Pendidikan Berbasis karakter
"Begitu terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dalam berbagai kesempatan mengemukakan pendapatnya, “Untuk membangun bangsa ini dengan melakukan revolusi mental.”
Revolusi mental hanya bisa diwujudkan melalui dunia pendidikan (Gramsci). Dalam era globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan dini kepada anak-anak. Dari kasus kekerasan yang semakin marak di tanah air ini menunjukan bahwa masyarakat ternyata mampu melakukan tindak kekerasan yang sebelumnya mungkin belum pernah terbayangkan. Hal ini karena globalisasi telah membawa kita pada “penuhanan” materi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pembangunan ekonomi dan tradisi kebudayaan masyarakat.
Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya karakter bangsa Indonesia pada saat ini. Di antaranya adalah faktor pendidikan. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa.
Ada tiga hal prinsipal dalam membangun karakter bangsa; Pertama, pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan , nasionalisme , sifat heroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh.
Kedua, pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Ketiga, pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek di atas, yakni se-aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif , ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah. Internalisasi ini harus berupa suatu concerted efforts dari seluruh instansi dan pemerintah.
Berdasar fenomena tersebut dan menyadari akan pentingnya pendidikan berbasis karakter sebagai tindak lanjut dan jalan keluar dari berbagai masalah dan testimoni tantangan multidimensional dunia pendidikan.
Di mana dunia pendidikan di Indonesia dinilai belum mendorong pembangunan bangsa. Hal ini disebabkan oleh ukuran-ukuran dalam pendidikan tidak dikembalikan pada karakter peserta didik, tapi dikembalikan pada pasar. Pendidikan nasional belum mampu mencerahkan bangsa ini. Pendidikan nasional telah kehilangan nilai-nilai luhur kemanusiaan, padahal pendidikan seharusnya memberikan pencerahan nilai-nilai luhur. Dunia pendidikan telah kehilangan ruhnya lantaran tunduk dengan pasar bukan pencerahan pada peserta didik.Pasar tanpa karakter akan hancur dan akan menghilangkan aspek-aspek manusia dan kemanusiaan , karena kehilangan karakter itu sendiri.
Selain itu faktor kemunduran bangsa Indonesia adalah karena bobroknya mental pejabat di pemerintahan. Ini bisa dilihat dari skor korupsi, di mana Indonesia merupakan rangking tertinggi sebagai negara terkorup se Asia Tenggara.
Jika melihat kondisi terburuk dalam korupsi, maka pantaslah bangsa Indonesia mengalami kemunduran dalam berbagai macam posisi di dunia. Untuk mengawasi permasalahan tersebut, pemerintahan yang terbentuk di bawah Kabinet duet H. Joko Widodo dan H. Yusuf Kala (Jokowi-Kala), pemerintah harus membina membangun bangsa dengan menanamkan nilai-nilai positif (pendidikan berbasis karakter), agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang positif dan mampu bersaing dengan negara lain di era globalisasi.
Gagasan pembangunan bangsa yang unggul sebenarnya telah ada sejak awal kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Di mana Presiden Soekarno pada waktu itu telah menyatakan perlunya nation and character building sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.
Ir Soekarno (Presiden 1) pada waktu itu menyadari bahwa karakter bangsa berperan besar dalam mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia. Cukup banyak fakta empiris yang membuktikan bahwa karakter bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan bangsa. Contoh pertama adalah bangsa Cina. Negeri Cina dikatakan tidak lebih makmur di banding Indonesia pada tahun 1970-an.
Namun, dalam kurun kurang lebih 30 tahun, dengan disiplin baja dan kerja keras, Cina telah berhasil bangkit menggerakan mesin produksi nasionalnya. Budaya disiplin Cina tercermin dari berhasilnya negeri ini menekan masalah korupsi di kalangan birokrat (pemerintahan) tanpa pandang bulu baik secara struktural maupun substansial.
Sementara itu, budaya kerja keras menampak pada semangat rakyat Cina untuk bersedia selama 7 hari dalam seminggu untuk bekerja demi mencapai keunggulan dan kejayaan negerinya. Saat ini Cina tidak saja menjadi pengekspor terbesar, akan tetapi produksi ekspor Cina semakin banyak yang memiliki kandungan teknologi menengah dan teknologi tinggi.
Contoh lainnya adalah India. Negeri India telah berhasil menjadi berswasembada pangan. Dengan jumlah penduduk kedua terbesar sedunia, pencapaian posisi kesanggupan memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri merupakan prestasi yang membanggakan. Keberhasilan ini didorong keinginan yang kuat (karakter) bangsa India untuk dan membangun dengan kemampuan sendiri atau dikenal dengan budaya swadesi.
Prinsip inilah yang membuat India tumbuh menjadi negara paling mandiri di Asia saat ini. Berbagai kebutuhan hidup mulai dari paling sederhana seperti sabun mandi hingga mobil, mesin-mesin industri, kapal laut bahkan pesawat terbang dibuat sendiri. Meskipun produk-produk tersebut kualitasnya rendah (tidak mempunyai keunggulan kompetitif) dengan bangsa Jepang maupun barat, namun semangat Swadesi (cinta produk dalam negeri) secara komparatif produk-produk domestik India telah menjadikan ketergantungan India terhadap produk impor yang sangat rendah. Ekonomi India bukanlah yang terbaik di Asia, namun hutang luar negeri India tidak ada (zero).
Karakter bangsa-bangsa lainnya juga hampir sama.Prinsipnya adalah ada kombinasi antara semangat juang, disiplin, dan kerja keras. Indonesia yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah ruah seharusnya dapat menjadi salah satu bangsa yang unggul di kancah dunia. Namun, untuk mencapai hal tersebut bangsa Indonesia haruslah berbenah diri terlebih dahulu dan harus membangun bangsa ini dengan menumbuhkan karakter positif diri setiap bangsa Indonesia. Pemerintah Jokowi-JK sebagai rregulator dan instruktur bahkan sekaligus dirigen dari kabinet sudah terbentuk sejak bulan Oktober 2014 perlu membangun langkah-langkah strategis agar dapat membentuk karakter bangsa Indonesia yang unggul dan siap bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi.
Beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah untuk membangun karakter bangsa antara lain: Pertama, menginternalisasikan pendidikan karakter pada instansi pendidikan sejak tingkat dini atau anak-anak. Kedua, menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama generasi muda, yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa Indonesia.
Ketiga, meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Daya saing sebagai salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan entitas lainnya, bukanlah baru muncul di era abad ke 21 sekarang ini namun sudah muncul sejak jaman yang lampau. Daya saing di sini tentunya harus dipahami dalam arti yang lebih luas. Peran teknologi dan informasi serta telekomunikasi hanya sebatas mempercepat sekaligus memperbesar peran daya saing dalam menentukan keunggulan suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya.
Keempat, menggunakan media sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa. Dimana peran media ada tiga yakni sebagai informasi, edukasi dan hiburan. Peran strategis ini dapat diberdayakan pemerintah dengan kerja sama yang baik antara pemerintah dan pemilik media dalam penayangan informasi yang positif dan mendorong karakter bangsa yang kompetitif.
Keempat langkah di atas hanyalah sebagian dari langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh pemerintahan yang baru akan terbentuk untuk membangun karakter bangsa ini. Masih banyak cara yang dapat ditempuh agar dunia pendidikan bangsa ini memiliki kapasitas daya saing yang tinggi, agar mampu memberikan komplementasi baik keunggulan komparatif maupun kompetitif pada persaingan global sehingga mampu menyumbangkan dan memberikan peran pada sektor perekonomian dan sektor-sektor lainnnya. Semoga! (***) Makalah ini dimuat di h***:://www.muslimedianews.com/2015/02/membangun-pendidikan-berbasis-karakter.html 20 Februari 2015