Bab 9

1269 Kata
Zevanya berjalan keluar dari lift diikuti oleh Karlina sekretarisnya serta Daniel. Ia berjalan menuju lobby hotel dimana mobil miliknya sudah terparkir di sana dan siap untuk digunakan. Sampai di luar lobby, Daniel segera menerima kunci mobil yang diberikan petugas padanya, setelah itu ia segera berjalan lebih cepat menuju mobil dan membukakan pintu bagi Zevanya. Begitu wanita itu sudah masuk ke dalam mobil, barulah Karlina dan Daniel menyusul untuk masuk ke sana dengan duduk di kursi bagian depan. Tanpa menunggu lama Daniel segera menyalakan mesin mobil dan melajukan benda besi tersebut keluar dari area hotel menuju salah satu restoran yang sudah di reservasi oleh Karlina dari jauh-jauh hari untuk pertemuan mereka hari ini. “Karlina, kirimkan saya beberapa riset tentang Andaran Corps,” perintah Zevanya sambil sibuk membaca proposal yang ada di tangannya. Karlina memberikan anggukan dan segera membuka ipad di tangannya. Ia mencari file yang ia buat untuk merangkum semua informasi tentang perusahaan Andaran Corps. “Ini beberapa daftar perusahaan yang diberikan dana Investasi oleh Andaran Corps Bu. Jika dilihat dari kualifikasi dan kualitas perusahaan-perusahaan tersebut, saya rasa kita memenuhi syarat untuk mengajukan diri pada mereka,” ujar Karlina penuh keyakinan sambil menyerahkan ipadnya pada Zevanya. Zevanya tersenyum puas sambil menerima Ipad yang diberikan Karlina padanya. Ia membaca dengan seksama beberapa ringkasan tentang profil Andaran Corps yang dibuat oleh Karlina. “Lalu, soal identitas Direktur utamanya, apa kamu sudah mencari tahu?” tanya Zevanya. Karlina memberikan gelengan kepala dengan wajah lesu. “Maaf bu, tapi saya hanya tahu bahwa nama Direktur utama Andaran Corps adalah Alviano Andaran, tapi sama sekali tidak ada informasi lain tentangnya. Sepertinya dia adalah orang yang cukup tertutup dan tidak suka dipublikasikan,” jelas Karlina. Zevanya menghela nafas mendengar perkataan Karlina. “Cari cara bagaimanapun untuk mencari tahu identitas Direktur utama Andaran Corps. Biar bagaimanapun kita harus mencari tahu tentang dia jika ingin bersaing dengan hotel lain, karakternya yang akan menentukan bagaimana langkah kita selanjutnya untuk mendapatkan investasi dari perusahaannya,” ujar Zevanya. “Baik Bu, akan saya usahakan,” jawab Karlina. Mendengar pembicaraan Zevanya dan Karlina membuat Daniel yang sedang menyetir langsung tertawa . Hal itu tentu saja membuat bingung dua wanita yang berada di dalam mobil bersama dirinya saat ini. “Apa ada sesuatu yang lucu di sini?” tanya Zevanya merasa tersinggung dengan tawa Daniel. Daniel melirik Zevanya yang duduk di belakang dengan wajah santai. “Tentu saja lucu Nona Agatha. Anda menggunakan cara licik untuk mendapatkan investasi besar dari Andaran Corps. Bukannya mencoba untuk meningkatkan kualitas hotel kalian agar Direktur Andaran Corps tertarik berinvestasi, tapi kalian malah mencari cara dengan menjilat,” jelas Daniel mengungkapkan alasannya tertawa tadi. Zevanya mendengus sinis mendengar perkataan Daniel. “Orang biasa seperti kamu mengerti apa tentang bisnis. Kamu bahkan tidak mengerti bagaimana persaingan di dunia bisnis tapi mau mencoba untuk menasehati saya” ujar Zevanya dengan nada tajam. “Tidak ada yang kurang dari kualitas dan kuantitas Gadi’s Hotel, hanya saja orang-orang besar seperti Direktur Andaran Corps terkadang tidak mementingkan kualitas untuk berinvestasi pada sebuah perusahaan, mereka lebih sering asal-asalan dan bergantung dengan mood mereka saja,”lanjutnya penuh keyakinan. Daniel mengerutkan alis dan memasang ekspresi bingung mendengar penjelasan dari Zevanya. “Asal-asalan?” Tanya Daniel. “Apa dengan berinvestasi asal-asalan mereka bisa menjadi perusahaan yang besar? Mereka pasti memikirkan untung dan rugi serta jangkauan pasar untuk berinvestasi agar bisa mendapatkan profit yang menguntungkan.” Zevanya menatap tajam penuh selidik pada Daniel. “Darimana kamu tahu hal-hal seperti itu? Kalau kamu mengerti dunia bisnis, kenapa malah jadi seorang bodyguard,” sindir Zevanya. “Hanya sering mendengarnya di berita atau koran-koran yang saya baca,” jawab Daniel. Zevanya tertawa meremehkan mendengar jawaban dari pria itu. “Apa kamu pikir yang terlihat di berita itu sepenuhnya benar? Dunia bisnis tidak sebersih itu Daniel, banyak hal buruk yang harus kamu lalui untuk menjadi sukses bahkan kamu juga harus menggunakan cara licik. jadi, bukan hanya tentang jangkauan pasar dan kualitas yang menentukan sebuah profit,” jelas Zevanya. Setelah mengatakan hal itu ia kembali membaca berkas pada ipad yang ada di tangannya saat ini. Zevanya tidak menyadari bahwa ucapannya memancing rasa marah di hati Daniel karena mengingatkan pria itu pada sebuah masa lalu. ***** Mobil yang dikendarai Daniel berhenti tepat di depan salah satu restoran ternama di kota Jakarta. Setelah mematikan mesin mobil, Daniel segera keluar dari sana dan membukakan pintu bagi Zevanya. Begitu keluar dari mobil, Zevanya segera berjalan masuk ke dalam restoran diikuti oleh Karlina dan Daniel. Namun, langkahnya terhenti tepat di depan pintu restoran saat mendengar bunyi dering ponsel. Dering ponsel yang terdengar itu ternyata berasal dari saku celana Daniel. Pria itu mengeluarkan ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya lalu kembali menatap Zevanya. “Anda bisa masuk duluan Nona Agatha, saya masih harus menerima telepon,” ujar Daniel. Zevanya hanya memberikan anggukan acuh seakan tidak peduli pria itu menerima telepon dari siapa. Ia melanjutkan langkahnya memasuki restoran dengan Karlina yang mengikuti dari belakang. Begitu sampai di dalam restoran, seorang pelayan berjalan mendekati Zevanya dan karlina sambil menunduk hormat. “Selamat siang, reservasi atas nama siapa ya?” Tanya pelayan tersebut dengan nada sesopan mungkin. “Atas nama Zevanya Agatha,” jawab Karlina. “Mari silahkan, saya tunjukkan ruangannya,” ujar pelayan tersebut sambil mempersilahkan Zevanya dan Karlina untuk berjalan mengikutinya. Ketiganya kemudian melangkah bersama memasuki restoran menuju ruang meeting VIP yang telah disiapkan. Ruangan tersebut cukup besar dan private dengan satu meja panjang di dalamnya. Kondisi ruangan juga masih kosong, pertanda bahwa orang yang ingin mereka temui belum tiba. “Segera keluarkan proposal awalnya dan siapkan beberapa berkas pendukung lainnya,” perintah Zevanya pada Karlina sambil berjalan menuju kursi dan duduk di sana. Karlina tentu saja langsung melakukan apa yang diperintahkan atasannya sebelum ikut duduk di samping Zevanya. Beberapa menit kemudian terlihat dua orang pria yang memasuki ruangan mereka membuat dua wanita tadi refleks langsung berdiri. “Selamat siang,” sapa salah satu pria. Zevanya memberikan senyuman ramah dan mengulurkan tangannya pada kedua pria. “Perkenalkan, Saya Zevanya Agatha CEO Gadi’s Hotel,” ujarnya memperkenalkan diri. “Tentu saja saya mengenali Anda Bu Zevanya, anda cukup terkenal sebagai pebisnis muda yang berbakat,” puji salah satu pria yang berdiri di hadapan Zevanya dan Karlina. “Perkenalkan juga, saya Anwar Herwani perwakilan Andaran Corps dan ini asisten saya,” lanjutnya memperkenalkan dirinya dan pria yang bersamanya. “Silahkan duduk,” ujar Zevanya mempersilahkan. “Waktu kami tidak terlalu banyak Bu Zevanya, jadi mungkin kita bisa langsung mulai saja dengan anda memperkenalkan profil hotel anda serta keunggulannya dibanding hotel-hotel lain,” ujar Anwar. Zevanya mengangguk paham kemudian menatap Karlina untuk menyerahkan proposal berisi profil hotel mereka pada Anwar dan asistennya itu. Menerima berkas dari Karlina, kedua pria itu mulai membaca dengan seksama tulisan yang tertulis dalam berkas di tangan mereka itu sambil mendengarkan penjelasan yang disampaikan Zevanya. “Dilihat dari cara kalian menjabarkan profil hotel kalian, bisa saya pastikan hotel kalian memang salah satu hotel terbaik di jakarta saat ini,” ujar Anwar memuji. Mendengar pujian tersebut membuat Zevanya tersenyum puas. “Terimakasih untuk pujiannya.” Anwar memberikan anggukan kemudian meletakkan berkas di tangannya lalu menatap lekat pada Zevanya. “Namun anda harus tahu Bu Zevanya, Andaran Corps bukanlah perusahaan yang memberikan investasi secara asal-asalan. Kami tidak hanya memperhatikan kualitas dari sebuah perusahaan, melainkan juga memperhatikan jangkauan pasar dan peluang profit yang bisa kami dapatkan jika berinvestasi,” jelas Anwar. “Selain itu, Direktur kami adalah orang yang sangat ketat dalam menilai hal tersebut,” lanjutnya mengungkapkan dengan penuh tekanan. Zevanya terdiam beberapa detik seakan merasa tidak asing dengan kalimat yang dilontarkan pria di hadapannya saat ini. Namun, ia tetap memaksakan senyumnya dan memberikan anggukan agar tetap terlihat profesional.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN