*** ~ Kediaman Margatama,. Seorang wanita paruh baya berjalan ke arah suaminya yang saat ini masih setia dengan berkas-berkas yang berserakan diatas meja kerjanya. Ia sungguh sangat kesal sekali. Ia pun membuka suara. "Mas, apa berkas-berkas itu lebih penting daripada istrimu?" tanyanya dengan ketus. Pria itu mendongak dan melepaskan kacamata yang bertengger manis di pangkal hidung mancung nya. Dia adalah Damian Margatama. Ia tahu bahwa istrinya pasti sangat kesal sekali karena ia masih saja mengurus pekerjaan kantor yang sebenarnya itu adalah tanggung jawab putranya Daren Margatama. Damian menarik sudut bibirnya menciptakan senyum penuh cinta untuk istrinya. "Bukan begitu, Hun. Aku hanya mengeceknya saja. Siapa tau ada yang terlewatkan oleh Daren. Kau tau bukan? Jika pengantin ba