Luna kembali berdiri dan menyatukan bibir Felix dengan bibirnya. Tak ingin terlihat lemah, laki-laki tampan itu pun segera menurunkan tali ukuran lidi yang menyangga penutup tubuh Luna dan tampak menggoda dari luar.
Gema napas tipis membayangi gendang telinga Felix yang haus akan sentuhan seorang perawan. Mungkin ia akan segera hanyut dan tenggelam.
Felix mengerang dalam gumam. Tatapan matanya tajam seperti Elang. Ia tidak tahan lagi untuk segera melepas pusaka miliknya, namun Luna menahan.
Jari-jemari tangan Felix meraba bokoong bulat dan kencang milik Luna. Rasanya, ada sesuatu yang berbeda ketika ia menyentuh kulit halus milik wanita itu. Entah mengapa, detak jantungnya tiba-tiba saja menyala.
Setelah cukup lama berburu, akhirnya Felix menemukan rusa buruan favoritnya dan kini ia tinggal mengejar, serta mencengkram untuk dinikmati semalaman.
Alunan musik senada, terdengar di dalam hati Luna yang entah bagaimana bisa mendapatkan kenyamanan dari laki-laki yang baru saja ia kenali.
Ini seperti dongeng yang menceritakan tentang suasana jatuh hati pada pandangan pertama. Hanya saja, ia bukan seorang putri, melainkan pelaacur.
Felix melepaskan bibirnya dari Luna, lalu ia membalik posisi, hingga tubuh kokohnya berada di atas. Suka dengan suara manja yang keluar dari gumaman wanitanya, Felix memainkan cuping telinga gadis itu dengan penuh perasaan.
Setelah melihat Luna melemah, Felix membuka habis pakaian gadis tersebut, hingga tidak ada sehelai benang pun yang membatasi pandangannya terhadap tumpukan lemak di dadaa wanitanya yang begitu menggiurkan.
Sekarang keduanya seperti dua bayi kembar yang baru saja dilahirkan ke bumi. Tatapan Felix pun tampak dalam, saat melihat kemolekan tubuh Luna yang begitu sempurna, tanpa lapisan lemak.
Pemandangan indah dunia itu, berhasil membuatnya kembali terbakar. Tanpa melepas tatapan memburu dari kedua matanya yang tajam, Felix menyapu kulit tipis milik sang gadis dengan lidah hangat miliknya.
"Sayang," gumamnya seraya menuruni bawah leher Luna yang menyembul sempurna.
Luna menggigit bibir bawah seraya menengadahkan kepala. Bibirnya tersenyum merayu, sementara matanya berbinar-binar.
Felix mulai menikmati dadaa gadis malamnya tersebut. Setiap sentuhan darinya, mampu membius pikiran Felix yang menggugah perasaannya untuk mengatakan, bahwa ia suka gadisnya, hingga ke dasar hati yang paling dalam.
Luna menahan kegelisahan sambil menggenggam alas kasur dan menegangkan otot dadaa serta perutnya.
"Aku sangat menginginkan kamu, Luna," bisik Felix, terdengar basah di telinga Luna. Hal itu membuat sang gadis semakin menggeliat gemulai dan terbuai.
"Felix," sahut Luna manja, seraya menatap balik mata Felix yang sudah dipenuhi dengan keinginan.
"Saya sangat ingin dan tidak bisa menundanya lagi. Bolehkah?" pinta Felix santun dan tiba-tiba saja, Luna menjadi sangat suka dengan kejujuran laki-laki yang berada di hadapannya tersebut.
Tak lama, Felix pun mulai menikmati tubuh gadis yang ia beli dengan harga fantastis tersebut. Semua momen itu membuat keduanya mengerang manja sembari menatap satu sama lainnya.
Bagi Felix, ini adalah pertama kalinya ia menikmati selaput keperawanan yang masih tersegel rapi. Sementara bagi Luna, ini adalah pertama kalinya tubuh muda itu dijamah oleh seorang laki-laki.
Luna mengerang bersama air mata yang menetes di sudut luar kedua sisi matanya. Ia pun terus mendesah gelisah sambil menahan rasa perih yang luar biasa.
Sementara, Felix yang tampak puas dengan sensasi rasa yang berbeda ketika menerobos selaput dara milik Luna, bergerak dan menghentak sangat cepat. Ia terlihat benar-benar menikmati rasa yang berbeda kali ini.
20 menit mengadu pinggul, jauhar milik Felix kembali tumpah di atas rerumputan tipis dan rapi milik Luna. Lalu disusul dengan suara desah yang manja dan terputus-putus.
"Sttt ... ." Luna berdesis seperti ular yang menyadari kehadiran musuhnya. Kemudian ia memeluk tubuh Felix yang sudah dipenuhi peluh.
"Luar biasa, Luna. Luar biasa sekali. Ini kali pertama saya merasakannya." Felix mengomel tanpa memperdulikan apa pun karena ia sudah mencapai titiknya.
"Apa itu benar?"
"Iya dan saya sangat bahagia," tutur Felix yang kemudian memutuskan untuk duduk sambil memperhatikan sedikit darah segar yang membasahi bagian sensitif miliknya dan alas kasur yang berwarna putih.
Saat itu, Felix terus tersenyum puas dan ia merasa lega. "Sempurna," gumamnya seraya meletakkan tubuh yang telah diselimuti peluh di sisi kanan Luna.
Luna masih merasa kesakitan dengan tubuhnya yang terlentang tanpa busana di atas tempat tidur, tidak jauh dari Felix. Dengan matanya yang berkaca-kaca, Luna terus menatap laki-laki kekar itu sambil tersenyum.
Felix pun tersenyum, "Kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap kedua mata Luna yang bulat dan besar.
"Ya ... ."
"Boleh aku melihat sesuatu?"
"Tentu saja, apa pun itu. Malam ini, aku milikmu."
"Aku ingin menikmati wajahmu tanpa make up," pinta Felix sembari menyentuh pipi kiri dan bibir Luna.
"Iya." Luna berdiri perlahan menuju kamar mandi dengan langkahnya yang lambat.
"Apa itu sakit?"
Luna hanya tersenyum tanpa menjawab. Sebab, perhatian Felix sudah mampu menghilangkan rasa sakit di bagian tubuhnya yang paling sensitif.
"Aku akan menunggumu." Felix berniat untuk menunggu di depan pintu kamar mandi.
Luna tersenyum manis saat mendengar ucapan Felix yang sudah berdiri, tanpa sehelai benang pun yang menutupi otot-otot kekar miliknya.
Setelah selesai membersihkan diri, Luna keluar dari kamar mandi dan memperlihatkan wajahnya yang merona alami.
Felix menatap dalam-dalam wajah asli Luna yang bercahaya lembut tersebut. "Kamu memang cantik. Saat menatapmu, sepertinya semua rasa lelah dan bosan ini hilang."
"Terima kasih," jawab Luna yang sama terkesimanya dengan ketampanan Felix.
"Huuuh ... ." Felix menghela napas panjang.
"Ada apa?"
"Entahlah. Hanya saja, baru kali ini aku begitu."
"Maksudnya?" Luna menatap mata Felix dengan penuh perasaan dan seketika napas keduanya kembali tersendat. Jantung keduanya pun kembali berlari kencang.
Cup.
Luna menempelkan bibirnya pada bibir Felix dan sesekali melepasnya. Lalu mereka saling bertatapan. Saat itu, hati keduanya seakan terhubung, walaupun mereka baru saja bertemu beberapa jam yang lalu.
"Apa masih sangat sakit?" tanya Felix dengan suara tenang dan napas yang hangat.
"Aku rasa, aku mampu menahannya untukmu, jika kamu masih menginginkannya."
Tidak tahan mendengar jawaban dari bibir Luna yang begitu manis, Felix menajamkan pandangannya dan sekali lagi, ia ingin menerkam buruannya.
"Aku ingin melakukannya sambil berdiri dan menatap bola matamu yang indah. Bagaimana menurutmu?"
"Lakukanlah!"
Felix tampak terbakar hanya dengan mendengar perkataan sederhana dari bibir wanita muda yang baru saja ia beli tersebut.
Kemudian ia menikmati leher jenjang yang putih dan mulus milik Luna. Kumis tipis miliknya pun mulai memberikan rasa nikmat hingga Luna mendesah nakal sembari memejamkan kedua matanya.
Hal yang paling Felix sukai tampaknya adalah ketika tubuh Luna mulai bergetar, diiringi napas bergejolak dengan mulutnya yang menganga.
Felix mengambil kesempatan itu untuk menyentuh bibir Luna yang memerah karena gigitan kecil yang baru saja ia berikan.
Tak lama, suara rintihan manja bersambut dengan lumatan yang liar. Entah apa yang merasuki jiwanya saat ini? Yang jelas, ia tidak ingin berhenti.
Tampaknya, Luna sudah berhasil memberikannya ketenangan dan kenyamanan dalam waktu yang bersamaan.
Saat ini, kecupan Felix tidak ada putusnya. Hingga bibir Luna tidak bisa diam dan terus mengeluarkan suara yang manja.
Dari wajah Luna, bibir nakal Felix bergrilia hingga ke dadaa. "Ini adalah hal yang paling membuatku tidak bisa menahan diri. Sempurna, Luna," ujar Felix sembari memijat lembut buah kembar milik Luna yang sudah terasa keras dan padat.
Felix terus menikmati dengan semangatnya. Seperti bayi raksasa yang haus ASI dari seorang ibu. Dengan hisapan dan permainan mulutnya, Felix berhasil membuat Luna semakin menggila.
Gadis itu pun mulai kehilangan kendali atas tubuhnya. Namun Felix tidak bersedia untuk melepaskan Luna.
Tanpa disadari, Felix berlaku tidak sewajarnya kali ini. Biasanya, ia selalu ingin dilayani oleh para wanita yang datang dan pergi silih berganti, hanya dalam waktu satu malam di dalam hidupnya.
Namun saat ini, entah dari mana asalnya, Felix sangat ingin menjadi b***k birahi Luna dan terus mendengar rintihan wanitanya.
Setelah sepuluh menit, Felix menundukkan tubuh dan mulai memberikan kecupan bertubi-tubi pada bagian perut Luna yang terlihat ramping dan memiliki lekuk indah di kedua sisi pinggangnya.
Luna semakin menggelora, Felix pun menurunkan wajahnya dan ia mulai menikmati surga dunia dari mahkota seorang wanita yang sudah lama ia impikan.
Wanita yang tadinya masih tersegel rapi dan belum tersentuh oleh siapa pun. Saat ini, ia lah sang pembuka segel tersebut.
Lima menit bermain di pintu surga milik Luna yang basah, membuat Felix menjadi semakin gila. Ia tidak bisa bertahan dan pura-pura tak melihat keindahan wanita yang berada tepat dihadapannya malam ini.
Sementara di posisi, Luna. Tubuh gadis muda itu tampak semakin gemetaran dan lunglai. Ia sudah berusaha untuk bertahan pada dinding agar tetap berdiri tegak, hanya demi memenuhi keinginan sang pembeli kemolekannya.
"Please ... ," pinta Luna dalam desah dan ia memang terlihat sudah sangat gelisah.
Seraya berdiri, Felix menekan tubuhnya pada Luna. Sementara bibirnya terus menyekap bibir wanitanya itu.
Luna pun semakin hanyut dan terbuai dalam sentuhan pria asing yang sudah berusaha memperlakukannya dengan baik.
Tidak ingin kehilangan momen berharga tersebut, Felix melancarkan aksi terakhirnya dan ia percaya bahwa Luna tidak akan pernah mampu melupakan malam ini.
"Felix ... ."
"Heeemm?"
Tak lama, terdengar suara manja dari bibir Felix yang sekali-kali mengerang kenikmatan, akibat pijatan mahkota Luna yang mampu menciptakan denyutan yang selama ini tidak pernah ia rasakan pada wanita yang sudah menghabiskan banyak malam bersama dirinya.
"Bagaimana kamu melakukannya, Luna?" tanya Felix semakin kagum dengan wanitanya tersebut.
"Dengan berlatih senam kagel."
"Kamu benar-benar luar biasa."
"Siapa saja bisa melakukannya."
"Tidak. Ini kali pertama aku merasakannya."
"Kamu berhasil membuatku hilang akal." Felix kembali mengunci mulut Luna dengan bibirnya. Lalu ia memulai akselerasi dalam permainan panasnya.
Desahan keduanya saling bersahutan. Posisi baru dengan rasa yang baru. Semua ini dapat membuat keduanya berada di puncak kenikmatan dalam permainan malam yang mendebarkan.
Bersambung.
Novel aku yang satu ini agak berbeda. Sebab, akan banyak bumbu percintaan di dalamnya. Untuk pembaca berusia di bawah 17 tahun, minggir ya! Kemudian, jangan lupa tab love dan tinggalkan komentar. Makasih.