Perpisahan

1021 Kata
Jianying dan Yaoshan mencoba melarikan diri dengan menunggangi satu kuda. Jianying yang duduk di depan, tengah mengendalikan kuda yang sedang mereka tunggangi agar laju larinya tetap pada arah yang tepat. Lalu Yaoshan yang duduk tepat di belakang Jianying, berpegangan erat pada sang panglima yang sekaligus gurunya tersebut. Di belakang kuda mereka, tampak beberapa kuda tengah berlari mengejar, mereka tentu saja para prajurit istana yang berniat menangkap dan membawa mereka ke istana untuk menghadap Pangeran Liu Changhai yang saat ini berkuasa di istana. Jianying terus memacu laju kuda dengan kecepatan tinggi, kuda yang dia kendalikan terus dipecutnya agar tak mengurangi kecepatan atau kuda-kuda di belakang akan berhasil menyusul mereka. Yaoshan yang ketakutan terus memeluk pinggang Jianying, berpegangan erat agar dirinya tak jatuh. Sekarang sang pangeran menyesali perbuatannya yang telah melakukan kecerobohan fatal saat di tempat makan tadi. "Berhenti, kalian berdua! Atau kami akan melepaskan anak panah ke punggung kalian!" teriak salah satu prajurit, menyuarakan ancaman mengerikan agar Jianying dan Yaoshan menyerahkan diri. Namun, tentu saja Jianying tak mematuhinya. Mengabaikan ancaman itu, dia terus memacu kuda dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. "Ini gawat. Mereka benar-benar akan melepaskan anak panah pada kita!" Dengan histeris Yaoshan berteriak karena saat dia menoleh ke belakang, dia melihat beberapa prajurit sedang memegang busur dan anak panah, tengah mengambil ancang-ancang untuk melepaskan anak panah ke arah mereka seperti yang diancamkan. "Bagaimana ini, Panglima?!" "Tenanglah, Pangeran. Tetap berpegangan erat pada saya." Yaoshan menurut, dia semakin mempererat pelukannya pada pinggang Jianying. Kedua matanya dipejamkan seerat yang dia bisa saat indera pendengarannya mendengar suara anak panah yang dilepaskan. Yaoshan tak sanggup melihat banyak anak panah yang sedang meluncur cepat menuju ke arahnya dan Jianying. Jianying tak ingin menyerah semudah itu, dia sudah berjanji pada Permaisuri Liu Fei akan melakukan apa pun untuk melindungi Yaoshan, tak peduli walau dia harus mempertaruhkan nyawanya sekalipun. Saat inilah janjinya harus ditepati. Yaoshan berada dalam bahaya, nyawanya pasti akan melayang jika sampai prajurit berhasil menangkapnya dan membawanya ke istana untuk menghadap Pangeran Changhai. Jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Yaoshan, lalu bagaimana dia harus bertanggungjawab pada Permaisuri Liu Fei? Jianying tak sanggup membayangkan betapa kecewa sang permaisuri di atas sana jika melihat kegagalannya menepati janji untuk melindungi sang putra mahkota. Menyadari mereka akan berakhir tertangkap jika terus berlari seperti ini, dan khawatir anak panah yang terus dilepaskan para prajurit akhirnya akan mengenai dirinya, terlebih mengenai Yaoshan, Jianying pun mulai menyusun sebuah rencana. Dia memacu kuda agar berbelok ke arah kanan. Karena jaraknya dengan para prajurit terbilang masih cukup jauh, Jianying memanfaatkan hal itu dengan menghentikan kuda. Pepohonan dan semak-semak liar yang tumbuh di sekitar mereka berada tentunya akan menghalangi mereka dari pandangan para prajurit istana yang masih berusaha mengejar mereka di belakang sana. "Pangeran, cepat turun!" titahnya pada Yaoshan. "Hah? Kenapa kau menyuruhku turun?" Tentu saja Yaoshan terkejut bukan main mendengar perintah sang panglima. "Ini demi keselamatan anda. Biar saya mengalihkan perhatian para prajurit itu, anda larilah ke dalam hutan di depan sana." Tatapan Yaoshan kini tertuju pada sebuah hutan yang memang berada tepat di depannya. Melihat dari luar saja hutan itu sangat menyeramkan, apalagi jika nekat masuk ke dalam. Yaoshan tak memiliki keberanian sebesar itu untuk memasuki hutan sendirian. Kepalanya pun menggeleng tegas sebagai penolakan. "Aku tidak mau masuk ke hutan itu." "Ck, apa ini waktu yang tepat untuk keras kepala, Pangeran? Jangan membantah, ikuti perintah saya, itu pun jika anda ingin selamat." "Lalu bagaimana denganmu?" tanya Yaoshan, tentu saja dia mengkhawatirkan keselamatan Jianying. Jianying mengulas senyum tipis. "Saya pasti baik-baik saja. Saya akan melakukan apa pun untuk melindungi anda, Yang Mulia. Hanya saja satu permintaan saya pada anda." "Apa itu?" tanya Yaoshan disertai kedua alis yang saling bertautan. "Seandainya saya tidak selamat, anda jangan pernah menyerah. Anda harus selamat dan tetap melanjutkan hidup anda. Teruslah berjuang, Pangeran, karena hanya anda yang bisa mengembalikan kesejahteraan di kerajaan ini. Anda harus bisa merebut kembali semua yang seharusnya menjadi milik anda. Apa anda mengerti?" Yaoshan mengangguk, paham betul maksud perkataan sang panglima. "Kalau begitu pergilah, Pangeran." "Tapi kau harus selamat. Aku akan menunggumu di dalam hutan ini." Jianying mengangguk disertai senyum. "Ya, Yang Mulia. Setelah menyelesaikan urusan dengan para prajurit itu, saya akan segera menyusul anda. Sampai bertemu lagi, Yang Mulia." Yaoshan tahu tak memiliki pilihan selain menuruti perintah Jianying. Dia pun dengan terpaksa melompat turun dari punggung kuda. "Ingat pesan saya tadi, Yang Mulia. Teruslah berjuang karena hanya anda harapan terakhir kami semua." Jianying untuk terakhir kalinya mengulas senyum sebelum dia pun memacu kudanya untuk kembali berlari. Tugasnya sekarang adalah mengalihkan perhatian para prajurit istana agar tidak mengejar Yaoshan ke dalam hutan. Rencana Jianying memang berhasil karena para prajurit kini mengejar dirinya, hanya saja rupanya tak berhasil sepenuhnya karena ada beberapa prajurit yang menyadari tidak ada Yaoshan di punggung kuda yang dinaiki Jianying. Mereka menyadari Yaoshan telah memisahkan diri dengan Jianying dan tidak ada tempat lain yang mereka pikirkan selain hutan yang menjadi tempat Yaoshan melarikan diri. "Sial! Kejar aku!" teriak Jianying yang menyadari ada beberapa kuda prajurit yang berhenti mengejarnya dan mereka justru berbelok ke arah hutan untuk mengejar Yaoshan. Menyadari Yaoshan berada dalam bahaya, Jianying pun memutuskan untuk memacu kudanya agar menyusul ke dalam hutan, tapi rupanya semua tak sesuai dengan rencananya karena para prajurit istana yang masih mengejar di belakang kembali melepaskan anak panah yang melesat dengan cepat dan dua di antaranya menancap sempurna di punggung Jianying. Sedangkan satu anak panah menancap di salah satu kaki kuda sehingga kuda yang malang itu terjatuh, Jianying yang duduk di punggungnya pun ikut terjatuh dan berguling-guling di tanah. Jianying awalnya berniat bangun untuk berlari ke hutan, dia tetap bertekad untuk menyelamatkan Yaoshan. Namun, sayang tekad itu hanya tinggal angan-angan ketika Jianying tak sanggup berdiri akibat rasa sakit yang amat sangat di punggungnya. Terutama saat dia melihat para prajurit berhasil menyusulnya dan mereka kini menangkapnya. Sungguh Jianying tak sanggup melakukan perlawanan apa pun ketika para prajurit meringkus dan mengikatnya agar tak bisa melarikan diri. Tatapan Jianying tertuju ke arah hutan tempat Yaoshan melarikan diri. "Maafkan saya, Pangeran, karena tidak bisa menepati janji pada anda. Semoga anda selamat," gumamnya dalam hati sebelum Jianying menutup mata karena kehilangan kesadarannya. Entah bagaimana nasib Pangeran Liu Yaoshan setelah ini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN