"Ando benar, loh." Cindy mendengarkan cerita menggebu Lista yang terengah sendiri karena terbawa emosi, dan mendapat pelototan tajam karena memberi opini yang rupanya terdengar memihak. "Kenapa lo gak suka kalau dia dekat dengan Karen, jika bukan cemburu?"
"Lo juga gak suka Ando dekat dengan dia." Sampai Bumi terlahir kembali menjadi planet baru, dia akan menyangkal semua ucapan Cindy yang mendukung Ando. "Bukan berarti lo cemburu ama Ando, kan?"
"Gak bisa disamain, cintaku." Terkadang oh terkadang, Cindy cemas sendiri apa yang ada dalam pikiran Lista hingga bisa membuat persamaan seperti itu. "Gue gak suka Ando deket dengan Karen, karena tau dia pacar lo dan cewek itu udah kayak kelabang yang siap dibasmi. Sedangkan lo adalah pacarnya. Itu bedanya."
"Sama aja, Cindy. Gue dengan dia itu kontrak, sedangkan dia ama Ando itu teman sebangku. Kenapa lo lebih memilih ikutan kesel dengan dia dekat dengan Ando yang jelas - jelas teman, ketimbang ama gue yang marah karena hal ini, padahal cuman pacar bohongan?" Ia penasaran, mengapa Cindy menatap Tong Sampah yang berdiri tak jauh dari mereka berada dengan penuh damba. "Gak bisa jawab, kan?"
"Lo terlalu pinter buat gue yang pas - pasan." Ia menahan diri untuk tidak menceburkan diri kedalam Tong sampah, sebagai tanda frustasi menghadapi Lista. "Tapi gue setuju soal itu. Lo gak berhak uring - uringan kayak gak dikasih jajan ama Ortu, karena kalian cuman kontrak. Kecuali, lo menganggap lebih hubungan ini."
Melihat Lista memilih diam sambil menatap sekeliling luar kelas mereka yang asyik merayakan kelas kosong akbar karena Guru tercinta mereka sedang rapat, ia tak tega untuk berbicara lagi. Sehingga memilih diam saja sambil memperhatikan Ando sedang bermain Basket dengan teman sekelasnya di halaman, disaksikan oleh Karen yang sedang bertepuk tangan heboh sendiri di kursi penonton, menghampiri cowok itu sambil membawakan botol minuman dan tak tahu malu mengelap wajah Cowok itu dengan handuk kecil yang dibawanya sejak tadi.
Rupanya Cindy tak tahan menjadi penonton kemesraan mereka yang membuat asam lambungnya meningkat hinga ke Otak. Ia berdiri dengan emosi sambil berkacak pinggang, menatap Lista yang terlihat seperti siap ditumbalkan. "Lo liat mereka gitu dan masih duduk kayak gini?!"
"Cin.." Ini yang berpacaran siapa, yang siap menghajar siapa. "Udah.. diliatin tau."
"BODO AMAT!" Ia langsung mengacungkan tinju kearah Ando, yang sedang menyentuh puncak kepala Karen yang sedang tertawa sambil menepuk pundak kanan cowok itu. "Lista, gak ada salahnya untuk jujur, loh. Minimal dengan gue, deh."
"Trus sesudahnya apa? Dia tetap dekat dengan cewek itu, dan gue tetap kayak gini."
Mungkin Lista akan jujur tentang isi hatinya , jika ia benar - benar berubah menjadi Penyihir dan merubah wujud Karen menjadi Kodok. "Lo bisa akhirin hubungan ini."
Sekarang sedang musim kemarau yang membuat separo teman - temannya menderita sakit batuk dan pilek karena terlalu sering mengkonsumsi minuman dingin. Tapi, mengapa ia bergidik sendiri seolah sedang berada di tengah hujan deras? "Mungkin..."
Ia mengucapkan itu tepat saat Ando mendongkak, menatapnya dengan sepasang iris mata sehitam arang dari jauh, dan membuatnya terpaku. Pertanyaannya, bagaimana bisa ia melepas semua perasaan nyaman dan tenang yang dhadirkan Ando selama ini, jika memutuskan melepas Cowok itu dalam genggamannya?
Rasa trauma dalam dirinya mengejek. Apakah ia baru saja berpikir bahwa hubungan yang mereka jalin saat ini, benar - benar terjadi karena mereka saling suka?
Mungkin hanya aku, halusinasi
Bahwa rasa kita sama.
Ia menunduk sembari menggeleng pelan. Berusaha untuk tidak tertawa karena tak ingin memancing perhatian. Sungguh, menyedihkan sekali dirinya ini.
***
Terlalu fokus memperhatikan Lista yang melamun di balkon lantai 2, dengan Cindy yang terlihat berapi - api sambil mengepalkan tinju, membuat Ando tak sempat menghindar saat Karen kini mengelap wajahnya dengan Handuk kecil berwarna Putih, yang memancing sorak sorai di sekeliling mereka. Ia tak nyaman. "Karen.."
"Di wajah lo ada pasir. Coba sini.." Karen tak peduli dengan larangan tersirat Ando, dan memilih berdiri didepan Ando lalu berjinjit, karena Cowok itu terlalu tinggi. "Ada daun diatas kepala lo. Kok bisa, sih?"
Ia tak peduli jika Karen malah menemukan Ikan Paus dalam sapuan keringatnya, karena fokusnya teralihkan kearah Lista yang memperhatikannya, kemudian menggeleng pelan sembari pergi begitu saja. Meninggalkan Cindy yang kini berlari di belakangnya.
Perasaan tak nyaman familier kini meninju ulu hati.
"Ando, mau kemana?" Teriaknya sambil memperhatikan Ando yang berlari melewati Lapangan Bola, dan berhenti ketika cowok pujaannya kini berhadapan dengan Lista. Sungguh, hingga detik ini ia tak tahu apa yang membuat Ando lari begitu saja meninggalkannya untuk kesejuta kalinya, demi seorang Elista.
Karen memperhatikan Lista dengan seksama, mencoba membandingkan dengan dirinya, lalu beralih kearah Ando yang terlihat mati - matian mendekati cewek itu hingga membuatnya mendengus kesal.
Ia mati - matian berusaha membuat Ando memperhatikan semua usahanya, tapi Lista yang mendapatkan cuma - cuma malah membuang itu.
Jika Ando lelah menghadapi sifat manja Lista yang memuakkan, jangan pernah menganggapnya perebut jika cowok itu mendatanginya sukarela.
Karena Lista selalu mengusir kehadiran Ando. Cowok mana yang rela diperlakukan seperti itu?
Ia tersenyum kecil. Cukup sedikit sentuhan sana - sini dan usaha lebih keras lagi, dapat dipastikan selamanya Lista akan terkubur dalam ingatan Ando.
Ia bersinandung riang sambil berjalan mendekati mereka, menikmati sorot mata unik waspada Lista yang mengiringi langkahnya, tersenyum kecil saat berdiri diantara mereka, lalu spontan merangkul lengan kanan Ando yang berdiri menjulang disampingnya. Terlihat serasi, kan? "Ando, yuk kita makan siang bareng. Tadi lo bilang udah laper banget, kan?"
Tatapan tajam Lista takkan pernah bisa mengintimidasinya. Tidak, ketika Ando menyambut kehadirannya, merespon semua ucapannya, walau hanya setengah hati.