Bab 12

1316 Kata
Sebuah mobil terlihat berjalan masuk ke dalam kawasan kediaman dari Endiwarma Gadi. Di dalam mobil terlihat Zevanya yang nampak duduk di kursi penumpang belakang dengan Daniel yang duduk di kursi kemudi. Begitu mobil berhenti di depan teras rumah besar tersebut, Daniel segera keluar dari mobil dan membukakan pintu bagi Zevanya. Keduanya kemudian berjalan bersama memasuki rumah tersebut setelah Daniel menyerahkan kunci mobil pada salah satu bodyguard yang berjaga untuk membawa mobil yang ia kendarai ke area garasi. Begitu Zevanya sudah akan sampai di pintu rumah dan hendak masuk, terlihat seorang pria muda yang berjalan dari dalam rumah melewati pintu sambil tersenyum penuh arti begitu melihat Zevanya. “Halo kakak gue yang cantik,” ujar pria tersebut menyapa Zevanya. Ekspresi Zevanya yang memang dari tadi sudah datar berubah menatap penuh kebencian saat disapa oleh pria muda yang tidak lain adalah adik tirinya dari istri kedua Papanya itu. Usia mereka berbeda hampir sepuluh tahun, tapi pria ingusan ini tidak pernah tahu caranya menghargai orang yang lebih tua. “Ngapain liatin gue kaya gitu kak, lo emang nggak pernah lihat cowok seganteng gue?” Tanya pria itu sambil tersenyum mengejek Zevanya. Mendengar penuturan adiknya itu membuat Zevanya merasa ingin muntah saat ini. “Refo Sebastian Gadi. Daripada kamu mikirin penampilan kamu, lebih baik pikirin nilai kamu yang anjlok di sekolah. Gimana kalau Papa sampai tahu kamu bukannya fokus belajar tapi malah ngelakuin hal-hal nggak berguna sama teman-teman kamu?” ujar Zevanya sambil tersenyum penuh kemenangan. Perkataan kakaknya itu tentu saja membuat bocah berumur tujuh belas tahun itu langsung merubah ekspresinya menjadi sangat marah. “Nggak usah sok-sokan ngancem gue deh loh. semarah-marahnya bokap sama gue, dia nggak akan ngehukum gue seburuk dia ngehukum lo,” ujar Refo, ia kemudian melirik ke arah Daniel yang berdiri di belakang Zevanya dan hanya diam memperhatikan interaksi mereka. “Dia pasti bodyguard yang disiapkan bokap buat ngawasin lo kan kan? Pergerakan lo aja masih diawasin bokap, tapi sok-sokan mau nyeramahin gue,” lanjutnya sambil kembali tertawa mengejek dan menatap Zevanya dengan tatapan meremehkan. Daniel merasa tidak punya waktu untuk menyaksikan konflik diantara kaka beradik di hadapannya ini. Ia akhirnya berjalan beberapa langkah mendahului Zevanya kemudian berhenti sebentar dan menatap wanita itu. “Saya masih harus memberikan laporan pada Pak Endiwarma. Lanjutkan saja pembicaraan kalian berdua.” Setelah mengatakan hal itu Daniel berjalan lebih dulu memasuki rumah untuk pergi ke ruang kerja Endiwarma Gadi guna melaporkan beberapa hal setelah mengawasi Zevanya selama beberapa hari ini. Setelah Daniel sudah tidak terlihat, Refo kembali menatap kakaknya dengan tatapan meremehkan. “Lo pasti penasaran apa yang ngebuat bokap tiba-tiba nyari orang buat ngawasin lo kan. Gua tahu kok jawabannya,” ujar Refo dengan nada enggan. Zevanya tentu saja tidak menganggap serius perkataan bocah berusia tujuh belas tahun ini. “Nggak usah memusingkan hidup aku, urus aja hidup kamu yang berantakkan itu,” jawab Zevanya. Ia kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. “Harusnya lo sadar diri kak, hidup lo itu lebih berantakan daripada gue,” ejek Refo. Ejekan adiknya itu tentu saja menghentikan langkah kaki Zevanya yang sebenarnya sudah sedikit jauh dari adiknya itu. Ia kemudian berbalik dan menatap tajam pada Refo yang terlihat santai setelah menghina kakaknya. “Kenapa, lo nggak terima sama perkataan gue?” Tanya Refo sambil tersenyum penuh kemenangan. “Jelas-jelas lo itu hidup dibawah tekanan bokap dan hanya jadi robot penghasil uang buat dia, selain itu nyokap lo cuma jadi istri pajangan yang sama sekali nggak berarti dan nggak dihargai di rumah ini. Semua orang di rumah ini bahkan sadar kak kalau bokap itu lebih sayang sama gue dan nyokap gue,” jelas Refo dengan nada bangga. Zevanya hanya terdiam tidak menjawab perkataan adiknya itu. Tangannya terkepal kuat menahan amarahnya akibat hinaan dari bocah dihadapannya itu. Ingin sekali sebenarnya ia memberikan pelajaran pada Refo yang sudah bersikap kurang ajar padanya, namun ia sadar resikonya nanti malah akan ditanggung oleh mamanya yang hidup satu rumah dengan mereka. Merasa pembicaraan ini dimenangkan olehnya, Refo tersenyum senang kemudian segera melanjutkan perjalanannya keluar rumah meninggalkan Zevanya yang masih terbakar api amarah karena penghinaan yang dilakukan oleh anak kedua Papanya itu. ***** Daniel berdiri di depan sebuah pintu besar yang dijaga oleh dua orang pria yang mengenakan jas hitam dengan lencana kecil seperti yang ia kenakan. Melihat kedatangan Daniel, salah stau pria yang berjaga segera membukakan pintu untuk dirinya. Daniel memberikan anggukan sambil tersenyum formal pada dua orang tersebut sebelum masuk ke dalam ruangan yang adalah ruang kerja dari Endiwarma Gadi. Begitu Daniel sudah masuk ke dalam ruangan, pandangannya langsung menatap lurus ke arah meja besar yang ada di dalam ruangan tersebut dan duduk seorang pria paru baya yang terlihat sedang sibuk menatap ke arah layar komputer di atas mejanya. Menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya, pria paru baya yang duduk tersebut segera mengalihkan tatapannya menatap Daniel dengan ekspresi datar. Ia segera melepaskan pekerjaannya kemudian bangun dari duduknya sambil memegang sebuah tongkat kecil dengan bagian pegangan berwarna emas. “Akhirnya kamu datang juga,” ujar pria paru baya tersebut yang tidak lain adalah Endiwarma Gadi. Ia menatap Daniel dengan tatapan penuh selidik sambil berjalan ke arah sebuah sofa yang ada di dalam ruang kerjanya kemudian duduk di sana. Daniel berjalan mendekati pria paru baya itu dan berdiri di hadapannya dengan kepala yang menunduk hormat. “Selamat Siang Tuan,” sapa Daniel. Endiwarma Gadi memberikan anggukan untuk membalas sapaan pria di hadapannya ini. “Jadi, bagaimana pengawasan kamu pada Zevanya selama beberapa hari ini?” Tanya Endiwarma yang langsung to the point pada pria yang ia kerjakan untuk mengawasi putrinya itu. “Belum ada hal-hal aneh yang dilakukan oleh putri anda Tuan. Beberapa hari ini saya masih mencoba mempelajari karakternya dan melihat bagaimana kebiasannya selama ini untuk menemukan beberapa hal yang menjadi kecurigaan anda,” jelas Daniel. Endiwarma Gadi mengangguk paham mendengar penjelasan yang diberikan oleh pria di hadapannya ini. “Saya dengar kamu cukup ahli dalam membaca karakter dan pemikiran lawan sebelum menyerangnya. Saya harap kemampuan kamu tidak mengecewakan saya,” ujarnya penuh ketegasan. Daniel mengangguk patuh. “Saya akan melakukan yang terbaik sesuai dengan perintah anda Tuan. Tapi, apa saya boleh mengajukan sebuah pertanyaan sederhana?” Pria paru baya yang tengah duduk di sofa itu menatap penuh selidik pada bodyguard yang baru ia pekerjakan ini. “Pertanyaan apa yang ingin kamu tanyakan?” “Kenapa anda ingin mengawasi putri anda dan kenapa anda mencurigai dia akan melakukan sesuatu untuk menyerang anda?” Tanya Daniel penasaran. Endiwarma tertawa kecil mendengar pertanyaan yang diajukan oleh pria di hadapannya ini. “Kamu adalah orang pertama yang saya pekerjakan dan berani menanyakan alasan dari tugas yang saya berikan.” Eskpresi wajah Daniel langsung berubah sedikit panik. “Maaf jika saya menyinggung anda Tuan,” ucapnya. Endiwarma memberikan gelengan sambil tersenyum menatap Daniel. “Tidak usah meminta maaf. Justru saya cukup senang dengan keberanian kamu dan sikap kamu yang realistis. Setiap perintah tentu saja ada alasannya dan untuk melaksanakan perintah itu tentu saja kalian perlu mengetahui alasannya,” jelas Endiwarma Gadi. Pria paru baya tersebut terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu sebelum kembali menatap ke arah Daniel. “Saya ingin kamu mengawasi putri saya itu, karena kamu sendiri pasti tahu bagaimana karakter dia selama kamu mengawasi dia beberapa hari ini kan? Putri saya itu memiliki sifat yang lebih licik dari apa yang kamu kira, maka dari itu saya perlu seseorang untuk mengawasinya agar dia tidak melakukan sesuatu yang akan menghancurkan perusahaan yang sudah saya kembangkan selama bertahun-tahun ini dengan keringat dan kerja keras saya.” “Saya mengerti Tuan. Saya akan melakukan yang terbaik untuk mengawasi dia dan memastikan dia tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan anda,” jawab Daniel dengan nada tegas. Endiwarma Gadi tersenyum puas mendengar perkataan dari pria yang ia pekerjakan ini. Daniel pun ikut tersenyum formal menatap pria paru baya di hadapannya ini dengan berbagai hal yang berputar dalam pikirannya. Putri anda memang kejam dan licik, dan tentu saja itu menurun dari anda orangtuanya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN