Nadhief akhirnya menangis dalam pelukan Malika. Setelah sekian lama dia menahan rasa sakit dan sedihnya sendiri. Malika tidak bertanya apapun pada kekasihnya, dia hanya menawarkan pelukan untuk Nadhief menumpahkan rasa sesak dalam dadanya. Hingga akhirnya, tak terdengar lagi suara tangis. Malika sedikit mendorong tubuh Nadhief agar dapat melihat wajah kekasihnya. "Sudah lega?" tanyanya. Nadhief mengangguk. Malika membersihkan sisa air mata laki-laki yang sedang menatapnya dengan sendu mengunakan ibu jarinya. "Tidak perlu menjelaskan apapun pada Malika, Kak. Bagaimanapun kondisi keluarga Kak Nadhief, Lika akan tetap menerimanya." Nadhief tersenyum. "Terima kasih, Malika. Lagi-lagi kamu menjadi orang pertama yang tahu soal kekurangan ku." "Bukankah itu yang di namakan jodoh?" tanya Ma