Part 20
"Kalau lo emang berniat temanan doang sama Malik, gue saranin beberapa kali intinya jangan mudah baper atas semua perhatian yang dia berikan ke lo. Walau susah sih karena diperlakukan spesial sama cowok diantara banyak cewek di sekeliling cowok itu rasanya bahagia banget. Gue bayangin jadi lo aja ikut baper sendiri haha." Melani memasang wajah berseri membayangkan dirinya diperlakukan cowok seperti Malik ke Cantika.
"Gue juga saranin ke lo, lihat cowok cakep jangan langsung suka dan jangan terlalu mengejar nanti cinta lo disepelekan seperti yang dulu-dulu. Lo harus belajar dari kegagalan percintaan lo sebelumnya, kalau semisal cowok yang lo suka itu gak suka balik ke lo ya jangan paksa dia buat suka sama lo."
Kedua gadis itu saling menyarankan satu sama lain dan saran yang diberikan juga sama-sama beratnya.
"Ah iya sih, tapi gue selama ini gak pernah dikejar-kejar dan gue yang selalu ngejar cowok. Padahal kodratnya cewek itu dikejar bukan mengejar meski begitu gue tetep milih mengejar sih. Aish susah dan sudah kebiasaan." Melani mengacak-acak rambutnya. Mereka berdua tengah berada di kelas dan menunggu jam pelajaran kosong dimulai.
"Ya sama kayak gue."
"Jadi lo?" Melani membulatkan matanya dan langsung paham jawaban Cantika meski singkat.
"Gue baper."
"Baper sama Malik?" Melani memekik terkejut.
"Jangan teriak-teriak!" Sentak Cantika yang sebelumnya terkejut pula mendengar respon dari Melani. Cantika bernapas lega saat menatap ke sekitar dalam kelasnya ini dan untung saja tidak ada yang peduli apa yang sedang ia bicarakan bersama Melani di kelas.
"Eh iya lupa aduh." Melani membekap mulutnya dan sadar ia tadi sempat memekik kencang.
"Hadeh, lo ini. Untung gak ada yang peduli kan bisa berabe." Cantika merasa geregetan pada temannya yang ceroboh.
"Aduh maaf Tik, gue gini kan saking kaget banget dan gak nyangka." Melani merasa bersalah dan lama-lama ia tersenyum penuh arti.
"Jadi lo sudah ada rasa suka ke Malik?" Bisik Melani kepo.
"Pertanyaan lo mah menjebak gue banget deh." Cantika menghela napasnya kasar.
"Iya kan katanya baper ya gue mikirnya sih itu. Salah lagi kah?" Melani bingung sendiri karena merasa tanggapan Cantika soal ucapannya itu salah.
"Bukan suka sih tapi lebih ke emm emang disebut suka ya kalau baper? Kan cuman baper doang."
"Hadeh gini nih kalau belum pernah pengalaman soal percintaan jadi gak tau apapun. Lo itu sebenarnya sudah mulai ad rasa suka karena lo sudah baper sama dia. Cuman lo suka mengelak mulu kalau dibilangin sih." Melani menopang dagunya di atas lipatan tangannya.
"Ah gitu jadi gue sudah mulai suka sama dia?"
"Iya Cantika," balas Melani gereget.
"Tapi gue gak mau emm intinya gue gak mau." Cantika menggeleng beberapa kali.
"Kenapa gak mau? Malik sudah baik selama ini ke lo."
"Gue rasa gue gak pantes buat dia deh."
"Hadeh kenapa lo ngerasa begitu? Lo juga cantik kok, sesuai sama nama lo Cantik." Dahi Melani berkerut mendengar penuturan Cantika baru saja.
"Lo suka bohong deh." Cantika selalu merasa dirinya tidak cantik dan tak pandai berdandan seperti cewek pada umumnya.
"Merendah terus, sudah jadi dan gak nyadar dirinya cantik. Capek deh gue debat sama lo."
"Ha ha ha nyeremin kalau marah." Cantika menepuk bahu Melani beberapa kali.
"Gedeg gue sama lo." Melani menjauhkan tangan Cantika yang lama malah memainkan rambutnya dan berakhir ditarik. Temanny itu suka sekali menarik rambut.
"Ha ha sabar."
"Ya ya gue dah sabar. Terus gimana perasaan lo sama Malik?" tanya Melani penasaran.
"Ya gitu sih, gue merasa baper atas perlakuannya ke gue selama ini dan kalau dia sama cewek-cewek, gue gak suka."
"Iya itu tandanya lo sudah mulai suka sama dia," ujar Melani.
"Gak deh gak, gue gak suka sama dia."
"Ya karena lo belum menyadari dan juga belum tau sih. Nantinya lo tau sendiri arti perasaan lo yang lo alami sekarang." Melani mengulum senyumannya simpul.
"Emm iya deh, gue emang belum tau." Cantika mengangguk saja.
'Apa bener perasaan yang gue alami sekarang ini adalah rasa suka gue ke dia? Argh bingung gue'--batin Cantika.
...
"Baaa!"
"Ck! Ngagetin deh lo!" Teriak Cantika mengusap dadanya seketika saat membuka pintu kelas dan seseorang sudah ada di depan pintu kelasnya.
"Haha kaget." Malik tertawa lalu meminggirkan tubuhnya sebab para murid lainnya mulai keluar kelas satu per satu dan sekarang waktunya pulang sekolah. Cantika juga ikut meminggirkan tubuhnya dan memilih di luar kelas dan berdiri di samping Malik.
"Lucu banget muka kagetnya tadi." Malik berkomentar dan tatapannya terus tertuju pada Cantika hingga Cantika salah tingkah tanpa disadari oleh Malik sendiri.
"Lucu apaan, jantung gue mau copot ya." Cantika mendengus dan memasang muka sebalnya. Ia berusaha untuk tidak membalas tatapan dari Malik karena rasanya lemah saja menatap manik mata lelaki itu.
"Gak bakalan copot, gue yang pegangin."
"Idih,lagian ngapain sih lo berdiri tepat di depan pintu kelas?" tanya Cantika heran.
"Sengaja sih."
"Coba kalau bukan gue gimana tuh?"
"Ya gak masalah, mereka tadi juga b aja kan lihat gue." Memang penggemar Malik rata-rata anak kelas IPA sendiri dan para siswi dari jurusan IPS merasa biasa saja melihat Malvin.
"Iya sih. Lo emang gak menarik," cibir Cantika.
"Iya, gue emang gak menarik. Btw, gimana tadi maksudnya? Kalau kalau bukan lo yang buka pintu tadi kah? Lo berharapnya lo sendiri yang ada di depan gue jadinya ya kan?" Malik menoel hidung Cantika dan mendapat hadiah tebasan di lengannya. Malik meringis kesakitan merasakan pukulan Cantika begitu kuat.
"Aish entah." Cantika merasa muak saja, kenapa dirinya selalu kalah dalam perdebatan?
"Bilang saja deh, cemburu kan lo bayangin yang buka pintu tadi bukan lo melainkan cewek lain." Malik menaik turunkan alisnya dan menyengir lebar.
"Apaan sih enggak deh!" Cantika tetap memasang wajah sebalnya walau sebenernya berpikir keras pula apakah tadi perasaan cemburu? Sebab ia merasa kesal saja jika dibayangkan yang membuka pintu ialah temannya yang lain.
"Hadeh iya deh enggak." Malik terkekeh pelan sambil menggeleng.
"Terus kenapa lo ke kelas gue? Kan sudah janjian kalau bareng ya di bawah." Cantika mengernyitkan dahinya.
"Sengaja aja nyamperin lo di kelas langsung hehe." Malik tersenyum lebar hingga matanya tampak menyipit.
"Heleh." Cantika pun mulai melangkah dan disusul Melani berjalan di sampingnya.
"Ekhem." Melani hanya berdehem saja dan tersenyum menatap temannya yang dihampiri oleh Malik. Malik berjalan di belakanh mereka berdua.
"Gila deh lo senyum-senyum sendiri." Cantika menggelengkan kepalanya samar.
"Hehe gue gini karena ada maksud kali. Bentar ya gue mau ke kamar mandi lebih dulu kan nanti kalian lewat sana jadi tungguin di sana." Melani buru-budu berlari menuju kamar mandi sebab tak kuasa menahan buang air kecilnya.
"Iya ya."
Setelah Melani pergi, Malik pun menjajarkan langkahnya dengan langkah kaki Cantika dan Cantika sekilas menoleh ke cowok tersebut.
"Lo sudah baik-baik saja kan?"
"Iya."
"Syukurlah, jadi daftar tidak?"
"Jadi." Cantika mengangguk beberapa kali.
"Senyum dulu dong." titah Malik.
Cantika kembali memasang wajah acuhnya dan Malik hanya tertawa kecil saja sebagai respon.
...