Bekerjalah

1515 Kata
Seminggu setelah kepindahan mereka di apartemen milik Paul, pagi ini Bianca akhirnya diterima bekerja di perusahaan milik Paul tetapi, dia hanya menempati posisi office girl. "Hah? Yang benar saja? Apa kau yakin menempatkan aku di posisi ini? Coba kau pastikan lagi pada Paul, aku yakin dia salah menempatkan aku," ucap Bianca pada seorang pria yang diketahui adalah supervisor kebersihan yang ada di perusahaan itu. "Kenapa kau tidak sopan pada tuan, Paul? Apa kau kenal dekat dengannya?" tanya pria itu nampak berhati-hati pada sosok Bianca yang ia curigai sebagai mata-mata yang dikirim oleh Paul untuk melihat kinerja mereka. "Aku sangat mengenalnya bahkan apapun yang tidak kalian ketahui, aku sangat mengenal pria itu," ucap Bianca membuat supervisornya semakin ketakutan dan berhati-hati. "Celaka, dia pasti mata-mata yang ingin mengawasi kinerja ku dan tim, aku yakin dia sebenarnya direktur baru di perusahaan ini karena beberapa Minggu lalu tuan Paul pernah mengatakan akan datang direktur baru," gumam pria yang menjabat sebagai supervisor kebersihan itu. Ia kini berhati-hati pada sosok Bianca bahkan setelah obrolannya dengan Bianca, dia melakukan briefing dengan pegawai kebersihan lainnya yang berjumlah sepuluh orang itu, diantara mereka terdapat seorang wanita yang memiliki usia kerja lebih dari sepuluh tahun dan dianggap sebagai senior di sana. "Celaka, ternyata tuan Paul ingin mengawasi pekerjaan yang kita lakukan," ucap pria yang mendapatkan titel supervisor itu. "Kenapa, pak? Apa ada masalah? Kenapa kau mengatakan hal itu?" tanya seorang perempuan dengan rambut ekor kuda berwarna pirang. "Apa kalian tahu ada seorang pegawai perempuan baru, yang pagi tadi datang kemari dan melihat kita?" tanya pria itu. "Ya, memangnya kenapa? Apa dia harus kita orientasi terlebih dahulu?" tanya wanita yang telah lama bekerja sebagai office girl itu. "Josie, aku harap kau bisa menjaga sikap padanya karena dia adalah wanita yang di utus untuk mengawasi pekerjaan kita, dia orang yang sangat dekat dengan tuan, Paul, kalian tahu, kan? Jika tuan Paul sudah marah? Dia akan terus mengungkitnya terus-menerus. Aku harap kalian bisa lebih rajin dalam bekerja selama wanita itu ada di tempat ini," ucap pria yang nampaknya cukup merasa terancam akan kehadiran Bianca. Saat mereka sedang berbaris dan membicarakan Bianca, tiba-tiba wanita itu datang dengan masih mengoceh perihal pekerjaan yang ia dapatkan di sana. "Bagaimana dia bisa menempatkan aku sebagai cleaning servis? Apa dia tidak tahu siapa aku? Padahal aku bisa melakukan hal yang jauh lebih baik dari pekerjaan ini," ucap Bianca yang menoleh ke arah orang-orang yang berkumpul. Dengan penuh tanya akhirnya ia menegur pria yang sekarang menjadi supervisornya. "Hei, sedang apa kalian? Kenapa kalian berkumpul di sana?" tanya Bianca membuat pria itu nampak panik dan salah tingkah sementara pekerja yang lain nampak terdiam dan tak berani mengatakan apapun. Dari penampilannya, Bianca memang tidak tampak seperti seorang petugas kebersihan, wajahnya yang merona serta kulit yang halus serta penampilannya yang tampak mewah membuat ia dicurigai sebagai mata-mata yang dikirim Paul ke sana. Bianca benar-benar seperti seorang nyonya muda yang bahkan bisa dibilang sangat cocok jika mereka menganggap Bianca adalah pacar Paul dibandingkan Ellena yang jelas-jelas Paul mendekatinya. "Celaka, aku harus menjaga sikap mulai sekarang, dari penampilannya memang sangat mencolok sebagai seorang mata-mata, aku harap dia tidak pernah melihat aku melakukan kesalahan," gumam Josie yang melirik ke arah Bianca. Bianca mendekati mereka dan melihat sekelilingnya, nampak bersih dan rapi tetapi, mereka nampak was-was karena takut Bianca mengatakan sesuatu. "Tempat ini rapi, sepertinya kalian bekerja sepenuh hati, ya? Tapi, aku tidak ingin berada di sini karena di sini terlalu rendahan bagiku," ucap Bianca tak ada yang berani menyela. Bianca melihat Josie lalu ia mendekatinya dan bertanya sesuatu. "Kau wanita, apa kau sudah punya suami?" tanya Bianca mengintrogasi membuat Josie nampak tegang. "Su-sudah," jawabnya terbata-bata. "Lalu untuk apa kau bekerja? Apa kau berpikir dengan bekerja bisa menggantikan posisi suamimu?" tanya Bianca yang nampaknya masih terbawa dengan sifat Bryan. "Aku bekerja untuk membantu perekonomian keluarga ku, aku memiliki lima anak yang masih bersekolah dan suamiku hanya seorang sopir taksi, aku harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anak ku," jawabnya membuat Bianca sedikit marah. "Seharusnya kau tidak usah bekerja, suamimu harus bertanggungjawab atas keluarganya, bagaimana bisa seorang pria membiarkan wanita bekerja? Kau seharusnya bisa mengurus anak-anak mu, aku mungkin akan meminta Paul untuk memecatmu nanti," ucap Bianca membuat Josie terkejut dan memohon pada Bianca. "Apa? Jangan nona, aku masih butuh pekerjaan ini, jika kau mengatakan pada tuan Paul untuk memecat ku, aku tidak tahu bagaimana caranya mencukupi kebutuhan anak-anak ku," ucap Josie nampak merengek padahal sebelumnya ia terkenal sebagai wanita yang garang dan sering meminta uang pada anak-anak yang lain apalagi terhadap pegawai baru. "Apa-apaan ekspresi mu? Kau masih punya suami dan dia bertanggungjawab atas semua kebutuhan yang kau tanggung," ucap Bianca dengan ekspresi wajah ketus. Beberapa orang berkata dalam hatinya jika Bianca sangat kejam dan tak memiliki rasa kemanusiaan, padahal Josie hanya berusaha untuk membantu suaminya agar kebutuhan keluarga mereka tercukupi. "Aku akan mengatakannya sekaligus aku ingin protes padanya kenapa aku malah di taruh diposisi ini," ucap Bianca membuat Josie cemas dan berkali-kali memohon pada Bianca. Siang harinya tanpa permisi, Bianca mengetuk pintu ruangan Paul yang mana saat ini ia sedang memeriksa laporan yang dibuat Ellena. "Paul, hei apa kau serius menaruh ku di posisi ini? Padahal aku hanya bercanda saja saat aku bilang akan di posisikan di manapun, setidaknya kau memberikan aku posisi yang pas," ucap Bianca membuat pria itu terkejut karena tiba-tiba Bianca datang dan marah-marah. Ellena yang melihat tingkah Bianca kemudian mendekatinya padahal saat ini ia sedang melihat Paul memeriksa laporannya. "Permisi, tuan, dia memang sedikit tidak sopan, aku akan menegurnya," ucap Ellena kemudian menarik Bianca menjauh keluar ruangan dari posisinya. "Hei, apa yang kau lakukan? Apa kau sadar apa yang kau lakukan? Dia bos kita dan kau sudah diberikan pekerjaan olehnya seharusnya kau bersyukur, lagipula kau tidak memiliki identitas, masih untung tuan Paul memberikan mu pekerjaan," ucap Ellena sedikit kesal. "Hah? Walaupun identitas ku hilang tetapi, isi otakku berharga dan seharusnya aku ditaruh di posisi yang tinggi," ucap Bianca meninggikan suaranya. "Kau jangan membuat tuan, Paul marah, aku tidak akan memaafkan mu jika kau masih bertindak seperti itu padanya, kau harus tau posisi mu sekarang, semua yang kau ucapkan itu terlalu tinggi, intinya kau harus bersyukur atas apa yang kau dapat saat ini," ucap Ellena membuat Bianca marah padanya. "Kau tidak bisa mengatur aku semau mu, memangnya kau ini siapa? Lagipula derajat ku lebih tinggi dari mu, aku tidak akan membiarkan siapapun menginjak harga diriku," ucap Bianca mencoba mendekati Paul kembali tetapi, Ellena menahan tangannya. "Hentikan aku bilang, kau itu bekerja atas rekomendasi dariku, jika kau melakukan ini artinya kau juga membunuh ku," ucap Ellena mencengkeram tangan Bianca. "Hei, lepaskan tanganmu dariku, aku tidak butuh pembelaan dari siapapun," ucap Bianca kemudian Paul yang awalnya duduk di tempat kerja, kini tiba-tiba ada di hadapan mereka berdua. "Kenapa kalian malah ribut?" tanya Paul dengan senyum di bibirnya. "Tuan, Paul," ucap Ellena merendahkan suaranya. "Hei, ayolah berikan aku posisi yang pas agar aku tidak merasa terhina seperti ini," ucap Bianca yang hanya dibalas senyuman. "Apa-apaan senyum palsu itu? Kau pikir aku akan terlena?" ucap Bianca kemudian Paul menimpalinya. "Nona manis, apa yang sebenarnya kau rasakan? Apa menurutmu pekerjaan sebagai cleaning servis itu buruk? Apa kau pikir mereka yang bekerja setiap hari membersihkan lingkungan itu tidak baik? Lalu kenapa kau marah-marah saat aku menempatkan mu di posisi ini?" tanya Paul santai dengan senyumnya. "Kau yang benar saja, aku tidak masalah dengan pekerjaan seperti itu tetapi, pekerjaan ini sangat tidak cocok untukku, seharusnya aku bisa berada di jajaran direksi atau paling rendah di jajaran staf," ucap Bianca dengan sedikit jutek. "Aku tidak bisa memberikan mu pilihan, nona. Status kewarganegaraan mu saja tidak jelas dan aku akan mendapatkan masalah besar jika melindungi imigran gelap seperti mu, di sini aku hanya mencoba melindungi mu karena aku tahu, saat ini wajahmu mulai di cari oleh petugas kepolisian," ucap Paul tersenyum. Bianca terkejut karena Paul mengetahui hal itu, sebenarnya itu bukanlah hal yang tidak diketahui Bianca, dia tahu betul siapa Paul dan orang itu salah seorang yang kebal hukum di negaranya. "Apa? Apa yang kau katakan? Apa maksudmu?" tanya Bianca kemudian Paul mendekatkan mulutnya ke kuping Bianca seraya membisikkan sesuatu di sana. Bianca terkejut saat mendengarkan bisikkan dari mulut Paul dan ia nampak tak dapat mengatakan apapun sehingga Paul kembali ke posisinya dan melanjutkan ucapannya. "Oke, semua sudah jelas, kan? Nona, Bianca? Atau bagaimana jika kita melakukan sebuah kesepakatan. Jika pekerjaan mu baik maka aku akan menaikkan jabatan mu dan aku ingin tahu secerdas apa sebenarnya otak yang ada di dalam tengkorak mu," ucap Paul mengajak Ellena kembali bekerja. "Ellena, ayo kita lanjutkan," ucap Paul kembali ke dalam ruangannya. "Ba-baik, tuan," jawab Ellena kemudian ia mengikuti Paul kembali ke ruangannya. Ellena menyempatkan diri mengatakan sesuatu pada Bianca. "Urusan kita belum selesai, aku akan menghabisi mu ketika kita sampai di apartemen." Bianca nampak tertegun dan ia tak dapat melakukan apapun, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah kembali ke tempat kerjanya tetapi, rupanya Josie sejak tadi memperhatikan Bianca dan mendengarkan pembicaraan mereka lalu menghadang Bianca dan mencegatnya. "Ikut aku!" ucap Josie nampak kasar menarik tangan Bianca. "Hei, apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan kotor mu dariku!" ucap Bianca walaupun ia tak bisa menahan tarikan tangan Josie yang begitu kuat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN