bc

ISTRIKU, DI MANA KAMU?

book_age16+
15.3K
IKUTI
99.6K
BACA
others
scandal
badboy
sensitive
drama
office/work place
small town
wife
husband
like
intro-logo
Uraian

“Safira di mana kamu?” Aku mengacak rambutku kesal.

Kusimpan tas kerjaku sembarang. Kuperiksa kamar lainnya tapi istriku tidak ada. Aku tepekur duduk di ruang tengah sambil memijat pelipis. Teringat perubahan sikap Safira beberapa hari ini.

Dia tidak pernah lagi membantah ketika kuperintah. Tidak lagi komplen ketika aku pulang malam bahkan tidak pulang. Tidak lagi dia melarang-larangku ketika aku menghabiskan sabtu mingguku bersama teman-teman. Namun tidak kukira dia akan menghilang seperti sekarang.

Kucari kunci cadangan tapi tidak tahu di mana dia menyimpannya. Selama ini aku tidak pernah tahu menahu urusan rumah. Semuanya selalu sudah beres.

Aku berlari kembali ke kamar atas. Pikiranku carut marut tak karuan. Di mana istriku sekarang?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
Dek, Mas gak pulang, ya! Ada meeting di luar kantor.] Tidak ada lagi balasan. Mungkin Safira lagi sibuk dengan Saskia---putri kami yang sedang lincah-lincahnya. Aku kembali fokus pada tumpukan berkas. Sebagai manager muda di salah satu perusahaan ternama aku harus mampu menunjukkan dedikasiku pada perusahaan. “Permisi, Pak … untuk acaranya sudah saya bookingkan ruangan. Nanti dari sini kita start pukul tujuh malam, ya!” Devina staff admin baruku memberikan informasi. Aku hanya mengangguk saja mengiyakan. Bagaimanapun tidak sempat juga untuk membahas ini itu dengannya. Aku kembali berkutat dengan pekerjaan. Aku benar-benar menikmati kehidupanku setelah lulus S2 dan mendapat promosi jabatan baru. Semua orang menyanjung kagum dan membanggakan prestasiku. Usiaku baru tiga puluh lima tahun. Tidak heran kalau banyak sekali wanita mulai terpesona. Sejenak menikmati kebebasan di luar rumah hanya untuk selingan sepertinya tidak salah. Akhirnya setiap weekend aku sering sekali keluar rumah. Kadang main futsal, kadang hanya sekedar touring gowes sepeda bareng teman-teman kantor. Kadang kami pergi memancing untuk mendapatkan kesenangan semata. Pintu ruanganku diketuk. Muncul Edo, manager bagian design dan development. Kepalanya menyembul. “Bro, ayo … biar bisa bareng dia tuh!” ucapnya sementara matanya mengerling ke arah seorang resepsionis baru yang tampilannya aduhai. “Lu duluan aja, Bro … bentar lagi gue nyusul!” Aku hanya mengiyakan. Edo memang selalu begitu setiap kali ada yang bening. “Ah pasti lu maunya berduaan doang sama Devina,” cebiknya membuat kedua bola mataku melotot ke arahnya. “Pergi duluan, gih! Devina ajak aja sekalian!” Aku memang benar-benar lagi sibuk. “Speech doang Lu, sih!” ucapnya mencebik sambil menutup pintu. Aku segera menelpon Devina. Kukabarkan agar dia berangkat duluan saja dengan yang lain. Gadis itu mengiyakan. Setengah jam berlalu. Akhirnya pekerjaanku selesai. Aku mengecheck gawai tapi tidak juga ada balasan. Kukirim kembali pesan pada Safira. [Fir, gak apa-apa ‘kan? Aku ada acara. Pulang malem lagi, ya! Kamu mau dibawain apa?] checklist dua kali ini langsung berwarna biru. Aku menunggu balasannya tapi tak kunjung datang. Kupijit tombol panggil. Tersambung tapi tidak diangkat juga. Khawatir sebetulnya tapi mau gimana pun ini profesionalisme. Kawan-kawan memintaku untuk membuat acara sebagai perayaan atas terpilihnya aku sebagai manager baru dan termuda di perusahaan ini. Segera