Part 35

1550 Kata
Part 35 "Lhoh sendiri?" tanya Malik bingung melihat Cantika yang datang sendirian di kantin dan ia sengaja menghadang Cantika yang sepertinya akan membeli siomay. Kebetulan Malik baru selesai membeli makanan tersebut. "Iya." Cantika mengangguk. Malik celingukan mencari keberadaan Melani karena biasanya Cantika bersama Melani ketika di kantin. "Terus temen lo gak jajan gitu?" Seolah tak percaya, Malik masih menatap sekitar kantin dan memastikan bahwa Cantika memang benar-benar sendiri. "Jajan tapi dia nitip si." "Oalah, kenapa dia gak ke kantin?" "Ya ada lah masalah." "Masalah apa?" tanya Malik penasaran dan ia memang merasa aneh sejak kejadian kemarin apalagi Vardo nampak diam juga. Malik melirik dua temannya termasuk Vardo yang tengah menunggunya di salah satu meja kantin, tempat biasa mereka nongkrong. "Ya yang kemarin lah, sudah deh jangan dibahas lagi itu urusan temen gue. Gue males soalnya bahas tanpa ada temen gue sendiri." Cantika mengulum senyumnya simpul. "Iya deh gak bahas lagi, kalau bahas soal kita gimana? Haha." Malik tertawa tiba-tiba. "Bahas soal kita gimana Lik?" tanya Cantika yang kebingunan. "Haha bercanda doang lagian gak ada apa-apa kitanya kan, kita juga sudah damai dan berteman dekat hehe." Malik merangkul pundak Cantika. "Ish, malu ah begini." Cantika melepaskan tangan Malik yang merangkul dipundaknya. "Haha pastinya malu lo, lo mau beli siomay kan?" Tebak Malik. "Iya mau beli itu, bentar ya mumpung sepi." "Biar gue aja." "Gak usah." Cantika menolak dan tetap dirinya sendiri yang pergi ke pedagang siomay. Malik tetap mengikuti gadis itu dan Cantika mendengus sebal. "Tetep ikut dong." Malik menaik turunkan kedua alisnya. "Hadeh." Kemudian Cantika memesan siomay dua bungkus kepada seorang pedagang tersebut. Malik menemani Cantika sambil makan siomay dan sesekali mereka bertatapan lalu sama-sama membuang mukanya masing-masing. Setelah itu, Cantika berniat kembali ke kelasnya dan Malik lagi-lagi menghadang gadis itu supaya tidak pergi ke kelas dulu. "Kenapa lagi?" tanya Cantika melihat Malik berdiri tetap di hadapannya. "Lo langsung kembali ke kelas?" tanya Malik balik. "Iya gue kembali ke kelas, kenapa emang? Dan ini juga pesanan Melani." Cantika menunjuk sekantung plastik berwarna hitam kepada Malik. "Iya sih, temen lo pasti nungguin lo. Cuman kenapa gitu sebentar di sini, gue masih pengen main atau sekedar istirahat bareng sama lo." Malik mengeluh dan tidak mau ditinggal begitu saja oleh Cantika. "Lo lupa ya nanti kita juga bareng lagi?" Cantika menghela napasnya pelan. "Nanti?" Beo Malik yang masih belum paham. "Nanti kan mulai kerjanya, Malik." Suara Cantika benar-benar terdengar frustasi, bisa-bisanya Malik lupa kalau nanti bekerja padahal baru kemarin dibahas soal pekerjaan di rumah makan Zena. "Oh ya ya, lupa gue haha." Malik menertawai dirinya sendiri yang pelupa dan menggaruk rambutnya yang tidak terasa gatal. "Bisa-bisanya lupa sih, baru aja kemarin diobrolin dan lo yang paling banyak tanya-tanyanya ke tante Zena. Berarti lo gak nyimak apa yang disampaikan sama tante Zena kemarin?" Tebak Cantika. "Iya gak terlalu nyimak ke dalam sih hehe." Malik menggaruk lehernya dan terkekeh lagi. "Ya sudah gue mau ke kelas dulu." "Gue ikut." "Ngikut mulu, heran deh." Cantika tidak habis pikir pada sikap Malik yang suka mengikutinya ketika sudah bertemu seperti ini. "Hehe gue males sama dua tuyul itu, bosen saja gitu. Kalau sama lo kan beda suasananya lebih ke positif nah kalau sama dua tuyul itu malah suasananya tampak horor banget." "Haha horor kenapa? Masak sama temen sendiri begitu." Cantika tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Malik baru saja. "Iya horor banget, sudah yuk ke kelas! Katanya mau ke kelas kan?" Malik sangat bersemangat berada di samping Cantika ditambah Cantika sudah menerima pertemanan ini dengan kemauannya sendiri. Perjuangan Malik mengajak Cantika berteman pula tidak sia-sia. Ketika mereka sudah tiba di kelas, Cantika langsung memberikan siomay satunya lagi untuk Melani yang sudah tidak sabar memakan makanan tersebut. Temannya juga terkejut melihat Cantika tidak datang sendiri melainkan bersama Malik. "Weh Malik ngikut juga." Melani menatap Malik yang memilih duduk di atas meja dan bangkunya ada di seberang mereka. "Dia suka ngikutin gue." Cantika menyahut dan duduk di sebelah Melani yang memang mereka sebangku. Malik meraih salah satu mata pelajaran anak IPS yaitu Ekonomi dan membaca materi mata pelajaran itu sekilas. "Iya bener, gue suka ngikutin Cantika karena gue seneng ada dideket Cantika," balas Malik tanpa menatapnya ke mereka dan masih fokus membaca materi Ekonomi yang entah mengapa membuatnya tertarik. "Cie cie enak banget lo Tik, punya temen cowok tapi serasa punya pacar gitu." Melani menggoda Cantika yang salah tingkah. "Idih pacar? Enggak la, dia cuman temen dan emang gitu sikapnya selalu pengen ada dideket gue. Entah kenapa dia suka ada dideket gue? Kenapa Lik?" Kini Cantika menanyakannya ke Malik supaya Melani tau sendiri dari Malik dan tidak dikira terlalu percaya diri jika menjawabnya sendiri kalau memang Cantika sudah "Iya kan sudah gue bilang, gue suka ada dideket Cantika. Nyaman saja dibanding deket sama temen sendiri, hawanya pengen emosi apalagi denger curhatannya Zidan dan Vardo yang emosional. Males saja gitu dan pengen cari suasana baru." Malik mengedipkan sebelah matanya saat Melani menatapnya. "Waduh." Melani tersenyum lebar namun segera menggelengkan kepalanya. 'Dia milik Cantika, lo gak boleh suka sama Malik'---Batin Melani yang menegur dirinya sendiri dan tidak asal baper ke seseorang. Ia sangat anti menjadi seseorang yang jahat kepada temannya. Disisi lain Melani sudah tau perasaan Cantika kepada Malik dan ia harus menjaga perasaan sahabatnya tersebut. "Kenapa Lan?" tanya Cantika bingung menatap Melani yang malah melamun. "Eh enggak papa, Tik. Iya deh ya, Malik emang suka ada dideket lo. Kenapa gitu kalian gak pacaran saja?" Melani menggoda mereka lagi. "Sudah beribu kali gue denger pertanyaan ini dari lo." Cantika menghembuskan napasnya pelan. "Haha sampai teler gue dengernya juga." Malik tertawa. "Aih masak kalian b aja sih jalan berdua begitu." Namun Melani lebih melirik Cantika yang melototinya. "Kan niat awalnya memang berteman, gue sama Cantika itu berteman doang dan gak lebih dari kata teman," jawab Malik. "Beneran nih? Kalau salah satu dari kalian ada yang suka duluan gimana? Maksudnya sukanya itu lebih dari kata teman." Setelah mengatakan itu Melani mengaduh kala lengannya dicubit Cantika. "Diem deh lo, awas aja gak bisa jaga rahasia." Cantika berbisik dan mengancam Melani. Melani malah senyum-senyum sendiri penuh arti. "Gue suka sama Cantika ya karena gue nyaman aja ngajak dia berteman. Suka itu gak melulu naksir ke orang tapi suka yang gue maksud itu, lebih enak berteman sama Cantika. Gue bosen berteman sama duo tuyul gue yang suka ribut mulu dan males misahin mereka kalau berantem." Malik pun menjelaskan tentang kata suka yang dirinya maksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman. "Oh mereka." Ekspresi Melani langsung berubah drastis. Sebelumnya berwajah ceria karena menggoda mereka habis-habisan kini menjadi agak murung. Melanu yang teringat salah satu teman Malik yang membuatnya menjadi kehilangan kepercayaan dirinya ketika di luar kelas. "Lan." Cantika memegang bahu temannya sebab merasa aneh karena mendadak berubah sikapnya. "Iya, Tik." "Lo gak papa kan?" "Enggak papa kok, gue mau ngerjain tugas deh." Melani tak mau memikirkan hal kemarin dan mengalihkan pikirannya dengan mengejarkan tugas tadi. "Masih minggu depan itu tugasnya." "Enggak papa si, gak ada kerjaan juga." Melani tetap mengerjakan tugasnya dan fokus pada bukunya. Malik langsung paham apa yang terjadi pada sosok Melani. Pasti gadis itu teringat hal kemarin dan tentang Vardo juga. "Gue sebagai teman dan mewakili Vardo. Gue minta maaf kalau ada kata yang dilontarkan dirinya membuat diri lo tersakiti." Malik mendekati bangku mereka dan mengulurkan tangannya ke Melani sebagai tanda permohonan maaf atas kesalahan temannya kemarin. "Enggak ada, gue gak papa dan gue gak ngerasa tersakiti kok." Melani menggeleng cepat dan menolak permintaan maaf dari Malik. "Temen gue itu kayak anjing emang haha, dia kalau emosi suka berkata yang nyakitinnya kena dihati banget. Untung gue sudah terbiasa sama dia karena sudah lama berteman. Tapi ya namanya lo baru kenal kan jadinya sakit hati. Gue juga sudah nasehati dia baik-baik kok buat gak kasar ke cewek. Dia orangnya kaku juga sih jadi agak sulit." Malik menggaruk rambutnya dan ia pun sudah tidak kaget lagi kalau ada cewek yang dilukai hatinya lewat kata-kata Vardo. "Tapi menurut gue, ada alasan lain kenapa dia punya sikap begitu ke cewek. Kaku, kasar mungkin dulu dia pernah mengalami kejadian yang bikin sikapnya berubah. Lo berteman sama dia itu memang sikapnya kayak begitu bukan?" tanya Cantika penasaran. "Iya, dia sudah begitu si sifatnya. Walau berteman lama tapi gak terlalu deket. Mungkin teman lamanya yang lebih tau soal dia dan kalau Zidan juga sama kayak gue. Kita bertiga berteman sewaktu SMA ini," jawab Malik sejujurnya. "Aslinya baik deh kayaknya, sudah Lan jangan berpikir keras soal dia. Daripada lo makan hati, mental lo harus diamankan." Cantika tau betul soal temannya yang terlalu lemah terhadap cowok dan dia khawatir keadaan Melani semakin rapuh kalau masih saja mengejar-ngejar Vardo. Vardo kaku dan kasar orangnya. "Betul tuh kata Cantika, sebaiknya jangan deh sama Vardo. Dia orangnya sulit sumpah. Gue jadi temannya aja juga heran si, tapi dia kalau moodnya baik juga banyak bicaranya sih." "Ish sudah lah jangan bicarin tentang Vardo dan gue gak mau tau juga." Melani merasa sesak saja lama-lama mendengar mereka mengobrol tentang Vardo. Ia sakit hati atas perkataan Vardo kemarin sangatlah kasar dan bikin dia malu keluar dari kelas. "Iya deh enggak ngobrolin soal Vardo. Tapi lo harus senyum dulu." Bujuk Cantika supaya Melani tidak memasang wajah murung. "Nah gitu dong, cantiknya kelihatan." Cantika tersenyum lebar menatap Melani yang baru saja tersenyum. Sedangkan Malik malah lebih fokus memandang wajah Cantika yang super ceria sekali bahkan mampu menghibur temannya yang sedang patah hati. "Gadis periang." Gumamnya. ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN