MANTAN ORGANIK 26 - PERTEMUAN TIDAK DISENGAJA

1591 Kata
David mengajak Ajeng ke mall. Layaknya pasangan pada umumnya, David mengajak Ajeng untuk nonton. Ajeng pun menurut saja karena ini adalah bagian dalam misinya, kalau dia tidak mengikuti alur David, dia tidak akan bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Ajeng merasa kesal kepada David namun mau bagaimana lagi, dia tidak bisa mengatakan hal itu, dia harus terus menerus tersenyum seperti orang bodoh. “Kamu mau nonton apa?” tanya David ketika mereka sedang berada di depan counter tiket. Ajeng pun mengamati judul-judul film yang ada di sana, dia tidak menyukai satupun film di sana. Sejak tadi David mulai mengganti panggilan gue-lo menjadi aku-kamu. Untuk menyukseskan kencannya. Ajeng pun melakukan hal serupa. Meski jijik sekali. Lebih baik dia mengatakan hal seperti itu kepada kucingnya ketimbang pada David. “Kamu suka film horror?” tanya David. “Nggak suka.” kata Ajeng. “Kenapa? Kamu pasti takut ya?” tanya David. Ajeng pun menganggukkan kepalanya begitu saja sambil terkekeh, “Emang keliatan banget ya?” tanya Ajeng. David mengangguk, “Iya, keliatan banget. Udah nggak papa, kan ada aku, kamu jangan takut ya, kita nonton horor ya?” kata David. Ajeng pun menurut. Sebenarnya dia sendiri tidak takut film horor. Dia bahkan lebih takut pada makhluk yang tengah mengajaknya menonton film horor. Bagi Ajeng David memang sangat menakutkan. Ajeng mulia berpikir mengenai bagaimana caranya Ayu bisa sampai menyukai DAvid. Namun kalau dia pikir-pikir lagi, David memang sangat bisa membawa suasana, dia bisa memperlakukan perempuan dengan baik. Jadi, mungkin dari hal itu yang membuat David ini disukai oleh Ayu ataupun yang lainnya. Ya, namanya juga playboy, tidak ada yang tidak mungkin. Mereka selalu mempunyai seribu satu cara untuk menaklukan hati perempuan. “Duduk di mana?” tanya David lagi. “Di sini aja di tengah.” kata Ajeng. Ajeng tidak mau mengambil resiko untuk duduk di pinggir. Mereka bukanlah kekasih betulan jadi mereka memang seharusnya berada di tempat yang ‘normal-normal’ saja. “Oke.” kata David. David mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, David membuka dompetnya lama seakan memamerkan kalau di dompet itu dia memiliki uang yang sangat banyak. Ajeng tersenyum meskipun dalam hati dia benci sekali melihat kesombongan itu. Bagi Ajeng, dengan memamerkan kekayaan itu, David tampak seperti orang alay. “Jangan dibuka lama-lama, David. Nanti banyak yang ngincer loh.” kata Ajeng yang begah juga melihat tingkah David. “Nggak Papa. Lagian kalau ilang aku bisa ambil lagi di ATM.” kata David sambil terkekeh. Semoga aja dompet lo beneran ilang. -batin Ajeng menyumpahi David yang sombong. “Tolong bantu aku dong, Jeng. Kira-kira mana uang aku yang jelek ya buat bayar tiket?” kata David. Pengunjung yang ada di bioskop langsung menatap David dan Ajeng dengan tatapan aneh. Ajeng tersenyum meski dalam hati dia kembali mengutuk David yang sudah mempermalukan dirinya. Sadar atau tidak, David ini memang mempermalukan dia sejak tadi. “Ini. Ini kelipet jadi jelek.” kata Ajeng. Ajeng menunjuk dua lembar. Kemudian David mengambilnya dan membayar ke tiket. Penjaga tiket pun sudah kesal sebetulnya meski masih dalam kepalsuan senyumannya. Setelahnya mereka pun mendapatkan tiket dan menunggu pintu teater dibuka karena film yang ada di dalam teater mereka belum selesai. “Ajeng …” panggil David. Mereka duduk di sebuah meja yang telah disediakan. “Iya?” sahut Ajeng. “Aku beliin makanan ya? aku nggak mau kalau kamu sampai mikir kalau aku cowok yang pelit dan nggak modal.” Kata David. Ajeng pun menganggukkan kepalanya begitu saja. “Aku sebenarnya nggak pernah mikir gitu loh sama kamu, David. Tapi kalau itu memang mau kamu yaudah nggak papa aku seneng-seneng aja.” kata Ajeng. “Oke tunggu ya, Cantik.” kata David. Ajeng pun menganggukkan kepalanya begitu saja. Kemudian, David pun pergi begitu saja membeli makanan dan minuman untuk dirinya dan juga Ajeng. Ajeng mengambil ponselnya untuk menghubungi teman-temannya. Dia ingin melaporkan sejauh mana yang dia lakukan. Ajeng: Gue diajakin makan sama sai David. Eh, bukan makan, Nonton bioskop. Ajeng langsung memasukkan ponselnya ke dalam sakunya saat David kembali ke arahnya. Dan benar saja David memang membelikan makanan untuk mereka berdua. Bukan hanya minuman melainkan makanan juga. “Ini, untuk kamu, ini untuk aku,.” kata David. “Ini banyak banget, David, kalau uang kamu habis gimana?” tanya Ajeng yang pura-pura tidak enak dengan uang David. Padahal dalam hatinya dia sama sekali tidak memikirkan hal itu. “Ya nggak papa dong, lagian uang aku nggak akan habis, aku masih banyak di ATM.” kata David. Seketika perut Ajeng mual mendengar apa yang dikatakan oleh ATM tersebut. Namun dia tidak bisa mengatakannya karena sedang berpura-pura. Yang ada David akan kelihatan curiga. “Wah, kamu pasti orang kaya ya?” tanya Ajeng. “Iya, dong. Aku sebenarnya orang kaya. Kamu tadi liat kan di dompet aku banyak kartu?” kata David. Ajeng menganggukkan kepalanya, “Iya banyak banget aku liat tadi.” kata Ajeng. Ajeng tidak berbohong, dia memang melihat banyak kartu ATM di dompet milik David. Entah dari mana uangnya. Atau apakah dia memang anak orang kaya Ajeng tidak tahu juga yang jelas uang itu terlihat sangat mencurigakan. “Iya dong. Jadi ini mah kecil. Jangan ngerasa nggak enak ya?” kata David. “Inimah kayaknya enak deh buka nggak enak.” kata Ajeng terkekeh. David yang melihat Ajeng terkekeh langsung terkekeh juga. Bagaimana pun dia terlihat sangat tertarik dengan Ajeng. Dia bingung kenapa dia bisa setertarik itu dengan ajeng. Ajeng pun bingung kenapa David bisa dengan mudah tertarik kepadanya. “Kamu nggak usaha jual n*****a kan?” kata Ajeng. David terkekeh lagi, “Ya enggaklah, masa orang ganteng kayak aku jualanan n*****a. Nggak level.” kata David. Ajeng pun terkekeh, “Bercanda kali.” kata Ajeng. Tak lama kemudian, pintu teater telah dibuka, Ajeng dan David pun langsung masuk sambil membawa minuman dan popcorn yang belum sempat mereka habiskan di atas meja. Kemudian, mereka pun masuk ke dalam ruangan. Ajeng menghela napas, dia harus menghabiskan waktu sekitar dua setengah jam bersama pria menyebalkan ini. “Astaghfirullah.” pekik Ajeng yang secara refleks memekik ketika hantu muncul secara tiba-tiba, Ajeng bukannya takut, tidak sama sekali. Dia hanya terkejut saja. David di samping Ajeng pun terkekeh, “Kmu lucu banget sih, Jeng.” kata David. Palalu, lucu! -batin Ajeng. David pun langsung mengamati Ajeng. Ajeng pun menoleh setelah merasa ada mata yang mengamatinya. ”Kenapa?” tanya Ajeng. “Sini, pegangan sama aku biar kamu nggak takut lagi.” kata David. Demi apapun, David ini menjijikan sekali. Mungkin kalau Dafa yang mengatakannya maka Ajeng akan menyetujui itu namun kini orang yang memintanya adalah David. Pria b******k yang masih berstatus sebagai pacar Ayu. “Modus ya?” kata Ajeng. “Sedikit.” kata David. David mulai mengambil tangan Ajeng. Ajeng pun menghela napas, dia malas sekali, dia pun akhirnya menolak, “Malu, banyak orang.” kata Ajeng mencoba menolak baik-baik. “Nggak usah malu, lagian gelap.” kata David yang langsung menggenggam tangan Ajeng begitu saja. Sabar, Jeng, Sabar … -batin Ajeng. Ajeng merasa kalau Ayu harus membayar mahal atas apa yang dia lakukan hari ini. Ini sungguh di luar ekspektasinya, dia benar-benar tidak menyangka kalau David sangat menjijikan seperti ini. Setelah film keluar, Ajeng dan David pun keluar dari bioskop. Kemudian, David mengajak Ajeng makan di salah satu restoran Jepang. Ajeng tidak terlalu suka makanan Jepang namun dia bisa memakan ramen. Hanya itu yang bisa dia makan selainnya tidak ada yang bisa dia makan. “Kamu pesan apa?” tanya David. Ajeng pun memilih Ramen kemudian David pun memesan makanan yang sama. Kemudian, David juga memesan sushi dan beberapa makanan lainnya. Ajeng heran dengan orang kaya di hadapannya. Siapa yang mau makan makanan sebanyak ini? -batin Ajeng. Mereka pun langsung saling berbincang-bincang. Namun, saat Ajeng menoleh ke arah lain, seketika dia melihat ada Dafa yang sedang ada di restoran yang sama dengannya. Laki-laki itu terlihat sedang serius dengan laptopnya. Dia bersama dengan teman-teman laki-lakinya. Mungkin sedang kerja kelompok. Mampus, gue! -batin Ajeng. Ajeng seketika lupa cara menelan makanan, dia bahkan bingung cara mengunyah. Dia sangat takut kalau Dafa atau teman-teman Dafa yang lain melihat keberadaan dirinya. Kalau hal itu sampai terjadi, dia tentu tidak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri. Ajeng baru jadian dengan Dafa, dia tidak mau kalau hubungan mereka memburuk gara-gara David. “Kamu liatin apa?” tanya David. “Eh, nggak-nggak ngeliatin apa-apa. Aku mau ke toilet dulu sebentar.” kata Ajeng. David pun menganggukkan kepalanya begitu saja, “Perlu aku antar?” tanya David sambil nyengir. “Dav, jangan mulai deh.” kata Ajeng sambil mencebik manja. David pun langsung terkekeh begitu saja. Kemudian, Ajeng pun langsung pergi begitu saja. Ajeng langsung mencoba menutup wajahnya ketika berjalan ke toilet, dia tidak mau kalau sampai Dafa melihat keberadaannya, dia juga tidak mau kalau sampai Dafa salah paham kepadanya. Bagaimana cara dia menjelaskan kepada Dafa kalau dia ketahuan nanti? Ajeng memilih untuk menelepon Ayu dan andin, mencoba meminta bantuan. Dia benar-benar buntu. Dafa berada di depan pintu, sehingga kalau Ajeng dan David mau keluar tentu akan melewati Dafa. Mati gue, mati! - pekik Ajeng. Ajeng memijat kepalanya, telepon milik Ayu tidak aktif. Begitu juga dengan Andin. Ajeng pun langsung mengirimkan pesan melalui WA ke grup. Ajeng: Tolongin gue! Tolong! Di depan ada Kak Dafa! Gue lagi di Gikini. Kalian kemana sih? Tolong angkat dong! Ahelaa jawab kek. Ajeng mencoba menelepon kedua sahabatnya itu. Setengah jam berlalu, dia belum juga keluar, namun dia pun mencoba menenangkan dirinya dan langsung keluar dari kamar mandi. Sudah setengah jam tidak ada kabar dari temannya, itu artinya dia harus menghadapi ini semua sendirian. Ajeng tentu saja kesal kepada sahabat-sahabatnya namun mau bagaimana lagi?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN