ISMA "Saya senang melihat kamu baik-baik saja." Mas Haikal membuka pembicaraan setelah beberapa saat lamanya kami terjebak dalam keheningan. Aku yang terlalu kaget akan kehadirannya di tempat ini pun belum berani mengeluarkan suara. Aku takut keberadaan pria ini ada hubungannya dengan Mas Hanif, mengingat profesi Mas Haikal yang seorang Detektif. Bukannya tidak mungkin, Mas Hanif memakai jasa pria yang aku kenal sebagai sahabatnya ini untuk mencari keberadaan Ayra. "Kamu tidak perlu takut. Saya ke sini sendiri, tidak ada Hanif," ucapnya seakan bisa membaca isi pikiranku. "Kamu betah tinggal di sini?" tanyanya lagi untuk yang ke sekian kalinya, meski aku belum menjawab satu pun pertanyaan darinya. "Alhamdulilah sangat betah," jawabku tanpa menatapnya. "Syukurlah," katanya disertai h