"Maafkan aku," kata Indari, membuat Radika terdiam. "Aku—." Perkataan Indari terhenti. "Nggak apa-apa, aku berharap selalu menjadi sandaran setiap kali kamu bersedih," sambung Radika. "Aku hanya nggak bisa menahan diriku," lirih Indari. "Kenapa menikah dan mempertahankan jika nggak bahagia?" tanya Radika, menoleh menatap Indari, kali ini tatapan mereka menghujam lembut, saling mengisi kekosongan, tatapan mata mereka menandakan keduanya masih saling mencintai dan saling merindukan. Andaikan saja pria ini yang menjadi suaminya, Radika tak akan pernah membuatnya terluka. Indari kembali menyadarkan diri, dan menggeleng agar tak sampai terbawa suasana, pernikahannya memang tak membahagiakan, namun tak ada niat sedikit pun di hati Indari untuk menjalin hubungan bersama pria lain, meski pria