“Pak Arman, Tolong ke ruang administrasi untuk menambah uang jaminan untuk ibu Maya,” sapa zuster membangunkan Arman yang masih tertidur di sofa. Arman membuka matanya perlahan, silau Mentari pagi yang menembus masuk dari jendela kamar, membuat matanya menyipit. Ditiolehnya arloji yang melilit di tangannya, sudah pukul Sembilan pagi. Kepalanya terasa berat, semalaman Aqny rewel tidak bisa tidur. “Baik, Zust, nanti saya ke sana,” ujarnya dengan suara parau khas orang baru bangun tidur. “Anaknya tolong di kasih makan, Pak! Sudah siang!” ujar zuster melirik kesal melihat Arman yang kurang sigap. Arman mengernyitkan dahi, kesal sekali mendengar ocehan perawat itu. Setelah perawat itu keluar, Arman menoleh ke meja, lalu mendekati Aqny yang juga baru bangun. “Aqny mau makan?” Gadis kecil i