Deana duduk di sofa sambil menatap pemandangan ibu kota di malam hari dari jendela apartemen Alden. Pikirannya melayang pada banyak hal, salah satunya pada Delta. Deana tidak ingin berharap lebih namun perasaannya tak bisa dibohongi. Semakin ia menyangkalnya, semakin perasaan itu tumbuh lebih besar. Jika ditanya sejak kapan, Deana sendiri tidak tahu pasti. Mungkin sudah lama, mungkin juga baru-baru ini atau mungkin setelah malam itu. Entahlah... “Mikirin Delta lagi, eh?” celetuk Alden dari arah tangga. Lelaki itu berjalan santai mendekatinya, kemudian bersandar pada jendela tepat du hadapan Deana. “Kalo lu kangen sama dia, temui dia lah, De,” saran Alden kemudian. “Gue emang kangen sama Delta. Banget, malah. Tapi kalau gue nemuin Delta, kemungkinan besarnya adalah kita balik denga