Terlihat begitu bahagianya Andrea melihat kakaknya, duduk di salah satu kursi meja makan keluarga Avega. Ditambah senyum miring kakaknya seakan menggoda sang adik yang hampir menangis haru. "Apakah kita tidak bertemu bertahun-tahun? Ada apa dengan air matamu itu?" Revdi mengusap puncak kepala adiknya penuh sayang. "Lo datang sendiri? Mama sama papa gak ikut?" Andrea tadinya juga sangat berharap bisa melihat orangtuanya. "Mereka sangat sibuk. Mungkin lain kali. Hei, duduklah. Mama mengirimkan makanan favoritmu!" Revdi melihat pada kepala pelayan, dan kepala pelayan itu langsung mengerti. Menyuruh agar pelayan membuka bungkusan yang dibawa oleh Revdi Hirata. Albi memberikan kode pada istrinya, agar membuka pembicaraan. Rasanya agak canggung, karena kakak beradik Hirata itu mengabaika