Part 54

1505 Kata
Part 54 Sorak-soraki keramaian lagu yel-yel di lapangan basket indoor SMA Leander begitu menggema serta saling bersautan dalam satu tim supporter dari SMA Leander sendiri. Suara lantang mereka penuh kegembiraan sebab SMA Leander telah memenangkan telak pertandingan ini. Tentunya hal ini menjadi kebanggaan SMA Leander yakni tuan rumah sendiri dalam acara pertandingan basket tersebut. Para guru pembimbing dan pelatih ikut terharu sekaligus lega lalu saling berpelukan begitupula para pemain basker SMA Leander. Suasana mengharukan ada saja yang merasa iri tentunya sekolah lain yang kalah. Malvin menyunggingkan senyuman lebar saat teman-temannya menghampirinya dan ia langsung saja berdiri lalu mereka semua berpelukan. "Selamat ya guys!" Malvin menepuk tangan mereka satu per satu. "Terima kasih, Vin. Kita juga berterima kasih ke lo, meski lo gak ikut tapi lo tetap semangat kasih arahan ke kita. Ada lo di sini saja bikin kita tenang." "Iya, tapi kalian sih lebih membanggangkan. Skor kalian sangat tinggi sekali dibanding SMA sebelah. Kalian semua bener-bener hebat dan sang juara yang sebenarnya di pertandingan ini." Malvin menepuk pundak temannya yang berdiri di sebelahnya. "Tapi kita semua merasa kurang, gak ada lo ikut main. Gue aja gak sanggup jadi kapten cadangan begini. Lo itu kapten yang sebenarnya dan gak ada yang namanya cadangan." Darwin menepuk balik pundak Malvin. Darwin terpaksa menjadi kapten dadakan dan memimpin sebisanya saat pertandingan berlangsung. Malvin memang mempercayai secara penuh kepada temannya itu. "Benar kata Darwin, lo yang pantas jadi kapten kita dan yang mampu memimpin kita meski lo agak-agak gak waras sih, tapi gue sayang sama lo." Rery memeluk Malvin dan segera Malvin melepaskannya. Malvin bergidik geli dan teman-temannya menertawainya. "Lo itu yang gak waras. Geli gue." "Ayo nanti malam minggu merayakan, si Malvin yang traktir!" ajak Rery, temannya yang suka menggila gratisan. "Ayo ayo gue ikut!" Semuanya menyahut dan menyetujui ajakan Rery. "Ingat lusa kita ada ulangan." David, cowok paling pendiam itu membuka suaranya dan sedikit tidak setuju dibanding yang lain. "Benar tuh, lusa sudah ada ulangan lho." Malvin cengengesan saat teman-teman mengeluh kepadanya dan sangat ingin nongkrong bareng nanti malam. "Bawa cewek masing-masing," kata Darwin. "Gue gak punya pasangan ini." Rery menggerutu. "Bawa guling lo, pasangan setia yang menerima lo apa adanya bahkan iler lo." Darwin tertawa meledek Rery dan disusul tawa teman-temannya yang lain. "Anjim!" umpat Rery. "Ya sudah ayo foto-foto dulu!" Ajak Malvin begitu melihat kakeknya yang melambaikan tangannya dari sana, mengisyaratkan dirinya untuk membawa teman-temannya ke sama. "Ayo ayo!" Mereka semua berlarian ke lapangan dan akan mengikuti sesi foto kemenangan mereka hari ini. Serta tidak lupa mereka juga menjabat tangan seluruh tim basket yang mengikuti pertandingan hari ini. Pertanda salam perdamaian dan acara ini berakhir diliputi rasa kelegaan karena semua berjalan begitu lancar. Selesai sudah mengikuti sesi foro bersama dan berbincang-bincang sebentar. Kemudian Malvin memilih segera pulang sedangkan teman-temannya masih berkumpul dan mungkin bergantian baju atau sekedar beristirahat sebentar di ruang tim basket khusus. Namun saat dirinya melewati area parkir yang dikhususkan sekolah lain. Ia tak sengaja melihat seorang cowok yang wajahnya sekilas mirip orang yang tengah jogging bersama seorang perempuan yang dikira Salma. Malvin sengaja memperlambat jalannya dan memastikan kalau tidak salah lagi bahwa lelaki yang sebaya dengannya pernah ditemuinya sewaktu pulang sekolah bersama kakak beberapa waktu yang lalu. "Kayak gak asing lagi deh, kayaknya tuh cowok. Eh buset!" Malvin meminggirkan tubuhnya dan sadar posisinya sekarang di tengah jalan. Ketika kembali mendongak wajahnya, lelaki tadi sudah tidak ada dan mungkin menghilang ke jalan yang lain. "Eh bentar-bentar, gue kan baru ingat kalau Salma itu temannya si dia kan?" Si dia yang dimaksud Malvin ialah Kiky. Sahabat Salma dari kecil. "Lha iya iya, apa Salma punya teman cowok lagi? Hemm kemarin aja Salma gak mengakui sih tapi kenapa gue seyakin itu ya kalau cowok tadi pernah gue lihat di pinggir jalan dan cewek itu mirip banget dari samping sama wajahnya Salma." "Enggak mungkin deh kalau gue salah lihat. Tetapi Salma bilangnya cuman punya satu teman cowok dulu." "Argh gini ya rasanya cemburu dan takur banget kalau Salma sama yang lain." Malvin mengacak-acak rambutnya dan pikiran tak karuan soal Salma semisal dekat dengab cowok lain. ... Selang beberapa menit, sampailah Malvin di rumah. Ia menyuruh pembantunya yang memasukkan motornya ke bagasi dan malas saja rasanya jikalau bagasi masih dalam kondisi tertutup. Malvin berjalan gontai memasuki rumahnua setelah melepas sepatunya yang kini tengah dibawa ditangannya. Malvin mengabaikan sapaan dari mama tirinya ketika berpapasan dengannya ditangga saat ini. Tanpa Malvin sadari, Celine masih memandangnya. "Mommy kangen sama kamu, Nak. Maaf mommy tidak bisa menuruti keinginanmu karena mommy ingin anak lain juga tinggal di sini." Celine merasa bersalah dan ingin rasanya memeluk anak tirinya tersebut. Kangen masa-masa kebersamaan dengan Malvin sewaktu Malvin masih bayi hingga di masa kanak-kanak. Malvin marah dan kecewa kepadanya sebab telah berani ingkar janji. Bagaimana pun Celine ingin anak dan Celine sadar dirinya mandul akhirnya memilih mengangkat anak dari panti asuhan. Namun sejak saat itu Malvin membencinya sampai sekarang dan ia tidak tau caranya membuat Malvin luluh lagi kepadanya. Di sisi lain... Malvin segera mandi dan tidak lupa mengisi daya ponselnya yang sudah sekarat baterainya. Tidak lama pula dirinya selesai dan memakai baju ala kadarnya. Ia tak sabar bermalam minggu nanti bersama teman-temannya. Sebelum itu dirinya meminta izin kepada kakeknya supaya disampaikan ke ayahmya yang tidak tau apakah ayahnya itu sudah atau belum. Malvin malas izin ke ayahnya dan ayahnya sangat lama menjawab permintaan izin darinya. Dengan meminta izin ke kakeknya yang sudah tau pasti dirinya akan pesta bersama teman-temannya aksesnya lebih mudah. Beberapa jam menunggu, Malvin tersenyum simpul dan mengganti baju rumahannya dengan kaos hitam serta celana jeans panjang berwarna hitam. Tak lupa mengenakan topi dan membawa tas waist bag yang dialunkan ke area pinggang dan pundak. Begitu keluar dari kamar, Malvin melirik Kiky yang juga sama-sama keluar dari kamar. Walau begitu Kiky menunggunya jalan lebih dulu dan lelaki itu tampak was-was bertemu Malvin. Malvin mengambil ponselnya dari saku dan menghubungi seseorang. Ia memekik senang orang yang dihubungi menerima panggilan darinya tanpa menunggu lama. 'Napa?' Suara seseorang dari seberang sana dan Malvin tersenyum lebar membayangkan wajah Salma saat mengobrol dengannya. Mengenal suara itu kelas Kiky langsung fokus pada ponsel yang dipegang Malvin. 'Salma'---kata Kiky di dalam hatinya. Walau suara si kembar terdengar sama tapi gaya bicara mereka sungguh berbeda jauh dan tentu aaja Kiky tau atau memang Malvin sengaja menelpon Salma tepat saat ada dirinya di belakangnya? "Malam Salma." 'Apa sih? Langsung aja deh.' "Jutek amat sih." 'Bodo.' Kiky menghembuskan napasnya, ia sangat merindukan pemilik suara itu dan sayangnya tak bisa menemui Salma. "Ih gitu ya, padahal tadi habis gue kasih kunci lho. Masak lupa?" 'Pasti lo ada maskud terselubung minjamin gue.' "Hehe iya dong." Malvin sengaja mengeraskan suaranya bahkan speaker di ponselnya juga sudah menyala sebelum dirinya menelpon Salma. 'Apa?' "Gue jemput lo sekarang." 'Ngapain?' Kiky semakin penasaran mendengar obrolan mereka apalagi Malvin yang berniat mengajak Salma keluar malam minggu ini. "Ada pesta, gue gak mau sendirian sih dan pengen ditemenin lo," ucap Malvin dan samar-samar pula melirik Kiky yang ia tebak tengah menguping. Malvin tersenyum miring dan memanas-manasi Kiky. 'Pesta? Heh pesta bukannya ada orang banyak ya?' "Kalau dalam perjalanan kan gue sendirian, ayolah mau." Malvin berusaha membujuk Salma. 'Males ah gue.' "Gitu ya lo, gak berterima kasih ke gue." 'Hih udah ya!' Salma memekik kesal sehingga Malvin tertawa renyah. "Ayo ikut, please dong ya ya?" 'Gue males. Mana dingin banget hari ini.' "Gue bawa mobil, tenang aja." Malvin menghentikan langkahnya dan sengaja memilih berdiri tepat di paling dasar anak tangga. Begitu juga dengan Kiky yang ikut menghentikan langkahnya dan memilih berdiri agak jauh. Masin ingin mendengar pembicaraan mereka terutama suara Salma yang dirindukannya. "Pesta dimana ya?" gumam Kiky penasaran dan ingin melihat Salma langsung di depan matanya. 'Lo maksa banget deh, cari cewek lain napa sih!' "Halah bilang begitu entar cemburu." Malvin menyenderkan punggungnya ke pembatas tangga. 'Enggalah, ngapain cemburu sama munyuk.' "Haishh masih aja suka sebutin gue kayak begitu. Ayo lah mau ya, gue yang nanggung semuanya jadi lo tenang aja." 'Lo kira gue gak ada duit gitu? Gue juga pengen bayarlah.' "Malam ini acara traktiran, gak cuman lo kok yang gue beliin dan teman-temannya gue nantk bakalan. Kita pesta kemenangan tadi pertandingan, SMA kita juara satu." 'Ouh,.selamat.' "Gitu doang?" 'Skip gak jelas!' "Ngegas mulu deh, heran kalau ngomong ke gue suka begini dan giliran ada maunya tadi bisa lembur gitu suaranya." 'Terserah gue.' "Iya ya, oke gue mau otw ke rumah lo dan lo dandannya gak usah cantik-cantik amat. Nanti ada yang suka sama lo dan. Gue yang repot," ucap Malvin. Meski terdengar itu candaan tapi memanglah benar adanya. Malvin tidak suka doinya diambil orang. Salma mematikan teleponnya secata sepihak sedangkan Malvin tersenyum dan setiap tingkah Salma yang jutek kepadanya malah baginya itu menggemaskan. Setelah itu, Malvin menolehkan wajahnya ke belakangnya dan Kiky terlihat agak memundurkan tubuhnya padahal jelas-jelas jarak mereka sudah tidak dekat. Dari sorot mata tajam Malvin, Kiky langsung paham apa maksud tatapan dari lelaki tersebut. 'Gue gak bisa ketemu lo, Sal. Semoga kita bisa ketemu di waktu lain ya'---batin Kiky. Malvin berlari kecil keluar rumah sedangkan Kiky menuju bar dan akan membuat minum untuk menemaninya belajar. ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN