"Tolong lepaskan tangan saya!" Anita berkata dengan nada dingin. Ayolah, laki laki itu telah membuat beberapa karyawan melihat ke arahnya. Mana lagi, laki laki itu sedang memegang tangannya. "An, aku memiliki beberapa pertanyaan untuk kamu?" ujarnya. "Saya mau makan. Saya lapar sekali." Anita memang mulai menerima bantuan Angkasa. Namun terlalu sering berinteraksi dengan laki laki itu membuatnya tidak nyaman. Bukan hanya karena laki laki itu sudah memiliki seorang istri. Namun juga karena Anita terlalu takut untuk melihat pesonanya itu. Pesona seorang Angkasa yang memang masih saja membuat jantungnya berdebar kuat. "Kalau gitu, mari makan di ruangan saya!" Anita menggeleng pelan. "Maaf, pak. Permisi." Anita segera meninggalkannya, membuat Angkasa menghela napas lelah. Angkasa meri