Iris coklat itu berpendar, kedua matanya awas menelusuri di sekitarnya. Mencari sosok yang sedari tadi menjadi incarannya. Tak lama kemudian senyum lebarnya terukir ketika dia berhasil menemukan sosok yang dicarinya.
Ia terus memandanginya dengan mata berbinar, sorot kagum tercetak jelas dari kedua matanya yang bersinar terang.
"Dokter, pokoknya kamu harus jadi pacarku. Titik!"
Di mana ada dr.Reymon, tak jauh darinya pasti ada Nirmala.
Dr.Reymon bukannya tak menyadari bahwa beberapa hari belakangan ini ia merasa ada yang mengawasinya dari kejauhan, awalnya ia ingin mengabaikan saat tau bahwa yang menguntitnya hanyalah sorang anak remaja labil.
Tapi lama-lama ia jengah juga jika di setiap kegiatannya selalu ada yang mengawasi seperti ini. Setiap Rey menengok pada gadis itu, pasti Nirmala langsung beralibi seolah-olah dia sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri. Tapi anehnya saat Rey berpindah lokasi, pasti gadis itu mengikutinya.
"Mencari saya?"
Nirmala yang semula celingkak-celingkuk mencari keberadaan dr.Rey yang hilang dari pengawasannya seketika diam mematung saat suara berat seseorang memanggilnya dari belakang.
Nirmala menggaruk kepalanya yang tidak gatal sekaligus mencari solusi untuk mengelak jika orang yang dia kagumi mengetahui bahwa selama ini dia menguntitnya.
Seperti robot, Nirmala berbalik perlahan dengan kaku dan juga senyum lebar yang dipaksakan.
"Kenapa kamu selalu mengikuti saya?"
"Itu," Nirmala menunduk dalam, kedua pipinya bersemu merah saat secara langsung dr.Reymon menatapnya intens seperti saat ini, "karena aku akan menjadi calon istrimu."
Nirmala menutupi mukanya yang sudah semerah tomat dengan kedua tangannya, dia merasa malu tapi juga merasa senang bahwa pada akhirnya dia berhasil mengatakan keinginannya pada orang yang disukainya.
Reymon yang mendengarnya hanya menghela napas seraya mengusap wajahnya lelah. Drama macam apa lagi ini, baru saja dia mendapati seorang remaja labil menyatakan cinta padanya.
"Lebih baik kamu fokus saja sama sekolah kamu, jangan mikir pacar-pacaran apa lagi menjadi istri. Masa depan kamu masih panjang."
Setelah mengatakan hal tersebut Reymon segera berbalik dan pergi, namun perkataan Nirmala kembali menghentikan langkahnya.
"SAYA SERIUS DENGAN UCAPAN SAYA DOKTER, BAHKAN SAYA SIAP MENIKAH DENGAN DOKTER SEKARANG JUGA!"
Dr.Rey memejamkan kedua matanya seraya menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. Dia menoleh ke sekitarnya dan mendapati banyak orang yang memandang aneh ke arahnya dan gadis penguntit itu. Bagaimana tidak jika Nirmala mengatakan hal tadi dengan berteriak lantang, sementara saat ini mereka berada di tempat umum sehingga memancing semua mata memandang ke arah mereka berdua.
Reymon segera berbalik, ia kembali menghampiri Nirmala dan menyeret gadis itu sebelum ia semakin memancing banyak orang untuk melihat ke arah mereka berdua.
"Jadi dokter mau menikah sama saya?"
"Kita bicarakan ini di mobil."
"Di mobil? Emang dokter mau ngapain saya?"
Reymon tidak menggubris perkataan Nirmala, ia tetap menarik sebelah tangan gadis itu agar mengikutinya dan dibawanya ke arah parkir mobilnya.
"Bisa kamu pelankan suara kamu sedikit?"
"Emangnya kenapa? Kan biar orang-orang tau kalau kita ini pasangan"
Nirmala mengucapkannya dengan senyum lebar yang tidak pernah luntur dari bibirnya, ia benar-benar senang karena setelah sekian lama ia hanya bisa mengagumi dari jarak jauh, akhirnya dia bisa berinteraksi secara langsung dengan pujaan hatinya seperti saat ini.
"Terserah." Reymon menyahut singkat, sama sekali tak tertarik untuk membalas pernyataan Nirmala.
"Tapi dokter jangan ngapa-ngapain saya dulu, kan kita belum sah."
Tak ada jawaban, sepertinya dr.Rey benar-benar tak berminat menanggapi setiap perkataan gadis yang dibawanya kini.
Nirmala terus memandangi lengannya yang dipegang dr.Reymon sedari tadi, perasaannya doki-doki, antara ingin berteriak senang tapi ia harus menjaga image juga di depan calon suaminya.
Nirmala tidak menyesal telah nekat mengatakan keinginannya dengan lantang kepada dr.Rey, karena dengan begitu dia bisa selangkah lebih dekat dengan dr.Reymon.
seperti remaja labil pada umumnya, di sepanjang jalan mereka menuju ke parkiran Nirmala terus mesam-mesem dengan perasaan membuncah bahagia.
"Dokter," Nirmala memanggil dr.Rey dengan sorot malu-malu, "I love you."
Lagi-lagi hanya helaan napas panjang yang di keluarkan dr.Reymon saat mendengar gadis itu kembali menyatakan cintanya dengan malu-malu.
Entah dr.Reymon bisa menyebut hal ini sebagai anugerah atau petaka baginya, dalam benaknya tidak sedikit pun ia berpikiran untuk menjalin asmara dengan gadis di bawah umur. Apa lagi dia juga menyadari posisinya yang bukan lagi seorang lelaki lajang, tapi dia adalah seorang duda. Jadi mana mungkin dia tertarik pada seorang remaja labil yang bahkan masih mengenakan seragam SMU seperti Nirmala?
Tak ada yang tau, karena jodoh sudah ada yang mengatur. Jodoh datang tak selalu sama seperti yang kita inginkan, karena ada kalanya jodoh datang di luar dari perkiraan kita. Tapi itu semua masih menjadi rahasia, dimana hanya author yang tau endingnya.
To be Continued...