kuberjalan keluar dari lobi yang sudah sepi. Berjalan menuju parkiran. Segera kunyalakan mobil fortunerku yang baru beberapa bulan ini kumiliki. Hembusan AC menerpa wajahku. Kupejamkan mata sejenak menikmati rasa kebahagiaanku yang tak terhingga. Baru saja melewati gerbang security, tampak dari spion seorang gadis berlari sambil melambaikan tangan padaku. “Devina?” Aku menginjak rem dan menunggunya. Segera kuturunkan kaca setelah gadis itu ada di samping mobilku. “Kamu kenapa belum berangkat, Dev?” tanyaku. “S-saya nungguin, Bapak!” ucapnya dengan napas terengah-engah. “Emang kenapa gak ikut bareng yang lain?” tanyaku. “Kata Pak Edo, saya suruh nungguin Bapak tadi,” ucapnya tampak jujur. Aku menghela napas. Akhirnya kubiarkan dia masuk. Kami berangkat bersama. Mengobrol seperti biasa. Kulirik gawai. Masih sepi. Nada dering untuk Safira sengaja kubedakan. Berarti dia memang tidak berniat menelponku balik. Kami tiba. Devina langsung mengarahkan ruangan yang sudah dipesannya. Namun belum sempat kakiku melangkah masuk sudut mataku menangkap bayangan seseorang. “Safira?” Kedua alisku saling bertaut. Namun panggilan dari Devina mengalihkan perhatianku. Ketikaku kembali menoleh, sosok itu sudah hilang. Kepikiran, tapi itu pasti hanya orang yang mirip saja. Tidak mungkin Safira keluar malam tanpa seizinku. Dia itu istri terbaikku. Acara selesai hingga pukul satu malam. Kami bebas bernyanyi saling berpasangan. Kebersamaan ini terasa menyenangkan. Jiwaku bahagia dan terasa muda lagi. Aku pulang, terpaksa mengantarkan Devina dulu. Semua memojokkanku karena aku atasannya dan katanya harus bertanggung jawab atas keselamatannya. Akhirnya aku tiba di rumah. Sudah sepi, pastilah soalnya sudah tengah malam menjelang pagi. Kumengambil anak kunci dan segera masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobilku. Tujuanku langsung ke kamar tidur di lantai dua. Aku mendorong pintu kamar yang biasanya tidak dikunci oleh Safira. Namun kenapa dikunci? Aku mengetuknya berkali-kali tapi tidak ada jawaban juga. Kuambil gawai dan menelponnya. Tersambung tapi tidak diangkatnya. “Safira di mana kamu?” Aku mengacak rambutku kesal. Kusimpan tas kerjaku sembarang. Kuperiksa kamar lainnya tapi istriku tidak ada. Aku tepekur duduk di ruang tengah sambil memijat pelipis. Teringat perubahan sikap Safira beberapa hari ini. Dia tidak pernah lagi membantah ketika kuperintah. Tidak lagi komplen ketika aku pulang malam bahkan tidak pulang. Tidak lagi dia melarang-larangku ketika aku menghabiskan sabtu mingguku bersama teman-teman. Namun tidak kukira dia akan menghilang seperti sekarang. Kucari kunci cadangan tapi tidak tahu di mana dia menyimpannya. Selama ini aku tidak pernah tahu menahu urusan rumah. Semuanya selalu sudah beres. Aku berlari kembali ke kamar atas. Pikiranku carut marut tak karuan. Di mana istriku sekarang? Satu hentakan, dua hentakan kucoba mendobrak pintu kamarku tapi tidak juga terbuka. Aku mundur beberapa langkah dan mendobraknya lagi. Satu kali, dua kali masih saja tidak goyah. Akhirnya setelah seluruh tenaga terkumpul kudobrak lagi pintunya. Brakkk!

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
148.8K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
282.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
146.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.9K
bc

TERNODA

read
191.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook