Di sebuah club malam yang dipenuhi dengan minuman-minuman beralkohol dan jangan lupakan musik yang berdentum keras disertai dengan gerakan tubuh manusia yang menikmati irama musik yang terputar dengan keras itu.
Di sana terdapat seorang perempuan dengan pakaian cukup terbuka mengantarkan minuman beralkohol tinggi untuk para pria dan juga wanita yang duduk di meja nomor 5.
Gadis itu bukan wanita jalang yang berpakaian terbuka untuk melayani nafsu para p****************g yang hadir di tempat terkutuk itu. Ia hanya seorang gadis sederhana yang berjuang menghidupi dirinya sendiri.
Jesslyn Gracious, gadis yang memiliki kecantikan natural dengan tubuh mungil yang tidak tinggi tapi juga tidak pendek itu, memilih bekerja di tempat seperti ini di usianya yang kini menginjak 19 tahun.
Ia hanyalah anak yatim piatu yang kehilangan kedua orang tuanya entah karena apa, ia juga tidak mengetahuinya.
Setelah mengantarkan pesanan para pria tadi yang tak lupa dengan beberapa godaan yang terlontar untuknya, Jesslyn lebih memilih melangkahkan kakinya ke belakang. Tempat yang lebih sepi.
Karena asik dengan lamunannya. Tak lama kemudian, Ia bisa merasakan pundaknya yang ditepuk pelan sebanyak dua kali.
Jesslyn menoleh dan mengembangkan senyumnya saat bertemu pandang dengan sahabatnya.
Jofyna Jolyn yang sering ia panggil Fyna. Sosok wanita yang setia bersamanya dalam keadaan apapun itu.
Fyna juga bekerja di club kadie sama sepertinya. Bahkan Fyna lah yang mengajaknya untuk berkerja di tempat ini.
Saat malam hari, kedua gadis itu bekerja di club, berbeda saat siang hari, mereka bekerja di cafe flour.
Satu pekerjaan tak akan cukup untuk menghidupi kehidupan mereka, itulah menurut pemikiran Fyna maupun juga Jesslyn.
Ah ya! Fyna tinggal bersama paman dan bibinya begitupun dengan Jesslyn yang juga tinggal bersama paman dan bibinya sendiri. dan juga anak dari paman dan bibinya --Belva Gracious. Pamannya--Chayton Gracious-- adalah adik dari ayah Jesslyn--Brassham Gracious-- Saat Brassham dan Grace-- ibu Jesslyn-- meninggal dunia, Chayton pun mengasuh Jesslyn bersama istrinya--Kadysha--
Jesslyn dan Fyna sama-sama yatim piatu. Bedanya, Fyna tinggal dengan dipenuhi kasih sayang paman dan bibinya meskipun mereka serba kekurangan dalam segi ekonomi. Sedangkan Jesslyn? Ia selalu disiksa. Karena Kadysha yang frustasi dengan kemiskinan mereka, wanita itu terus melampiaskan amarahnya pada Jesslyn.
Bahkan Chayton yang biasanya selalu membela Jesslyn pun mulai tidak peduli apa yang istrinya itu lakukan pada Jesslyn.
Seperti Kadysha yang membenci Jesslyn, Belva juga tidak suka pada Jesslyn. Gadis itu terus melampiaskan amarahnya pada Jesslyn dengan menyiksa Jesslyn sesukanya.
Awalnya Jesslyn membela diri, karena siapapun tidak ingin disiksa dengan seenaknya kan?
Tapi tenaga Jesslyn tak cukup kuat untuk melawan Kadysha dan juga Belva, ditambah lagi, Kadysha selalu mengatakan bahwa Jesslyn hanya numpang di kediamannya. Akhirnya, Jesslyn menjadi pribadi yang penurut dan pasrah akan keadaan.
Ah ya! Fyna juga memiliki seorang kekasih, Aaron namanya, entah apa nama belakangnya. Aaron hanya menyebutkan itu saja tanpa ada tambahan di belakang namanya.
Aaron tidak tahu jikalau Fyna yang merupakan kekasihnya bekerja di club malam.
Jesslyn yakin, jika pria itu sampai tahu maka hubungan Aaron dan Fyna tidak akan baik-baik saja.
Jika bukan Aaron melarang Fyna bekerja di tempat ini lagi maka kemungkinan besar juga hubungan mereka berakhir? Entahlah, ini hanya pemikiran Jesslyn saja.
Fyna maupun Jesslyn tidak tahu menahu mengenai asal usul Aaron. Jika Fyna bertanya mengenai keluarga pria itu, Aaron hanya akan mengatakan bahwa Fyna akan mengetahuinya suatu saat nanti.
Bahkan terkadang, Aaron menghilang tanpa kabar yang jelas. Cukup Mencurigakan bukan? Tapi Fyna tidak mau terlalu memikirkannya, yang penting ia tulus mencintai Aaron begitupun sebaliknya.
Begitupula dengan Jesslyn yang tidak mau terlibat terlalu jauh mengenai hubungan keduanya.
"Kau memikirkan sesuatu?" Jesslyn sedikit tersentak saat Fyna menanyainya.
Jesslyn sedikit merutuki pemikirannya yang berlari kemana-mana. Jesslyn hanya bisa menjawab pertanyaan Fyna dengan gelengan kepalanya, tak lupa juga dengan senyuman yang menyertai wajah pucatnya.
Wajah Jesslyn memang terlihat pucat karena warna kulitnya yang berwarna putih pucat, apalagi ia tidak memoleskan make up sedikitpun di wajahnya membuat wajah gadis itu sering terlihat pucat.
"Baiklah kalau begitu. Sebaiknya kita segera bersiap untuk pulang, aku lelah," ujar Fyna mulai beranjak untuk berganti pakaian.
Jesslyn sedikit tersentak kaget lagi saat mendengar penuturan Fyna. Refleks ia melihat ke arah jam yang tertempel di dinding yang kini mengarahkan pukul 10 malam, waktu berakhirnya jam kerja mereka hari ini.
--OPHELIX--
"Ada apa Mom?" tanya Kenzie tanpa basa-basi.
Aric Reynand--ayah Kenzie dan Evelyn--hanya mampu menggelengkan kepalanya. Sifat putranya tak jauh berbeda dengan dirinya dulu.
"Setidaknya duduklah terlebih dahulu, kakak," cibir Evelyn cukup kesal dengan sikap semena-mena kakaknya itu.
Kenzie mendengus lirih, meskipun merasa dongkol, ia tetap menuruti perkataan Evelyn. Cerelia tersenyum saat putranya mendudukkan bokongnya disamping Evelyn dan tepat berhadapan langsung dengan Aric.
Cerelia menghela napas pelan sebelum mulai berbicara. "Klan Fairy mengirimkan lamaran untuk putri mereka padamu, kenzie."
"Lagi?!"
Tidak! Bukan Kenzie yang memekik, melainkan Evelyn yang memekik dengan mata yang terbelalak.
Bukan tanpa alasan Evelyn sampai memekik. Terhitung sudah berapa kali, pengajuan lamaran dari kaum immortal lain untuk kakaknya itu, bahkan klan Fairy sudah dua kali mengirimi ajuan lamaran setelah ditolak oleh kakaknya terakhir kali.
"Mom tau jawabanku!" seru Kenzie acuh tak acuh.
Cerelia menghela napas, sejujurnya ia menyetujui keputusan putranya, karena pasangan Kenzie sebagai seorang Lord, telah ditentukan oleh dewi Opion.
Tapi seluruh putri dari berbagai kaum immortal sudah pernah bertemu dengan Kenzie, istilahnya bertemu dari kejauhan dengan jarak berpuluh-puluh meter karna Kenzie tidak suka terlalu dekat dengan wanita, dan selama itu, belum ada tanda-tanda munculnya pasangan untuk putranya. Hanya putri dari klan Fairy yang memang tidak pernah dimunculkan itu yang belum pernah bertemu dengan Kenzie. Bisa saja bahwa wanita itu pasangan putranya kan?
"Tapi nak, tidakkah kau ingin bertemu dengannya? Sekali saja?" tanya Cerelia.
"Dia bukan takdirku!" balas Kenzie keras kepala.
Pria itu menundukkan kepalanya hormat pada ibu dan ayahnya sejenak, kemudian meninggalkan kamar ibu dan ayahnya.
"Biarkan saja mom. Lagipula, aku merasa kak Kenzie akan bertemu dengan pasangannya dalam waktu dekat," ujar Evelyn mencoba menenangkan sang ibu.
Evelyn memang tidak berbohong saat mengatakannya, firasatnya mengatakan hal itu. Hanya saja ia tidak tau kapan hari itu akan tiba.
.
.
"King dari Klan Werewolf dan juga klan Vampire sudah hadir My Lord."
Kenzie menganggukkan kepalanya sekali. King dari Klan Mermaid dan juga klan penyihir sudah tiba lebih dulu.
Klan Werewolf beserta Vampire pun sudah hadir. Hanya tersisa klan Fairy yang belum memunculkan batang hidungnya. Tidak biasanya mereka terlambat.
Kenzie berpikir, mungkin saja klan Fairy kesal padanya karna menolak lamaran yang Cerelia sampaikan siang tadi padanya? Tapi apa peduli Kenzie? Kehilangan satu kaum klan tidak akan membuatnya uring-uringan.
Kenzie mulai keluar dari ruangan pribadinya. Oh ya! Yang berbicara tadi adalah salah satu orang kepercayaan Kenzie, mereka yang berjumlah tiga orang juga merupakan panglima terhebat di kerajaan Ophelix.
Edgard sedikit membungkukkan badannya saat Kenzie berjalan melewatinya. Edgard mengikuti langkah Kenzie dari belakang.
Seragam Edgard tentunya berbeda dengan prajurit Istana.
Para panglima tertinggi memiliki logo berwarna merah di lengan baju mereka yang berwarna merah terang. Logo berbentuk bulat kemudian dilapisi gambar segitiga.
"Dimana Ared?"
"Dia sudah berada di Aula, My Lord."
Kenzie hanya merespon jawaban Edgard dengan gumaman tak jelasnya. Tapi bagi Edgard gumaman itu sudah jelas di telinganya. Sudah terbiasa bagi dirinya dan juga kedua rekannya mendapati sikap Kenzie yang seperti ini.
Sesampainya mereka di Aula kerajaan Ophelix yang sangat luas itu. Kenzie naik di atas podium yang membuat beberapa pasang mata memfokuskan tatapan mereka padanya.
Sorot mata Kenzie yang terlihat tajam membuat suasana aula yang tadinya gaduh langsung hening.
"Aku mengundang kalian malam ini, bukan hanya untuk bersenang-senang. Kita akan mengadakan rapat pertemuan setelah makan malam."
Para Raja dan Ratu masing-masing klan, mulai mengikuti langkah Edgard yang mengarahkan mereka agar pergi keruangan yang telah disediakan untuk jamuan makan malam. Jangan pikir, suasana sebelum Kenzie datang akan ricuh. Mereka justru masih setia bergeming, tak berani membuka mulut untuk mengeluarkan suara bahkan untuk sekedar bertanya pada pemimpin klan lain pun. Klan Fairy juga telah tiba beberapa saat lalu.
Hingga semenit kemudian, Kenzie memasuki ruangan dengan jubah kerajaannya yang melekat sempurna di tubuh kekarnya. Sontak seluruh penghuni yang ada di ruangan itu langsung berdiri dan membungkukkan tubuh mereka.
Saat Kenzie duduk, barulah mereka semua ikut mendudukkan b****g mereka di kursi. Makan malam berjalan dengan lancar dalam keheningan. Sudah menjadi tradisi di Ophelix bahwa saat makan tidak dipersilahkan bagi mereka membuka suara jika tidak ada izin dari Raja mereka, Kenzie.
.
.
#The Human World#
Pagi ini, Jesslyn kembali bersiap untuk berangkat ke tempat kerjanya. Di cafe flour di mana ia akan bekerja dari pagi hari sampai sore hari, setelahnya ia harus bersiap untuk melanjutkan pekerjannya lagi di club kadie.
"B-bibi, aku akan berangkat."
"Pergilah. Berikan aku uang yang banyak. Jika tidak, tidurlah diluar malam ini dan tidak ada jatah makan untukmu," ketus Kadysha. Sedangkan Belva tertawa sinis.
"I-iya bibi."
Jesslyn pun mulai melangkahkan kakinya menjauhi pekarangan rumah paman dan bibinya itu dengan tergesa-gesa. Rasanya ia ingin menangis sekarang juga.
Saat di pertengahan jalan, tak sengaja Jesslyn menabrak seseorang.
Bruk
Jesslyn bahkan sampai jatuh tersungkur, entah apakah hanya perasaannya saja, tubuh orang itu terlampau keras.
Dengan perlahan Jesslyn mulai bangkit dari duduknya dan meminta maaf pada pria yang belum ia lihat wajahnya itu.
"M-maafkan saya tuan! Saya tidak sengaja," cicit Jesslyn pelan. Ia takut pria di depannya akan memakinya dan tak terima atas tubrukan tak sengaja yang Jesslyn lakukan.
"Tak masalah, Jess."
Terdengar dari suara pria itu yang sangat tidak asing di telinga Jeeslyn. Dengan secuil keberanian, wanita itu mendongakkan kepalanya pada pria yang memang lebih tinggi darinya itu. Jesslyn membulatkan matanya terkejut.
"Aaron?!!" Si empunya nama hanya terkekeh pelan dan menganggukkan kepalanya.
"K-kau mau ke mana?" tanya jesslyn setelah sadar dari keterkejutannya.
"Aku akan ke----"
"Kembali ke sini Aaron"
Tubuh Aaron sedikit tersentak, pria itu menatap Jesslyn. "Sepertinya aku harus pergi," seru Aaron sembari melenggang pergi dari hadapan Jesslyn hingga punggung pria itu perlahan menjauh.
Bahkan sebelum Jesslyn mengeluarkan suara untuk bertanya lagi pada pria itu.
Hingga Aaron sampai di tempat yang lebih sepi, pria itu berdiam memperhatikan sekitar, mengecek apakah ada orang lain yang melihatnya.
Merasa aman, Aaron menghembuskan nafasnya lega. Hingga tiba-tiba sebuah portal berwarna ungu gelap muncul di hadapannya.
__Ophelix__
"My Lord, maaf jika hamba lancang, tapi jika anda berkenan kami dari klan Fairy mengundang yang mulia untuk hadir ke istana kaene untuk menghadiri sebuah acara dari kami yang bertujuan untuk memperkenalkan putri kami yang akan kami laksanakan esok malam, Lord."
Seluruh pasang mata yang ada di sana tersentak, sedikit terkejut. Mereka tak menyangka bahwaking klan Fairy ini, akhirnya akan memperkenalkan putri mereka yang selalu disembunyikan.
Geor Bethani benar-benar merasa gugup saat ini. Untuk pertama kalinya, ia berbicara langsung pada King Devil di depannya itu.
Kenzie beranjak dari duduknya. "Rapat malam ini selesai."
Geor merasa sedikit tersinggung, karena kenzie mengacuhkannya. Tapi….
"Aku akan datang King Geor."
Setelah mengatakan persetujuannya atas undangan dari raja klan Fairy secara langsung, Kenzie meninggalkan ruangan itu.
Kenzie berjalan di sepanjang lorong Istana yang terhubung dengan ruangan pertemuan tadi bersama Edgard.
Sedangkan Ared yang akan mempersilahkan atau kah mengantar para pemimpin kaum Immortal itu yang akan meninggalkan Istana Ophelix.
Kenzie tidak perlu turun tangan hanya untuk mengantarkan para pemimpin Immortal itu yang derajatnya masih terlalu rendah untuknya.
"Di mana Aaron?" tanya Kenzie tentunya pada Edgard.
"Dia belum kembali dari dunia manusia My Lord," jawab Edgard. Kenzie tak merespon.
Edgard, Ared dan juga Aaron adalah ketiga panglima kerajaan Ophelix yang paling terkuat sekaligus tangan kanan Kenzie.
"Kembalilah ke sini Aaron'"
Perlu kalian ketahui. Kenzie bisa menghubungi bawahan terpercayanya melalui pikiran. Yang biasanya disebut dengan telepati?
Selang beberapa detik kemudian, Aaron sudah berdiri di depan Kenzie dengan posisi berlututnya.
"Ada apa anda memanggil hamba, Lord?" tanya Aaron masih menundukkan kepalanya.
"Bangun Aaron!" perintah Kenzie saat melihat Aaron berlutut di depannya.
"Bukankah Evelyn sudah di Ophelix sejak tadi pagi, lalu kenapa kau masih di dunia makhluk mortal?" lanjut Kenzie yang tadinya sempat menghentikan langkahnya kini kembali melanjutkan.
"Maafkan hamba My Lord, karena melanggar perintah anda."
"Tidak masalah. Lagipula aku tahu, jika kau menjalin hubungan dengan mahluk mortal di sana kan?" ujar kenzie tenang tapi berbeda dengan ekspresinya yang terlihat datar.
Meskipun begitu, ketakutan Aaron kian bertambah kala Raja nya itu membahas mengenai hubungan yang ia jalin bersama seorang wanita di dunia manusia.
"M-maafkan hamba My Lord."
"Tak masalah. Asal kau tidak melupakan batasanmu," ujar kenzie dingin.
"Oh Aaron, kau tidak memberitahuku jika kau memiliki kekasih di dunia manusia?"
Edgard dan juga Aaron menoleh saat mendengar suara adik dari Lord mereka terdengar dari arah belakang tubuh mereka. Kecuali Kenzie yang tetap melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan apa yang terjadi selanjutnya di belakangnya.
Sebenarnya, kenzie tengah sibuk dengan pemikirannya. Ada yang berbeda pada dirinya saat berdekatan dengan Aaron. Ia bisa merasakan aroma yang keluar dari pria itu. Kenzie sangat tau, aroma yang baru saja tertangkap di penciumannya itu bukanlah aroma dari Aaron, mungkin aroma bau seseorang yang tertempel di tubuh Aaron?
"P-princess."
Aaron maupun Edgard menunduk sebagai pertanda hormat mereka pada adik Kenzie.
"Beritahu aku siapa nama kekasihmu, Aaron," lanjut Evelyn lagi dengan nada yang penuh semangat.
"J-jangan membunuhnya yang mulia--"
"Pfft. Hahahaha"
Evelyn menertawai kepanikkan Aaron yang menurutnya tanpa alasan. Bagaimana mungkin, salah satu panglima terhebat di istana menjadi sebodoh ini?
"Aku tidak akan membunuhnya Aaron. Aku hanya ingin bertemu dengannya saat ke dunia manusia nanti," ujar Evelyn setelah tawa kerasnya mereda.
Edgard pun tak bisa menahan diri untuk tidak terkekeh, meskipun kekehannya terdengar lebih kalem.
Aaron menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan senyum malu-malu.
"A-aha. Maaf Princess."
"Baiklah!! Jadi siapa namanya?!" desak Evelyn tak sabar.
Aaron tersenyum tipis begitu wajah kekasihnya muncul dalam pikirannya.
"Dia Jofyna jolyn."