"Gila aja, apa-apaan coba? Sumpah, kalau ada pekerjaan lain yang gajinya lebih gede dari ini, pengen resign aja rasanya!" oceh Santi tak henti-henti. Setelah mendapat kejutan tadi, ia langsung beranjak pergi. Tak peduli pada bosnya yang memanggil mencoba menghentikan, ia terus pergi ke luar dari kantor. Kemudian memasuki kafe yang biasa digunakan nongkrong bersama Mirna dan Lala. Setelah di sana, ia hubungi kedua temannya itu agar membawakan tasnya yang masih tertinggal di meja kerjanya. Mirna dan Lala sejak tadi hanya diam mendengarkan. Kali ini mereka biarkan sekretaris bosnya itu mengoceh, meluapkan semua emosinya. Karena memang untuk yang satu ini, jika mereka ada di posisi Santi pun, mereka akan malu setengah mati. "Ya, sabar, San. Maksud pak Pras itu baik, kok!" Mirna mencoba mene