Si Zhui yang biasanya tenang, hari ini sungguh terlihat berbeda. Pengawal kepercayaan kaisar Xian itu tampak sedang tergesa-gesa menuju istana Long Gong kaisar. Raut wajahnya tidak bisa ditebak dan langkahnya semakin cepat.
“Yang mulia kaisar…” Si Zhui terangah-engah karena berlari.
Kaisar Xian bahkan belum sempat menyantap sarapannya dan Si Zhui sudah muncu di depannya dengan wajah yang penuh masalah. Kaisar Xian menghentikan tangannya untuk mengambil secangkir teh dan secara acuh tak acuh berbicara, “Ini masih pagi dan kau sudah berlarian. Katakan, apa yang membuat Si Zhui yang tenang menjadi seperti ini.”
“Kaisar, prajurit itu mati. Dia sepertinya di bunuh.” Ujar Si Zhui.
Wajah tenang kaisar Xian seketika berubah menjadi panik. Mereka berdua langsung menuju tempat kejadian. Prajurit itu adalah petunjuk penting yang akan membawa kaisar Xian ke titik terang penyelidikan mereka. Tapi bukti penting itu kini telah lenyap. Tubuh prajurit itu terbujur kaku dengan busa yang keluar dari mulutnya. Di tangan prajurit itu terdapat sepotong daging yang sudah sebagian dimakannya. Prajurit itu di bunuh dengan cara di racun.
“Yang Mulia, ini..” Si Zhui mengambil potongan daging bebek beracun dari tangan prajurit itu.
Kaisar Xian mencium aroma racun yang begitu kuat dari daging itu, “Bawa daging ini ke Chu Fei Yang, aku yakin dia akan bisa membantu kita. Dan juga, cari tau siapa yang memberinya makanan pagi ini.”
Si Zhui, “Hamba mengerti.”
Pikiran kaisar Xian kini semakin berkecamuk, bukti penting yang ada dalam genggamannya sirna seketika. Tapi kaisar Xian tidak menyerah, pencarian bukti kejahatan fraksi barat masih terus berlanjut. Mendengar kaisar Xian memanggilnya, Chu Fei Yang secara acuh tak acuh datang ke istana Long Gong. Dengan kotak yang berisi peralatan medis, Chu Fei Yang dengan santai masuk ke aula istana Long Gong. Secara otomatis Chu Fei Yang langsung membungkuk dan memberi hormat, “Menteri kesehatan Chu di sini untuk memberi salam pada yang mulia kaisar”
“Lupakan soal formalitas, berdirlah. Fei Fei, apa kau sudah mendapatkan jawabannya?” Melihat Chu Fei Yang dengan wajahnya yang percaya diri, kaisar Xian sudah bisa memastikan kalau adik sepupunya itu sudah mendapatkan hasilnya.
Chu Fei Yang mengeluarkan serbuk putih dari dalam kotak medisnya, ia kemudian berbicara, “Kaisar ini adalah sulfur…”
Sulfur adalah…..
Mendengar ucapan Chu Fei Yang itu, kaisar Xian tidak butuh waktu lama untuk menafsirkan misteri yang kini berkecamuk di kepalanya itu, “Daerah penghasil sulfur di Han hanyalah di ………Sumber mata air yang ditempati oleh bebek disana mengandung sulfur. Tapi itu bukanlah fokus utamanya.”
Sekali lagi Chu Fei Yang takjub dengan kecerdasan kakak sepupunya itu, ia segera menambahkan, “Kaisar memang cerdas, bebek di sana hidup walaupun mereka meminum air yang mengandung sulfur. Tapi ceritanya akan menjadi berbeda ketika sulfur dicampur dengan…..”
Chu Fei Yang teringat tentang jurnal kesehatan mendiang kaisar yang ia lihat beberapa waktu yang lalu. Waktu benar-benar berjalan sangat cepat, sampai ia benar-benar lupa untuk menyampaikan hal ini pada kaisar Xian.
“Yang mulia, dulu aku pernah mengatakan akan memberitahu anda soal jurnal kesehatan mendiang kaisar Liu Bian. Tapi karena saat itu bertepatan dengan kehamilan yang permaisuri Xianmu, anda sepertinya lupa.” Berusaha menutupi kesalahannya sendiri, Chu Fei Yang berusaha membodohi kaisar Xian.
Tapi siapa sangka, kaisar Xian yang belakangan ini banyak pikiran berhasil di bodohi oleh rubah licik Chu Fei Yang. Melihat saudaranya tidak berusaha untuk menyudutkannya, Chu Fei Yang merasa di atas langit. Ia kemudian segera berbicara, “Yang mulia, sejatinya hidangan yang pernah di disajikan untuk seorang kaisar akan selalu di catat oleh dapur istana. Dan aku sudah memastikan hal ini, dapur istana pernah menghidangkan bebek dari daerah……. Ketika yang mulai mendiang kaisar Liu Bian tengah melakukan inspeksi di…….. Dan kasim yang mencoba makanan itu meninggal pada saat itu juga.”
Bukan hanya kaisar Xian yang terkejut ketika mendengar fakta ini, Si Zhui yang selalu tenang juga tampak kaget. Wajah tampan kaisar Xian sedang menahan emosi yang bergejolak. Hatinya seolah tak ingin percaya, “Apa kau yakin tentang hal ini?”
Chu Fei Yang mengangguk dengan sungguh-sungguh. Kaisar Xian kembali berbicara, “Jadi usaha untuk menyingkirkan kakak sudah berlangsung sejak lama. Aku bersumpah tidak akan melepaskan hal ini begitu saja.”
Wajah kaisar Xian di penuhi aura membunuh. Berbulan-bulan sudah ia menduduki singgasana naga, dan ia telah menmukan sejumlah fakta mengejutkan tentang kematian tak wajar mendiang kaisar Liu Bian.
“Selain fakta yang baru saja hamba dapatkan ini, hamba juga telah menemukan fakta lain.” Chu Fei Yang dengan hati-hati membuka catatan medisnya.
“Katakan.” Kaisar Xian berbicara dengan nada serius.
“Ini adalah lembaran dari jurnal kesehatan mendiang kaisar Liu Bian. Aku menyalin ini karena aku pikir anda harus mengetahuinya.” Chu Fei Yang membuka lembaran catatanya yang berisi tulisan penting.
Chu Fei Yang kembali melanjutkan, “Dalam riwayat kesehatan mendiang kaisar Liu Bian, di katakan bahwa beliau menderita gagal jantung sejak usia kecil. Ketika itu paman kekaisaran tidak pernah menyangka kalau mendiang kaisar akan hidup begitu lama, hingga akhirnya ia mewarisi tahta dan menjadi kaisar. Dari sini juga aku bisa menyimpulkan kalau racun yang membunuh kaisar Liu Bian itu membuat kondisi jantungnya langsung berhenti berdetak. Bisa dikatakan kalau kematian kaisar Liu Bian benar-benar kematian yang menyakitkan.”
Kaisar Xian hanya bisa menahan rasa sakit yang teramat dalam di hatinya. Ia tidak pernah menyangka kalau sang kakak begitu menderita selama hidupnya. Sewaktu itu kaisar Xian hanyalah seorang wangye yang selalu membuat ulah dan membuat khawatir mendiang kaisar Liu Bian, ia bahkan tidak tau kalau kakak yang selalu menyayanginya itu menderita penyakit jantung.
Si Zhui yang juga menemukan fakta baru tidak ingin membuang waktu lama dan membiarkan kaisar Xian kembali larut dalam kesedihannya. Ia kemudian berbicara, “Yang mulia, ….. adalah kampong halaman dari pejabat Cao Ying. Dia adalah kerabat dekat dari tuan Cao Cao.”
Kaisar Xian mengepalkan tangannya, “Cao Ying adalah pejabat istana peringkat ke enam, dan dia adalah paman permaisuri. Sebenarnya sejauh apa ayah mertuaku terlibat?”
Hati kaisar Xian penuh dengan pertanyaan, ia takut untuk menghadapi kenyataan yang mungkin saja akan menyakitinya dan orang-orang yang disayanginya. Perlahan-lahan, titik terang menuju kebenaran mulai terkuak. Satu persatu dalang kejahatan mulai ditemukan. Hanya selangkah lagi maka semuanya akan terbukti.
“Aku akan keluar sebentar.” Ujar Kaisar Xian.
Langkah kaisar Xian sangat cepat, ia berlari menuju suatu tempat. Di taman istana, kaisar Xian bertemu selir Hua yang sedang menikmati indahnya bunga. Tentu saja selir Hua tidak melewatkan kesempatan ini untuk menyapa kaisar Xian.
“Kaisar, anda akan pergi kemana?” ujar selir Hua.
“Maafkan aku selir Hua, tapi aku sedang terburu-buru.” Jawab kaisar Xian seraya bergegas berlalu meninggalkan selir Hua yang masih kebingungan.
Selir Hua berbalik dan melihat tubuh kaisar Xian yang kian menjauh. Dari kejauhan muncul sosok menawan yang menyambut kaisar Xian, dia adalah permaisuri Xianmu. Permaisuri Xianmu tidak sengaja bertemu kaisar, segera sang permaisuri memberi hormat. Tapi kaisar Xian lebih tangkas, dengan gerakan cepat kaisar Xian meraih dagu permaisuri Xianmu dan mencium bibirnya. Beberapa pelayan yang melihat adegan ini sontak langsung berbalik. Entah apa yang membuat kaisar Xian bersikap seperti ini hingga membuat permaisuri Xianmu kaget.
Dari kejauhan, Cao Hua juga melihat adegan ini. Sungguh menyayat hatinya, kaisar Xian berlarian dan mengatakan kalau ia terburu-buru ternyata ia hanya ingin mencium permaisurinya.
“Kasihan sekali dirimu, kita tidak begitu berbeda selir Hua. Ah, tidak, tidak, kau lebih menyedihkan daripada aku. Ahahahah, aku turut prihatin.” Selir Fu tiba-tiba datang dan menyiram minyak ke dalam api.
Mendengar ucapan selir Fu yang tiba-tiba melayang di udara itu, wajah selir Hua semakin suram. Selir Hua termakan hasutan selir Fu. Wajahnya memerah karena marah dan kecewa. Hati selir Hua terluka melihat kaisar Xian begitu mencintai permaisuri Xianmu.
*/
Terlepas dari fakta yang mereka ketahui, kaisar Xian dan permaisuri Xianmu semakin hari kian lengket. Setiap malam kaisar Xian selalu tidur di kamar permaisuri. Mereka berdua menyimpan fakta yang tidak dapat diungkapkan satu sama lain. Kaisar Xian memilih untuk tidak menceritakan keterlibatan fraksi barat dalam korupsi sampai bukti benar-benar jelas, selain itu kondisi permaisuri yang hamil juga menjadi pertimbangan kaisar Xian. Sementara itu permaisuri Xianmu tidak mengatakan perihal ayahnya yang datang untuk meminta bantuannya tempo hari.
“Entah kenapa, belakangan ini aku begitu ingin menghabiskan waktu denganmu.” Ujar Kaisar Xian.
“Tapi yang mulia, menurut tabib Chu anda tidak boleh menyentuhku sebelum usia kandunganku ini menyentuh bulan ke tiga.” Permaisuri berbicara secara acuh tak acuh.
Mendengar hal ini, alis kaisar Xian berkerut. Ia sudah berpuasa kurang lebih dua bulan lamanya. Jika di pikir-pikir kaisar Xian memiliki sepuluh selir yang cantik, tapi ia tidak pernah sekalipun pergi ke paviliun selir-selir itu.
“Jie jie, aku sudah berpuasa selama ini hanya untuk putra mahkota. Waktu akan segera berlalu sebelum akhirnya aku bisa melihat putra mahkota lahir, jadi puasa semacam ini tidak ada artinya bagiku.” Kaisar Xian dengan percaya diri berbicara.
Permaisuri Xianmu benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, “Anda memanggilku dengan sebutan Jie Jie. Aku senang sekali mendengarnya,”
Kaisar Xian tersenyum ketika ia membelai wajah permaisuri Xianmu, “Aku akan melakukannya setiap saat kalau kau menyukainya. Hmm, belakangan ini aku stress karena urusan negara. Pernah terlintas dibenakku, akan lebih baik kalau kita hanyalah rakyat biasa. Kita berdua bertani saat pagi dan beristirahat saat malam. Tidak ada pelayan, selir, dan lainnya. Hanya aku, kau, dan anak kita.”
Mendengar ucapan tidak masuk akan kaisar Xian itu, permaisuri Xianmu hanya tersenyum, Ia kemudian duduk di pangkuan kaisar dan berbicara dengan lembut, “Bersandarlah padaku yang mulia dan aku akan memelukmu.”
Kaisar Xian mendekat ke arah permaisuri Xianmu. Wajah tampan kaisar Xian tenggelam di tulang belikat permaisuri Xianmu, sementara jari-jari permaisuri membelai rambut hitam kaisar Xian. Alih-alih memeluk sang permaisuri, kaisar Xian malah mencium bibir permaisurinya. Permaisuri Xianmu merasakan sesuatu yang lembut dan hangat tengah melumat bibirnya. Kaisar Xian melepaskan bibir permaisuri Xianmu setelah beberapa saat, tapi ia malah berlari ke arah tulang selangka permaisuri yang indah dan menciumnya.
“Aku benar-benar akan gila sekarang. Jika bukan karena anak kita, aku pasti sudah memakanmu.” Ujar kaisar Xian.
Ucapan kaisar Xian ini lebih terdengar seperti aungan binatang buas yang lapar. Hanya saja ekspresi wajah kaisar yang memelas lebih mirip dengan hewan buas yang minta dipelihara, begitu manis seperti kucing.
Permaisuri Xianmu tersenyum seraya berbisik, “Ucapan kaisar adalah titah, tapi kaisar harus bersabar lagi demi calon bayi kita.”
Kaisar Xian tersenyum cerah ketika mendengar jawaban permaisuri Xianmu itu. Tapi secara mengejutkan, kaisar Xian langsung menggendong permaisuri Xianmu dan membawanya ke tempat tidur oleh kaisar Xian. Ia kemudian membuka lapisan luar jubah naganya dan ikut berbaring di samping permaisuri. Kaisar Xian menarik selimut dan menyelimuti tubuh permaisurinya. Takut kalau permaisuri Xianmu kedinginan, kaisar Xian kemudian memeluk erat tubuh permaisuri Xianmu.Malam yang dingin mereka habiskan berdua.
Sebaliknya, selir Hua sedari tadi sudah menunggu kaisar Xian di istana Long Gong. Kakinya mulai kesemutan karena duduk terlalu lama di kursi.
“Yang mulia, sebaiknya anda kembali. Ini sudah larut malam. Kaisar mungkin akan begadang.” Ujar kepala pelayan dari istana kaisar.
“Benarkah?” tanya selir Hua.
Seorang pelayan datang dan berbisik pada kepala pelayan. Ekspresi kepala pelayan tampak membingungkan dan tidak bisa ditebak.
“Ada apa?” tanya selir Hua.
“Ah itu..anu, sepertinya kaisar Xian tidak berada di ruang kerjanya.” Ujar kepala pelayan dengan suara bergetar.
“Lalu dimana dia? Aku akan datang dan melihatnya.” Ujar selir Hua yang tampak antusias.
Dengan ragu-ragu kepala pelayan istana Long Gong menjawab, “Kaisar kini tengah berada di istana Fenguang.”
Ekspresi wajah selir Hua gelap. Ada perasaan jengkel dan marah yang beradu menjadi satu. Tanpa sepatah kata pun adik dari permaisuri itu langsung keluar dari ruangan kaisar. Berjalan di tengah malam dengan angin yang menerpa tubuhnya benar-benar bukan apa-apa jika dibandingkan dengan perasaan kecewa yang berkecamuk di dalam hati selir Hua. Hatinya benar-benar kecewa dan hancur, rasa cemburu yang kian mendalam kini telah sampai di tulang-tulangnya.
Langkah kaki selir Hua terhenti begitu ia tepat berada di depan istana Fenghuang. Dari luar terlihat beberapa penjaga dan pelayan. Tapi suasanya begitu sunyi, tidak ada cahaya yang terpancar. Itu artinya kaisar Xian dan permaisuri Xianmu telah tidur.
“Bukan aku yang memulainya. Tapi kau kakak kedua. Akan aku pastikan kau merasakan bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang kau cintai.” Secara mengejutkan tangan yang berada di balik baju selir Hua berubah menjadi tinju. Buku-buku jari selir Hua sepenuhnya telah berubah menjadi putih.