Bab 11: Aku Bisa Membuatmu Hamil

1295 Kata
“Bagaimana?” tanya Leo pada Tania sembari berputar di hadapan Tania dan Tania menggeleng lagi. Leo menghela napas berat, “jas ini sudah jas yang ke sebelas yang aku coba, Tania. Semua jas hampir sama, lalu apa lagi yang kamu cari?” tanya Leo kesal. ia sendiri tak mengerti bagaimana bisa ia menuruti Tania dengan memilih jas pernikahan yang akan ia kenakan untuk pernikahannya dan Tania kelak. “Itu tidak cocok,” kata Tania pada Leo. Kesempatan emas ini tak akan dilewatkan begitu saja oleh Tania karena kapan lagi dia bisa mengerjai bos satunya itu jika tidak sekarang? Ini kesempatan langka yang dimilikinya dan ia senang sekali melihat Leo masuk keluar kamar ganti hanya untuk meminta pendapat Tania tentang jas mana yang akan ia kenakan di resepsi pernikahan mereka nanti. Tania menahan tawa, sebenarnya semua jas itu terlihat luar biasa di badan Leo yang bidang dan proporsional, hanya saja ia suka mengerjai bosnya seperti ini. Leo kembali keluar dari kamar ganti dan tuksedo berwarna putih ini benar-benar berhasil membuat Tania berdiri melongo karena menganggap Leo seperti malaikat. Leo sangat tampan dengan tuksedo warna putih yang melekat indah di badannya. “Bagaimana?” tanya Leo. Tania manggut-manggut tanoa sadar. “Angel,” kata Tania. Leo tersenyum mendengarnya. “Kalau begitu yang ini saja, ya?” tanya Leo dan Tania mengangguk. Melihat Tania yang mengangguk itu Leo senang bukan main dan ia segera berganti baju dan membayar setelan tersebut dengan sangat mahal. Tania dan Leo keluar dari butik tersebut dan langsung masuk ke dalam mobil. “Kita mau ke mana? Apakah kita mau ke heaven?” tanya Leo dengan senyum menggoda. Melihat Leo yang seperti itu, dahi Tania berkerut heran. Bosnya itu semakin hari kelakuannya semakin tak tertebak, gak ada jiwa maskulin yang biasanya bersemayam di sana, malah senang sekali menggodanya, seperti pria bucin pada umumnya. “Heaven? Surga?” tanya Tania dan Leo mengangguk. “Tunggu kita sah dulu aja pak, baru bapak bisa ke heaven kapanpun dan saya siap jadi janda kaya raya,” Sialan! Jawaban Tania itu membuat Leo menggeram kesal dan memilih fokus kembali ke jalan utama. “Maksud saya itu bukan saya ngajak kamu mati, Tania,” kata Leo. “Lah tadi katanya Heaven? Heaven kan surga,” kata Tania. “Lah tadi kamu bilang saya angel, makanya saya bilang Heaven. Angel kan malaikat, makhluk ciptaanNya yang patuh dan tak menyeramkan,” “Lah? Kalau malaikatnya adalah malaikat pencabut nyawa, gimana, pak?” tanya Tania yang spontan membuat Leo menoleh ke arahnya dan lantas mendelik lebar. “Jadi kamu nyamain saya kayak malaikat pencabut nyawa?” tanya Leo kesal. Tania mulai takut jika Leo terlihat marah seperti ini, padahal tadi niatnya hanya bercanda saja. “Nggak gitu, kan kita lagi bahas malaikat, ya aku jelasin gitu, pak,” kata Tania takut-takut. Padahal Tania gak ada takut-takutnya ke Leo sama sekali. “Kapan kamu berhenti panggil saya pak?” tanya Leo. Tania kini yang terkejut mendengarnya. “Memangnya saya harus panggil bapak apaan?” tanya Tania. Leo menghela napas. “Honey,” “Ihhh,” jawab Tania berseru lirih, “nggak deh, pak. Ntar lidah saya keselo melulu loh,” kata Tania pada Leo. Leo hanya meringis kecil ke arahnya. “Kok bisa kseleo?” tanya Leo. “Ya bisa, saya kan asli Indonesia bukan keturunan bule kek bapak,” jawab Tania. “Kalau begitu biasakan panggil saya dengan sebutan sayang,” kata Leo yang membuat Tania menatapnya dengan berkedip berkali-kali. “Nanti tunggu saya hilang ingatan ya, pak,” jawab Tania ngasal. Leo semakin tertarik pada Tania, pasalnya calon istrinya itu benar-benar membuatnya nyaman. “Kapan kamu berencana fitting baju pengantin?” tanya Leo. “Besok ditemani bu Hani,” jawab Tania. “Kenapa tidak sekalian tadi saja?” tanya Leo. “Nggak pak,” “Kenapa? Takut saya ngerjain kamu kayak kamu ngerjain saya tadi?” tanya Leo. Sebenarnya tebakan Leo ini benar adanya, hanya saja Tania menggeleng saja, takut kalau Leo nanti punya dendam kesumat ke dia. Kan berabe. “Saya ngerjain bapak? Ihh, bapak kepedean!” seru Tania, “buat apa coba? Mana ada bawahan ngerjain atasan, gak ada, pak,” kata Tania menjelaskan. Lep melirik Tania. “Jadi tadi itu kamu memang sungguh-sungguh mencarikan baju yang cocok buat saya?” tanya Leo dan mengangguk. “Tentu, pak. Semua yang ada pada bapak harus perfect,” “Segitu perhatiannya kamu sama saya, ya. Terima kasih, mungkin setelah kita menikah, kamu beneran bucin ke saya,” kata Leo yang kembali narsis dan Tania hanya menggeleng heran. “Bapak kenapa bisa senarsis ini sih sama saya?” “Kan kamu calon istri saya,” jawab Leo. “Bapak kayak sedang kesambet jin cupid, pak. Perlu diruqyah?” tanya Tania. Mau tak mau leo tersenyum lebar. Tania bisa merasakan kalau Leo berubah, jika dia bisa sehumble ini padanya itu pasti dia sedang tertekan dan cara bercandanya ini dilakukan agar ia bisa lupa dengan masalahnya. Sebagai sekretarisnya yang sudah mengabdi padanya bertahun-tahun, Tania hapal gelagat dan sikap Leo. Leo memang humoris pada satu waktu, rasa percaya diri dan narsisnya memang sudah melekat ke darah dagingnya, tapi ia sellau jaga wibawa dihadapan para anak buahnya, kecuali Tania. Tapi kepada Tania pun Leo gak akan sebercanda seperti sekarang ini. Dia benar-benar akan sangat humoris dan humble jika dia berada di dekat Bella dan Nella, yang merupakan adik kandungnya. Dia juga bisa humoris seperti sekarang ini jika ada pertemuan besar keluarganya di sebuah acara tertentu seperti pernikahan. Leo menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan dan mengajak Tania untuk turun dan makan bersama. Leo sangat lelah karena harus ganti baju beberapa kali sebelum Tania mengucapkan kata ‘ya’ dengan pilihannya. Leo sendiri heran kenapa bisa-bisanya ia menuruti semua perkataan Tania tersebut. “Bapak mau makan apa?” tanya Tania kepada Leo. Sebagai seorang sekretaris yang cekatan dan telaten ia sudah biasa menanyakan hal itu ketika memasuki rertaurant karena biasanya Leo punya permintaan khusus selama pemesanan yang ia buat. “Terserah kamu aja, kali ini kamu yang pilih mau makan apa,” jawab Leo pada Tania. Tania memesan dua steak dan jus mangga dan Leo sama sekali tak protes. “Bapak ada masalah?” tanya Tania setelah selesai memesan. “Nggak ada, cuma kepikiran saja soal setelah kita menikah nanti,” jawab Leo berbohong padahal ia masih kepikiran akan Desi, perempuan aneh yang tidur dengannya dan tak mau Leo bertanggung jawab atas perbuatannya. “Kenapa kepikiran?” tanya Tania, “mereka pasti lega karena kita mau nikah,” kata Leo. Pelayan datang memberikan dua gelas air putih lebih dulu. Tania meraih gelasnya dan meminumnya. “Kalau cuma nikah ya gak masalah, udah selesai masalah kita. Kalau minta anak?” “Byurr!” Tania tak sengaja menyembur wajah Leo dengan air yang akan masuk ke dalam tenggorokannya. Gara-gara Leo mengungkit soal anak kepada Tania, Tania jadi tak sengaja menyemburkan air yang tengah ia minum ke wajah Leo. “Maaf, pak,” kata Tania meringis seraya memberikan Leo tisu di meja. Leo menggeram kesal. “Kita harus bahas ini, Tania,” kata Leo serius setelah membersihkan sisa-sisa air di wajahnya. “Tapi, itu berat, pak,” kata Tania. Leo diam. “Jika mendesak dan itu sudah keputusan bulat maka kita gak bisa menolaknya. Tania,” kata Leo. Tania hanya bisa diam dan pasrah. “Kita bisa pakai cara lain, pak. Mungkin dengan bayi tabung?” tanya Tania. Leo menatapnya tak percaya, “saya dengar proses pembuahannya lewat s****a yang dimasukkan ke selang seperti kateter atau apa ya?” Tania tampak berpikir, ia sepetri pernah membaca artikel tapi lupa. Leo gemas sekali dengan Tania jadi ia pindah duduk kealh Tania dan menarik lengannya hingga perempuan itu jatuh dalam dekapannya. “Tania dengar! Aku bisa membuatmu hamil tanpa alat-alat seperti itu,” kata Leo dengan tatapan sangat dalam dan penuh arti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN