Part 7 - Ketahuan

1712 Kata
Arion Narendra berkencan dengan siswi SMA. Ternyata, wanita yang tertangkap kamera dengan Arion Narendra adalah fans nya sendiri. Heboh foto memasuki hotel, Arion Narendra pacari fans yang masih SMA? Fakta mengenai Laura Deolina. Gadis cantik gandengan Arion Narendra. Beredar foto Laura Deolina yang menghadiri acara meet and greet Arion Narendra beberapa waktu lalu. Laura terus menggulir layar ponselnya. Membaca headline portal berita hari ini makin membuatnya pusing dan mual. Ia kira berita tentang Naren akan mereda hari ini. Namun kenyataannya malah makin memanas. Laura tertekan. Rasa takut menghantui kepala. Harus bagaimana? Siapa yang membocorkan identitasnya? Padahal yang tertangkap di foto, wajahnya sama sekali tidak terlihat. Badannya tertutupi tubuh besar Naren yang berjalan di sebelah kanan. Sedangkan foto di ambil dari sebelah kanan agak belakang. Yang terlihat hanya sedikit tubuh bagian belakang dan tangan kirinya yang bebas. Lalu, mengapa admin-admin berita itu bisa tahu? Laura menjambak rambutnya frustasi. Baru saja kemarin mendapatkan ketenangan setelah Naren memastikan identitasnya tidak akan tersebar. Dan pagi ini dikejutkan oleh berita receh yang menjatuhkan. Sedari bangun tidur, Laura belum bergerak jauh. Kebiasaannya setelah bangun tidur langsung membuka handphone. Memeriksa barangkali ada pesan atau panggilan penting. Atau sekedar melihat status w******p milik teman-teman dan keluarga. Pagi ini, ia mendapat banyak pesan dari direct message i********: nya. Ada sekitar 500 an pesan masuk. Yang hampir semuanya dengan nama perempuan dan nama samaran. Laura yang penasaran membuka. Ternyata pesan berisi makian dan u*****n kasar. Mereka mungkin fans Naren yang merasa kecewa dan tidak terima idolanya digosipkan dengan wanita. Apalagi hanya orang biasa. Bukan jajaran selebritis tanah air yang di isukan dekat dan diharapkan fans untuk pacaran. “Gue harus gimana?” Laura menggigit kukunya khawatir. Ini bahaya. Laura menyusun rencana yang mungkin dilakukan. Apa mungkin pergi ke sekolah dengan keadaan memanas seperti ini? Bisa-bisa di bully di sekolah. Yang hanya membaca dm i********: saja rasanya sudah sakit hati. Apalagi harus mendengar secara langsung. Laura tidak sekuat itu. Lalu, apa hari ini membolos saja? Sepertinya ide bagus. Atau tidak, karena hari ini akan di adakan ulangan harian. Masa iya, harus mengerjakan ulangan harian susulan. Kan bisa mati gaya. Mana bisa Laura mengerjakan sendiri tanpa bantuan Niana. Laura bingung. Tok tok tok “Dek,” panggil Lilina di pintu kamar. Laura masih berkutat dalam pikiran. “Dek,” panggil Lilina lagi yang sekarang sudah di samping kanan ranjang Laura. Mengusap bahu anak gadisnya pelan. “Ya ampun,” pekik Laura terkejut. “Mama, kirain siapa,” ucap Laura pelan. “Dek, kamu ngelamunin itu ya?” Lilina mendudukan diri di atas kasur. Laura dengan sigap mendekat dan berbaring di atas pangkuan sang ibu. “Ma, Adek takut,” cicit Laura menyembunyikan wajah di perut Lilina. Lilina mengusap sayang rambut panjang Laura. Mencoba memberi ketenangan dan seolah berkata bahwa masih ada ia. Jadi, tidak perlu khawatir. “Kamu ada dihubungin si aktor nya gak?” “Kemarin iya Ma. Bilang dia bakal usahain biar identitas aku gak kesebar. Eh taunya ketahuan juga,” Laura makin membenamkan wajahnya. “Ma, Mama percaya kan sama Adek, kalo berita yang kesebar itu gak bener?” “Iya, Mama percaya sama Adek. Kemarin juga Abang Kevin udah cerita ke Mama gimana kejadian sebenarnya,” jawab Lilina. Memang semalam Kevin telah menjelaskan secara singkat. “Ma, Adek libur dulu ya sekolahnya. Takut nanti di sana pada bully,” pinta Laura. Setelah tadi bergelut dengan pikiran antara pergi sekolah atau tidak, ia memutuskan libur satu hari dahulu. Sepertinya saat ini lebih penting keadaan hatinya dari pada nilai. “Iya, kamu tenangin diri dulu. Tanya ke aktor itu, siapa sih namanya?” tanya Lilina. “Naren Ma,” jawab Laura. “Iya. Tanya Naren. Gimana jalan keluarnya. Kamu gak bisa ambil langkah sembarangan. Takutnya nanti malah ngerugiin kamunya sendiri,” nasihat Lilina pada Laura. “Iya Ma,” ucap Laura menurut. Iya, dia tidak boleh gegabah dalam menentukan langkah selanjutnya. Bisa jadi malah nanti makin memperparah keadaan. “Ayo, makan dulu,” ajak Lilina. Tujuan utama ke kamar Laura sebenarnya untuk memanggil gadis itu sarapan. Laura dan Lilina berjalan berdampingan. Laura memeluk bagian samping Lilina manja. Dari kamar sampai tiba di ruang makan. Laura dan sifat manjanya tidak bisa dipisahkan. “Makan dulu Dek. Gak usah mikir sendirian, nanti kita pikir bareng-bareng gimana jalan keluarnya,” ucap Kevin menenangkan. Ia sudah tahu apa yang sedang hangat di perbincangkan saat ini. Merasa kasihan dan iba dengan adiknya yang menjadi korban hoax media tidak bertanggung jawab. Beginilah Kevin. Walau sering jahil, dia begitu perhatian. Laura hanya mengangguk. Berdoa dalam hati semoga saja semua masalah ini cepat selesai. Dan ia bisa bersekolah kembali. Ya, semoga saja. Selesainya makan pagi, para penghuni rumah beranjak menuju kantor. Hanya tersisa Laura di rumah. Tadinya, Lilina ingin sekali tinggal untuk menemani putrinya yang sedang dalam keadaan kurang baik. Tapi sayang, pertemuan penting dengan salah satu artis yang menggunakan jasa kebaya rancangannya tidak bisa dibatalkan begitu saja. Jadilah dengan berat hati meninggalkan Laura sendiri. Ya walau tidak sendiri juga di rumah. Masih ada asisten rumah tangga dan beberapa pegawai di rumah. Laura kembali berbaring. Membuka ponsel yang masih saja ramai. Untuk hari ini, ia malas melakukan apa pun. Walau sekedar mandi. Laura resah. Kenapa Naren belum mengabarinya atau sekedar menanyakan keadaannya setelah berita ini beredar? Apa dia sudah lepas tangan dan membiarkan berita ini mengudara, lalu tinggal menunggu saja akan reda? Apa malah lelaki itu belum mengetahuinya? Sepertinya tidak mungkin. Apa Laura harus menghubungi Naren dahulu? Tapikan masalah ini ada juga karena Naren. Ah bukan. Tetapi karena dia ikut acara meet and greet. Atau karena dia yang memenangkan dinner. Laura menyesal. Jika sejak awal tidak mengikuti acara itu, pastinya sekarang dia sedang berada di sekolah. Mengerjakan tugas atau sedang mengobrol dengan Niana. Mengenai Niana, gadis itu tidak membalas pesan w******p nya dari semalam. Ah, mungkin saja lupa. Atau belum sempat membuka ponsel. Gadis itu kan sibuk belajar dan bekerja. "Niana kok belum bales chat gue ya," gumam Laura. Tadi, ia mengirimkan pesan pada Niana untuk memberitahu bahwa hari ini tidak masuk. Dan untuk soal ulangan, sebisa mungkin untuk Niana ingat. Jadi Laura bisa mengerjakan dengan mudah nanti saat susulan. Ya walaupun pasti soalnya berbeda. Tapi tidak akan terlalu jauh kan. Masih ada mirip-mirip lah. Ting "Baru juga di omongin. Udah nongol aja." Dari : Niananana Iya, tenang aja. Nanti gue izinin. Masalah soal, kaya gak biasanya lu gitu. Btw, yang sabar ya Ra. Semoga beritanya cepet ilang. Jadi lu bisa balik sekolah lagi. Lagian lu kan juga gak salah. Mereka aja yang kurang duit buat makan, jadi nyebarin berita hoax. Buat komen-komen yang sekiranya nyakitin, jangan masukin hati ya. Kalo bisa sih, jangan main sosmed dulu. Semangat Laura! Laura tersenyum tipis membaca pesan dari teman tiga tahunnya itu. Niana begitu baik. Di saat yang lain menghina dan menyudutkan, dia dengan setia memberi semangat dan berada di pihaknya. Ya karena hanya Niana yang tahu kebenarannya selain keluarga Laura, Naren dan kedua orang tua Naren sendiri. Untung kemarin Laura sempat menjelaskan pada Niana. Jika tidak, mungkin sekarang Niana sudah berbalik menjauhinya karena tidak mau di anggap sebagai teman dari seorang yang sedang bermasalah sepertinya. Untuk : Niananana Makasih Nianakuhhh... Tetep di samping gue ya. Lo satu-satunya temen yang beneran temen. Terharu deh Tidak ada balasan lagi dari Niana. Mungkin guru sudah masuk kelas dan memulai ulangan harian. Huft. Harusnya dia juga sedang mengerjakan ulangan harian sekarang. Lebih tepatnya sih menyalin jawaban Niana. Tapi sayang. Berita hoax ini memaksanya untuk tetap di rumah tanpa melakukan apa-apa. Laura memejamkan matanya. Berharap saat kembali terbuka, semua kembali seperti sedia kala. Tidak ada direct message dan comment i********: yang menyakitkan. Tidak ada perasaan takut untuk beraktifitas seperti biasa. Dan yang jelas, Laura bisa kembali menjalani hidupnya dengan normal. Drrt drrt Ponsel bergetar tanda ada panggilan masuk. Tanpa membuka matanya, langsung meraih dan mengangkat. "Ya halo. Ada apa?" tanya Laura langsung. Laura menebak yang menelfon merupakan orang terdekatnya yaitu salah satu anggota keluarga. "Halo. Maaf mengganggu waktunya," jawab suara di sebrang. Laura melotot terkejut. Ternyata bukan keluarganya yang menelfon. Melainkan Naren. Laura merutuki kebodohannya. "Eh. Maaf Kak. Ada apa ya?" tanya Laura lagi. Kali ini dengan suara yang lebih lembut dan bersahabat. "Jadi gini. Untuk masalah identitas Kamu yang tersebar, jujur Saya tidak tahu menahu. Saya juga tadi pagi baru tahu setelah pihak management memberi tahu bahwa beritanya sudah membesar," jelas Naren mengawali. "Pihak Saya sekarang sedang mencari tahu siapa dalang di balik beredarnya foto dan identitas Kamu yang tersebar. Dan Saya akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Dengan nantinya menghadirkan orang tua dan pihak hotel sebagai saksi," ucap Naren. "Untuk sekarang, kita tunggu dulu pelakunya ketangkep ya," lanjut Naren. Sepertinya lelaki itu sudah selesai berbicara. Sedari tadi Laura sengaja diam. Tidak mau memotong pembicaraan Naren. Setelah hening agak lama dan tidak ada tanda Naren akan melanjutkan ucapan, Laura membuka suara. "Mm... Berarti untuk sekarang, Saya diem aja Kak? Gak usah comment apa-apa?" tanya Laura memastikan. Padahal baru kemarin Naren meminta untuk berbicara menggunakan bahasa informal. Tapi sekarang Naren sendiri yang memulai menggunakan Saya. Laura kan tidak enak jika harus membalas Lo-Gue. Apalagi Naren lebih tua usianya. "Iya. Kamu gak usah ngomong apa-apa dulu. Kalo udah ketangkep pelakunya dan bukti-bukti udah terkumpul, baru kita jelasin se jelas-jelasnya sama publik. Kalo ngomong sekarang takutnya cuma di anggap pembelaan diri aja. Misalnya Kamu lagi sial banget dan ketemu wartawan, kasih senyum aja, atau langsung pergi," jawab Naren. "Mm... Laura, maaf ya. Gara-gara Saya, Kamu jadi dapet banyak makian. Untuk sekarang, jangan buka sosmed dulu ya. Kalo bisa sih di non aktifkan dulu aja," ucap Naren tulus meminta maaf dan memberi nasihat Laura. Naren jelas saja mengetahui apa yang Laura alami kini. Karena ia juga mengalaminya. mendapat ratusan direct message penuh caci dan maki. Dan kebanyakan dari mereka juga awalnya mengikrarkan diri sebagai Arion Lovers. Tapi setelah diterpa masalah, malah berbalik pergi dan membenci. Untung masih ada lumayan banyak Arion Lovers yang bertahan dan percaya bahwa kejadian sebenarnya tidak seperti yang berita sebutkan. Mereka terus mendukung Naren. Arion Lovers sejati. Laura hanya membalas seadanya. Lebih memilih mempercayai Naren lagi. Semoga hasil baik akan menghampiri keduanya. Sambungan telefon terputus setelahnya. Tidak ada basa-basi sekedar menanyakan kabar. Naren hanya menyampaikan rencana ke depannya saja. "Semoga aja semua cepet selesai," gumam Laura lirih. Padahal baru satu hari mendapat caci dan maki. Namun rasanya seperti satu tahun lamanya. Dan Laura merasa jengah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN