudut matanya seolah menjadi isyarat jika dia juga tidak setuju dengan keinginan putranya itu. Di tempat lain. Nadia juga sedang menyampaikan apa rencana nya dengan Arya dan mengatakan jika dia kembali ke Surabaya bersamaan Arya untuk membicarakan hal ini. Sama seperti Erwin, Gunawan juga tidak setuju dengan apa yang sedang Nadia putrinya utarakan. Dengan mengatakan jika di ingin menikah dengan Arya, karena kali ini dia, Nadia mengatakan jika dia mencintai bang Arya. Nadia masih memanggil Arya dengan nama Abang saat di hadapan ibu dan ayahnya, karena selama ini baik Zafira, Nadia ataupun Diana biasa memanggil Arya juga kedua saudara laki-laki Arya dengan panggilan Abang. Hanya Zafira yang berubah panggilannya pada Arya dengan menyematkan mas di awal nama Arya dan Zafira memanggil Arya , dengan panggilan mas Arya saat Zafira sudah resmi menjadi istri dari Arya Katon Fujiparingga. "Apa kamu sudah gila, Nadia? Apa yang ingin kau lakukan ini? Apa ini tujuanmu meminta tinggal bersama kakak mu? Ini tidak bisa terjadi. Bagaimana mungkin kau ingin menjadi istri dari suami kakak mu, setelah apa yang kau lakukan di masa lalu? Tidak kah kau kasihan pada ayah dan ibu yang sudah sangat malu pada om kamu dengan apa yang kau lakukan di masa lalu, lalu apa sekarang, kau ingin,,,?" Gunawan menjeda kalimatnya karena tidak tega untuk sekedar meneruskan ucapannya, karena hanya untuk membayangkan itu saja hati Gunawan juga ikut terluka. "Tapi bang Arya masih sangat mencintai Nadia, yah. Dan Nadia juga kali mencintai nya, ayah. Dan kami memutuskan untuk men,,,!" "Cukup Nadia. Cukup. Sekalipun kau kini mencintai Arya, setidaknya tolong hormati perasaan kakakmu. Tolong hormati Zafira sebagai istri Arya saat ini." Potong Gunawan untuk ungkapkan perasaan yang Nadia utarakan. "Kak Zafira sudah mengijinkan kami untuk menikah, ayah. Dan justru dia yang meminta kami datang ke sini hari ini, untuk meminta restu pada ayah, agar kami bisa melangsungkan pernikahan. Lagi pula Nadia dan bang Arya juga sudah sepakat jika kami tidak akan melakukan pesta besar. Hanya ijab kabul saja, asal kami bisa sah sebagai suami istri." Balas Nadia untuk satu ucapan ayahnya yang selalu saja lebih membela Zafira di bandingkan dirinya. Nadia dan Gunawan masih berbicara panjang lebar saat tiba-tiba ibunya, Dian malah memilih meninggalkan obrolan itu dan masuk ke kamar kemudian menutup pintu kamarnya. Gunawan melihat dan menyadari keterdiaman istrinya sedari tadi, begitu juga dengan Nadia. "Ayah tetap tidak setuju jika kalian menikah. Ayah tidak bisa menerima ini karena ini memang tidak seharusnya terjadi." Tolak Gunawan mencoba mencegah rencana gila ini terjadi, sebelum ini benar-benar akan membuat kakak beradik itu benar-benar berantakan. "Tapi bang Arya masih sangat mencintai Nadia, ayah. Dan dia ingin memiliki anak dari Nadia. Kak Zafira tidak bisa memberinya anak, maka dari itu dia ingin memiliki anak dari Nadia!" Imbuh Nadia saat ayahnya mengatakan tidak setuju dengan rencana pernikahan dia dan Arya. "Bagaimana kau bisa menarik kesimpulan jika kakakmu tidak bisa memiliki anak, Nadia? Ini hanya perkara waktu sayang. Dan masih terlalu cepat jika kau menyimpulkan jika hanya ini alasan kalian ingin menikah." Tolak Gunawan saat putrinya justru menjadikan anak sebagai alasan dia ingin menikah dengan suami kakaknya. Arya dan Zafira baru menikah dua tahun enam bulan, dan waktu itu masih terlalu muda untuk menyimpulkan jika Zafira tidak bisa memiliki anak. Bahkan dia, Gunawan dan Dian sampai harus menunggu tujuh tahun untuk memiliki putri-putrinya, lalu saat mendapati Zafira belum hamil hingga saat ini, Gunawan masih tetap yakin jika ini hanya perkara waktu. "Pokoknya ayah tetap tidak setuju jika kau menikah lagi dengan Arya. Ayah tidak bisa membiarkan ini terjadi. Tidak bisa!" Tolak Gunawan dengan sangat mantap lalu bangkit dari duduknya untuk menghentikan obrolan konyol ini. "Ayah jahat. Ayah tidak ingin melihat Nadia bahagia, ayah selalu saja lebih mementingkan perasaan kak Zafira tanpa ingin memahami perasaan ku juga. Ayah jahat." Balas Nadia dengan sangat menggebu. "Ayah mana yang tidak ingin anaknya bahagia? Tentu saja ayah akan selalu mendukung semua yang akan membuat kamu bahagia, sayang. Tapi tidak seperti ini juga. Ini sama sekali tidak benar, sayang. Tidak benar." Tolak Gunawan saat berbalik dan meluruskan ucapan putrinya, saat mengatakan jika dia tidak ingin melihat putrinya bahagia. "Tapi kebahagiaan Nadia hanya saat Nadia akan menikah dengan bang Arya. Dan Nadia mohon pada ayah, tolong restui kami!" Imbuh Nadia lagi tapi Gunawan benar-benar menggeleng tidak ingin mengabulkan permintaan putrinya ini, karena dia tau jika ini adalah keputusan, juga rencana bodoh yang harus di hentikan. Saat orang tua Arya dan orang tua Nadia menolak rencana pernikahan itu, Nadia semakin marah pada Zafira karena di sini semua hanya memikirkan perasaan Zafira, dan sama sekali tidak memikirkan perasaan dirinya. Baik orang tua Arya juga orangtuanya tetap bersikeras tidak ingin mereka , Arya dan Nadia menikah, dan rasanya Nadia mulai muak dengan Zafira yang selalu mendapat kebahagiaan juga kasih sayang berlimpah dari semua orang sementara dirinya, Nadia hanya ingin memiliki cinta Arya seutuhnya saja dia harus melakukan segala cara untuk mendapatkan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN