Setelah menjenguk istrinya dari rumah sakit firza pun pergi menuju tempat galih.
"bikin kue mulu loe, bosen tau is not your passion gal, come on"
"yupz, lebih baik mengadon kue daripada terus menerus mabok, main cewe, ah gw mau menghilangkan itu semua"
"iyaaa tapi sampai kapan? dia gak akan pernah kembali"
"yups never"
firza kemudian menepuk pundak sahabatnya itu, seolah menyemangatinya, mereka berdua merupakan sahabat yang sama sama ditinggalkan oleh kekasih hati mereka.
lebih tragis lagi galih di tinggalkan oleh rani di hari ketiga menjelang pernikahanya.
"eh tumben loe kesini gimana bini lu? malah di tinggal. nih cemilan kesukaan loe makan deh, pasti laper muke lu juga kenapa lesu gitu sih?"
firza menarik nafas panjang, dan menghembuskan nya dengan berat, firza lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menyalahkan api dari korek gas berwarna hitam, setelah selesai korek gas itu ia lemparkan ke arah galih.
korek gas berwarna hitam dengan ukiran huruf F pun terlempar mengenai d**a galih dan dia pun menangkap nya, seolah tau maksud firza, galih pun langsung duduk berhadapan dengan frza di meja.
"kenapa dia? bikin masalah lagi? atau u ga bisa move on, gila lo dah di bikin hancur masih aja mikirin dia, inget bro u dah punya bini"
"tadi dia telepon gw, gw kirain bokap taunya dia"
"lah terus ngomong apa mau ngapain"
galih pun menjadi penasaran tentang mantan kekasih sahabatnya itu, seolah tak rela jika perasaan firza kembali bersemi galih pun mengancam firza untuk tak meladeninya lagi.
"dreet drett"
belum saja firza menjawab pertanyaan galih, panggilan telepon pun masuk ke ponsel milik firza, firza pun hanya melirik ponsel miliknya yang bergetar itu.
galih lalu mengambil nya dan melirik layar untuk mengetahui siapa yang menelepon, galih pun menekan tombol hijau dalam layar untuk menerima panggilan tersebut.
" woi mau apa loe telepon firza? setelah sekian lama loe ngilang dan buat dia hancur? gila loe ya, eh sahabat gw dah nikah, bininnya juga better daripada loe"
"gal, gw tau ini pasti loe, maafin gw"
"maaf loe bilang? bit*h pere* makan tuh karir loe disana, gak usah loe telepon telepon lagi"
galih pun mematikan telepon nya, lalu memblokir nomer tersebut dan menghapus riwayat telepon agar firza tak mengetahui dan mengsave nomer mantan kekasih yang sangat ia cintai tersebut.
"ah gila lo keterlaluan bahasanya cuy, kasian dia pasti sedih"
"eh lu yang harusnya kasian ama ika, kalau bini lu tau nerima telepon dari cewe laen gimana kampret, parah loe awas ya terima telepon dari tuh jalang"
galih terbawa emosi, dia pun langsung menaruh ponsel milik firza di atas meja, firza hanya melamun menatap ponsel nya lalu memasukannya ke saku kemeja nya.
"mau kemana loe gal? maen pergi gitu aja"
"bentar gw mau baked dulu, loe santai aja di situ kenapa sih abisin dulu tuh kopi loe; apa loe mau belajar bikin roti ama gw?"
dengan mimik wajah yang lesu sambil menyeruput kopi yang di hidangkan di atas meja.
firza kemudian mengeluarkan ponsel nya kembali dari saku nya, membuka galeri ponselnya dan melihat adakah foto tersisa ia bersama kekasih nya dahulu.
"gada satu pun tersisa"