Chapter 1

1003 Kata
Seorang pria tengah mengambil air wudhu dan bersiap melaksanakan sholat Zuhur berjamaah di salah satu mesjid kota Jakarta. Setelah mengambil air wudhu, pria itu membaca doa setelah berwudhu kemudian segera keluar dari area wudhu khusus pria. Baru saja melangkahkan kedua kakinya, dari jarak beberapa meter, pria itu melihat seorang wanita yang begitu cantik dan baru saja keluar dari tempat wudhu khusus wanita. Hanya dalam hitungan detik, seketika pria itu tertegun menatap kecantikan  dari wajah wanita itu. Tak hanya itu, ntah kenapa tetesan-tetesan air yang masih menempel di wajah wanita itu membuat aura kecantikan alami terpancar di wajahnya. Alis yang tebal, hidung yang tidak terlalu mancung, kulit wajah yang bersih, bibir ranum, serta kedua mata yang teduh membuat pria itu serasa hatinya adem hanya untuk melihatnya. Tanpa diduga, pandangan keduanya bertemu. Wanita itu tersenyum ramah, ia juga mengenali pria itu begitupun sebaliknya meskipun selama ini hanya sekedar bertemu dan saling memberi senyuman ramah. Pria itu menimpalinya dengan perasaan gugup, grogi, dan jantung yang berdebar. Pria itu ingin mendekatinya, tapi sayangnya, wanita itu sudah melenggang masuk kedalam mesjid hingga tanpa wanita itu sadari, wanita itu menjatuhkan sesuatu ke tanah. Pria itu mendekatinya dan penasaran dengan benda apa yang terjatuh ketanah. Akhirnya, rasa penasaran itu membuatnya tergerak untuk mengambilnya. Pria itu merunduk dan memegang benda tersebut. Sebuah gelang platinum dengan ukiran hati. Ia pun mempercepat langkahnya dan berniat mengembalikannya. "Ava!" "Ava.. " "Ini, gelang kamu-" Tek kotek, kotek, kotek, anak ayam turun berkotek, Tek kotek, kotek kotek, anak ayam turun berkotek. Anak ayam turun- Suara alarm sudah berdering sejak 10 menit yang lalu. Seorang pria tengah tertidur dengan pulas setelah semalaman suntuk ia bergadang. Ia adalah Franklin Hamilton, seorang pria berusia 30 tahun yang menjabat sebagai CEO di HM Corporation. Franklin mendengkus kesal, ia tidak menyangka kalau alarm di ponselnya menjadi lagu anak ayam. Ini pasti ulah keponakannya yang usil. Ntah keponakannya yang keberapa karena bila ditotal, keponakannya itu berjumlah 6 anak laki-laki. Akhirnya Franklin pun mematikan ponselnya dan melempar ke samping tempat tidurnya. Franklin mengusap kedua matanya. Hawa mengantuk masih begitu terasa. Seketika ia terdiam, terdiam karena teringat mimpinya beberapa menit yang lalu. Mimpi bersama seorang wanita yang bernama Ava Nur Fadilah. Ava itu wanita cantik yang dan usianya 3 tahun lebih tua darinya. Profesinya sebagai Dokter bedah di salah satu rumah sakit ternama. Sudah beberapa tahun berlalu, ntah kenapa ia belum mengenal Ava lebih dekat hingga sekarang. Franklin juga tak habis pikir, mengapa ia sering bermimpi Ava dalam tidurnya meskipun pada akhirnya mimpi indah itu hilang begitu saja akibat lagu Tek kotek anak ayam. Franklin syok begitu kedua matanya menatap kearah jam dinding ketika jam sudah menunjukkan pukul 05.15 menit. "Ya ampun, hampir saja aku telat sholat subuh!" Dengan cepat Franklin menyibak selimut tebalnya dan segera menuju tempat berwudhu yang ada di kamarnya. Ini sudah kesekian kalinya ia paling sering terlambat menjalankan subuh. Jika sebelumnya Franklin mendengkus kesal karena lagu Tek kotek ayam, kini, ia berubah pikiran dan berterima kasih pada Tek kotek ayam itu karena sudah membangunkan tidurnya. Kediaman Hamilton Pukul 05.50 pagi. Jakarta Timur. Franklin sudah rapi dengan kemeja berwarna navy serta celana panjang hitam berbahan kain yang menjadi ciri khasnya setiap berangkat bekerja. Franklin menuruni anak tangga dengan santai sambil memasukkan salah satu tangannya kedalam saku celananya menuju dapur untuk sarapan bersama meskipun hanya ada Daddy dan Mommynya karena semua saudara kandungnya telah berkeluarga dan memiliki tempat tinggal masing-masing. Fandi menatap putranya yang terlihat rapi dan tampan kemudian duduk di meja makan dengan tenang. "Asalamualaikum, Dad." "Wa'alaikumussalam, Nak. Bagaimana pagimu?" "Alhamdulillah baik." "Tidak merasa bosan?" "Maksud Daddy?" "Pria seumuran sepertimu, biasanya jam segini ada seorang istri yang melayani. Jadi kamu kapan?" Franklin tetap tenang mendengar ucapan Daddynya yang kini sudah berusia pertengahan tahun. "Apanya yang kapan?" "Perkenalkan calon menantu buat Daddy." "Hanya Allah yang Tahu, Dad." Fandi mendengkus kesal. Baginya, putranya itu terlalu santai dalam menjalani hidup. Franklin adalah satu-satunya putra yang belum menikah diusianya ke 30 tahun. "Sudah berusaha?" tanya Ayesha, Mommy Franklin. "Belum." "Kok belum? Teman Mommy kemarin putranya menikah loh, usianya sama sepertimu. Sekarang mah sudah bahagia banget." "Alhamdulillah." Ayesha menatap datar putranya. Baginya, Franklin adalah satu-satunya putra yang selalu enggan membahas soal cinta dan calon pasangan hidup. "Teman Daddy juga gitu," sela Fandi lagi. "Seminggu yang lalu dia undang Daddy, katanya putranya yang menikah tahun kemarin sekarang memiliki anak. Minggu ini acara aqiqahnya. Anaknya perempuan, lucu banget. Daddy sampai gemes kalau liat bayi perempuan." "Iya Dad," "Iya apanya?" "Daddy suka anak perempuan." "Kamu tidak berniat gitu, menikah lalu calon istrimu suatu saat hamil? Allah bisa saja memberimu rezeki keturunan anak perempuan." "Doakan saja, Dad." Franklin memakan sarapannya dengan lahap. Bagi Franklin, aktivitas dan perbincangan seperti ini terjadi semenjak setahun yang lalu, setelah Kakaknya yang bernama Aifa itu menikah sehingga hanya dirinya yang tersisa belum menikah sampai sekarang. Bagi Franklin juga, ia tidak perlu memusingkan tentang jodoh dan calon istri karena ia yakin, Allah sudah memberinya calon jodoh meskipun belum bertemu. Ini hanya masalah waktu dan sesimpel itu cara pemikirannya. Franklin menenggak segelas air mineral di gelasnya kemudian merah tisu untuk mengelap bibirnya. Franklin pun berdiri kemudian berjalan kearah Daddy dan Mommynya yang sudah selesai sarapan. "Aku berangkat kerja dulu Dad, Mom." Fandi mengulurkan tangannya kemudian Franklin pun mencium punggung tangan Daddynya, di ikuti dengan mencium punggung tangan Mommnya. "Hati-hati dijalan Nak," ucap Ayesha sambil mengusap kepala putranya. "Jangan ngebut-ngebut mengendarai mobilnya." "Itu benar. Kamu belum menikah, jangan sampai kenapa-kenapa diusia bujangan." sela Fandi. "Insya Allah." "Jadi kapan nih kamu nikah?" tanya Aysha lagi. Franklin memasukan salah satu tangannya kedalam saku celananya. Sebelah tangannya menyampirkan jas formal di lengannya. "Iya, kapan? Uang Daddy nganggur loh, daripada di anggurin mending buat acara nikahan kamu." "Oke." Ayesha menatap Franklin dengan jengah. "Jadi kapan nikahnya?" "Kalau tidak hari Sabtu atau Minggu, Mom." Dan Franklin berbalik meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya bisa melongo. Franklin terlalu santuuuuuuuyyy wkwkw Masya Allah, Alhamdulillah insya Allah aku kembali update ke w*****d ini ☺️ Lama banget gak bikin kalian baper. Bismillahirrahmanirrahim, insya Allah, semoga kalian suka dan terhibur sampai ending ya With Love LiaRezaVahlefi Instagram lia_rezaa_vahlefii
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN