Chapter 21

1204 Kata
Dua orang pria berjalan memasuki sebuah gedung besar. Gedung tersebut adalah badan intelijen swasta yang sudah lama di dirikan. Mereka adalah Axel dan Ezio. Kali ini keduanya akan memberi laporan penting ke atasannya. Setelah memasuki lift, kotak besi itu bergerak ke lantai atas dan di sanalah pria berusia 40 tahun menunggu di ruangannya dengan tatapan tajam "Bagaimana?" Zio bersedekap. Tampilannya begitu gagah ketika memakai jeans biru tua dengan jaket kulit hitam. "Dari sekian banyak orang asing yang melakukan pelarian kesini, 5 diantaranya sedang dalam pengawasan. Salah satunya Ciara dan Adelard." "Ah Adelard. Dia pria yang berbahaya. Info yang Saya dapat dia mualaf. Apakah itu benar?" "Benar, Pak." sahut Axel. "Hanya Ciara yang belum mualaf. Wanita itu ternyata hanya anak angkat. Dan sepertinya orang tuanya itu membuangnya ke negara ini bahkan sudah tidak perduli lagi. Itu yang saya selidiki." "Saya dengar wanita itu baru saja mengalami kecelakaan. Siapa pelakunya?" "Bukan kesengajaan. Hanya murni kecelakaan. Pelaku sudah di tangkap waktu itu. Saya melihat sendiri kalau pelaku sudah masuk penjara." "Terus selidiki keduanya dan jangan sampai lengah. Apalagi salah mengumpulkan bukti. Kedutaan besar di negara mereka sudah menghubungi atasan kita kalau warga negara mereka ada yang kabur kesini." Axel dan Ezio mengangguk patuh. Keduanya pun pergi keluar ruangan dan kembali menjalankan tugas keduanya. "Aku tidak habis pikir, padahal kasus ini sudah lama di tutup. Tapi korban kembali melapor dan meminta pertanggungjawaban." kesal Zio pada Axel. "Aku juga tidak mengerti. Mungkin dia banyak mengalami kerugian besar sehingga terpikir untuk kembali melaporkannya. Ah untuk Ciara, wanita sepolos itu apakah benar sudah membunuh anak pejabat di negaranya? Ibu korban meminta bantuan pada pihak berwenang untuk segera di selidiki." ucap Zio lagi. "Jika benar Ciara itu membunuh, dia cukup pintar bisa kabur bersama Adelard. Sepertinya Adelard begitu lihai dalam merencanakan ini semua sehingga tidak meninggalkan jejak sedikit pun. Bayangkan, 5 tahun sudah berlalu dan.." "Apa?" tanya Axel bingung. "Wajahnya tidak sama di foto ketika kita menerima dokumen dari atasan. Foto Adelard dan Ciara, terlihat hanya orang berparas biasa. Tapi orang yang kita selidiki sekarang, kenapa tampang mereka jauh beda?" "Maksud kamu good looking dari sebelumnya?" ucap Axel akhirnya, hingga membuat Zio terdiam. **** Sofia hari ini sudah di perbolehkan pulang. Selain karena kondisinya yang membaik, Farras telah banyak membantunya. Sofia tak berkedip melihat pria itu kini berada di ruangannya dan membantu mengecek obat dari farmasi yang baru saja di ambil. "Kamu tidak perlu berlebihan dalam hal ini. Sungguh, aku berterimakasih padamu." Farras menoleh sejenak ke arah Sofia. Ia hanya tersenyum. "Bagiku ini tidak berlebihan. Aku hanya membantumu semampuku." "Ibumu begitu baik. Aku berhutang budi padanya." "Beliau mengerjakan sesuai profesinya. Ah iya, ada salam darinya. Katanya senang berkenalan denganmu." Sofia hanya tersenyum kecil. Farras memang baik padanya. Tapi kewaspadaan itu tetap ada dalam dirinya. Tak mudah berbaur dengan orang asing selama dirinya di anggap sebagai orang dalam pencaharian. Tapi itu sudah berlalu, tepatnya 5 tahun yang lalu. Apakah ia masih di cari oleh pihak keamanan di negaranya sana? Bahkan ia sendiri tidak tahu kasus tersebut masih di usut atau tidak. "Sofia?" "Ya?" ucap Sofia begitu ia tersadar. "Kamu baik-baik saja? Kamu terlihat melamun. Kalau ada hal penting yang ingin dibantu, katakan padaku. Insya Allah aku bisa bantu." "Jangan khawatirkan aku. Aku baik-baik saja.." "Assalamu'alaikum.." Keduanya menoleh ke arah pintu. Seorang perawat muda berusia sepantaran dengan Sofia tersenyum manis memasuki ruangan. Dia adalah Tasya, adik kandung Farras. Selain ibunya yang bekerja sebagai Dokter spesialis Ortopedi, maka adik kandung Farras itu berprofesi sebagai perawat. "Wa'alaikumusaalam. Masuklah Tasya.." "Kata Ibu, aku di rekomendasikan untuk menjadi perawat pribadi Sofia selama di rumah untuk mengganti perban dan gipsnya. " "Farras, apakah itu benar?" sambung Sofia tak menyangka. "Iya. Maaf aku harus berkata ini. Karena kamu tidak memiliki keluarga, jadi Ibu menyarankan agar Tasya menjadi perawat pribadimu. Bahkan sudah berhari-hari aku juga tidak melihat kedatangan orang tuamu. Apalagi Daniel sudah tidak tinggal bersamamu, kan?" Sofia mencoba bersikap biasa. Mendengar kata Farras kalau Daniel sudah tidak tinggal bersamanya lagi sesungguhnya membuat hati nya sedih. Ia benar-benar seperti seorang diri saat ini. Apalagi ada Tasya yang akan merawat. Jika Daniel tidak meninggalkannya, mungkin pria itu yang akan membantunya. Tapi sekarang.. Semua sudah berbeda.. Farras tidak pernah tahu atau mungkin sekedar bertanya-tanya kemana orang tuanya selama ini? Lagian, Sofia juga masih berpikir berulang kali untuk menceritakan hal pribadi apapun kepada orang yang baru di kenalnya. Terutama soal keluarga dan asal tempat tinggalnya. K etika waktunya sudah tiba, Farras pun mendekati Sofia. "Taksi online sudah di lobby. Ayo kita ke rumahmu.." Tasya pun langsung membantu Sofia untuk duduk di kursi roda dengan hati-hati. Tubuhnya ada disana. Tapi jiwanya seolah-olah ntah kemana. Tiba-tiba Ia memikirkan Daniel. Merasa kalau sekarang ia bersama orang asing dan orang yang baru di kenalnya. Bagaimana jika semua ini adalah jebakan? Bagaimana jika Farras bukanlah orang baik? pikir Sofia melalang buana. Tapi rasanya tidak mungkin. Bahkan untuk mendeskripsikan kalau Farras adalah orang yang sedang menyamar rasanya tidak mungkin mengingat kalau pria itu hanya warga biasa yang berprofesi sebagai guru ngaji dan ketua RT muda di kompleknya. **** "Ibu merasa Hanif berbeda akhir-akhir ini. Terutama dengan Nafisah.." ucap Ibu Fiza akhirnya setelah membuka ucapan pertamanya di hadapan suaminya. Saat ini keduanya sedang makan siang bersama di meja makan dapur. "Sama. Bapak juga merasa begitu. Seandainya Hanif tahu yang sebenarnya." "Bude?" "ASTAGHFIRULLAH!!" Ibu Fiza dan suaminya sontak menoleh ke belakang. Keduanya sudah tua. Hampir saja jantungan. Jika itu terjadi, akan repot nantinya. Berusaha mengendalikan diri, Pak De Nafisah pun tersenyum kaku. Semoga saja Nafisah tidak mendengarnya. "Loh, mau kemana Nafisah?" "Nafisah izin mau keluar rumah. Ada pekerjaan yang harus Nafisah selesaikan." "Urusan kamu sama penerbit?" "Iya, Pak De." "Yaudah hati-hati dijalan ya." Tak lupa Nafisah mencium punggung tangan Bude nya dan pamit pergi dengan sopan. Nafisah harus pergi ke rumah Sofia setelah baru mendapat kabar kalau editornya itu baru pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan. "Kamu mau kemana? Aku antar ya?" sambung Hanif tiba-tiba. "Aku bisa sendiri, Mas. Lagian-" "Setelah kejadian tadi malam kamu di begal? Masih mau sendiri? Untung motor kamu yang hilang, kalau kamu ikutan hilang gimana?" Nafisah terdiam. Ya Hanif memang benar. Semalam Daniel mengantarnya walaupun tidak sampai depan rumah sesuai permintaannya. Ah Daniel, tadi malam tanpa sengaja ia melihat pria itu memakai cincin di jari manisnya. Kenapa tiba-tiba ia teringat ucapan Hanif beberapa hari yang lalu yang katanya Daniel sudah menikah dengan dirinya? Ya Allah, rasanya nggak mungkin. Kalau memang itu benar, kenapa tidak ada pemberitahuan apapun dari keluarganya? Bukan nya dia berharap, hanya saja ia sudah memutuskan untuk tidak berkeluarga lagi setelah masalalu yang kelam itu. "Ya Allah.... NAFISAH!!!! " "Ha?" "Ini Mas ngajak ngomong loh, lah kok malah bengong?" "Em itu, " Tiba-tiba Nafisah memaksakan senyumnya. "Ah Mas, aku pergi dulu ya. Ojek onlinenya sudah didepan. Bye Assalamu'alaikum.." "Tapi, Naf-" Hanif menatap kepergian Nafisah. Ia berdeham. "Wa'alaikumussalam." Kenapa hatinya tiba-tiba terlalu mengkhawatirkan Nafisah secara berlebihan? Hanif yakin, rasa khawatir ini murni karena Nafisah adalah seorang wanita sekaligus adik sepupu yang fitrahnya harus di lindungi. "Iya, aku yakin itu, " sela Hanif kedalam dirinya. Walaupun Hanif sadar, Nafisah sengaja menghindarinya.. **** Ketika akhirnya mereka mulai canggung.. ? Hai, makasih sudah baca. Maaf ya kemarin gak update. ?? Jgn lupa di vote ya, supaya Insya Allah rating cerita ini bagus ? With Love, Lia Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN