FABIAN terus memandang wajah damai Aleta yang sedang tertidur di ranjang. Setelah makan, Aleta tidak berbicara apapun dan hanya berjalan ke kamarnya. Dan sekarang Fabian tengah menikmati pemandangan yang selama ini ia rindukan. Jemarinya terus membelai indah wajah Aleta, dan membuat gadis itu tidak nyaman dengan belaiannya. Fabian tersenyum kecil. Melihat wajah Aleta saja ia sudah bahagia, apalagi terus berada di sisi gadis itu. Seketika saja raut muka Fabian berubah. Pikiran yang selama ini ingin ia hilangkan tiba-tiba saja muncul. Apalagi jika bukan pikiran mengenai statusnya dengan Aleta. Status yang membuat ia ragu untuk membawa Aleta ke pelukannya selama-lamanya. Fabian mengembuskan napasnya berat. Tiba-tiba saja ia menyesal sudah mencintai Aleta, keponakan yang tidak seharusnya ia