ISMA "Ya, bisa tolong bawakan kopi ini untuk Mas Abidzar? Tadi dia minta sama Mbak buat dibikinkan, tapi Mbak mau ke kamar mandi. Perut Mbak sakit banget." Mbak Ipah meletakkan nampan yang sudah ada gelas berisi kopi di atasnya sambil meringis menahan sakit. Ia tergesa menuju kamar mandi yang letaknya agak jauh dari dapur sebelum aku sempat menjawab pertanyaannya. Tak ingin membuat putra majikanku menunggu, aku bergegas membawakan kopi tersebut agar tidak keburu dingin. Putra nomor dua Pak Teguh itu sedang duduk di ruang keluarga seraya berbicara lewat telepon dan nampak serius. Dengan sedikit ragu, aku menghampirinya yang belum menyadari kehadiranku. "Ini kopinya, Mas." Dia menoleh dan menatapku lekat. "Mbak Ipah sedang ke kamar mandi, jadi saya yang mengantarkan ini," terangku. A