Sebuah Tamparan Tak Terduga

1548 Kata
Sekilas tentang Bryan seorang pemuda dengan prestasi gemilang, namanya mulai digaungkan sejak awal kemunculannya. Bryan bukanlah seorang yang tiba-tiba kaya dalam waktu sekejap tetapi, dibalik itu ia adalah seorang pekerja keras dengan latar belakang cukup menyengsarakan. Namanya mulai dikenal publik saat perusahaan yang ia dirikan mendulang kesuksesan bahkan mengantarkan ia sebagai salah satu anak muda terkaya di dunia. Bryan yang disanjung karena kemampuannya juga disanjung karena ketampanan yang ia miliki namun, di balik itu sebenarnya Bryan adalah seorang pria yang tak suka akan emansipasi wanita, menurutnya wanita tidak bisa disejajarkan dengan laki-laki apa pun alasannya, bahkan Bryan pernah mengeluarkan steatmen jika ia menentang hal itu dan ia buktikan dengan tidak adanya pegawai wanita yang bekerja di kantor yang ia pimpin. "Jika seorang wanita mulai merasa dirinya itu sangat tinggi, lalu apa yang bisa kalian lakukan sebagai seorang laki-laki? di mana harga diri kalian ketika seorang wanita sudah mengambil semua pekerjaan kalian? apa yang bisa kalian lakukan saat seluruh wanita memegang kuasa? aku yakin kalian sebagai laki-laki hanya akan merasa gagal dan merasa jika kehidupan ini sudah tidak layak," ucap Bryan saat memimpin rapat di kantornya. Di hadiri oleh beberapa jajaran direksi tak ada satupun yang berani menentang Bryan, hanya satu orang yang berani menegur dirinya yaitu, Luis. "Mulai lagi, aku sudah bilang padamu jangan terus menerus membahas itu tuan Bryan, semua orang tahu jika seorang Bryan Adam sangat menentang emansipasi wanita, dan sepertinya itu tidak penting di rapat kali ini, ayolah kawan, ada apa dengan dirimu?" tanya Luis sembari menghela napas. Luis sudah hapal betul isi pikiran temannya itu, Bryan juga tampak santai walaupun sedikit cemberut mendengar perkataan Luis. Walaupun begitu bukan berarti Bryan tak memiliki kekasih, dia tidak sepenuhnya membenci wanita, dia hanya tidak menyukai wanita yang selalu membicarakan tentang emansipasi, ia pikir wanita itu terlalu naif dan hanya akan meninggalkan kodratnya sendiri jika terus dibiarkan. Hari ini laporan tentang seorang wanita yang akan melamar di perusahaannya di sambut dengan baik oleh Bryan tetapi, seperti ada yang aneh yang dipikirkan Bryan. Dia memang seperti ini tak pernah berubah. "Biar aku yang interview para pelamar itu," ucap Bryan pada salah seorang manajer personalia yang menangani berkas para pelamar. "Baik pak," ucap personalia tersebut. Bryan pergi dari sana tetapi, salah seorang staf personalia bertanya pada manajernya tersebut. "Pak? kita tahu jika pak Bryan tidak menyukai seorang wanita ada di perusahaan ini tetapi, kenapa ia selalu menerima pelamar wanita yang melamar? padahal hasilnya akan tetap sama, wanita itu takkan pernah ia terima dan selalu dia yang menangani para wanita itu," ucap salah seorang pria yang duduk di seberang manajer itu. Lalu manajer personalia itu berkata sesuatu. "Apa kau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi?" manajer personalia itu berkata sembari menatap seorang pria tadi. "Iya, memangnya kenapa?" tanyanya sekali lagi. "Ikut aku," pinta manajer personalia tersebut. Dan akhirnya kedua orang itu berjalan menyusuri lorong dan sampailah ia di depan pintu ruangan wawancara yang mana saat ini Bryan dan salah seorang pelamar wanita duduk berhadapan. "Jadi kenapa kau melamar di perusahaan ini?" tanya Bryan tersenyum sembari menyenderkan bahu ke kursi empuk yang saat ini ia duduki. "Karena saya melihat potensi yang cukup besar di perusahaan ini serta memiliki keinginan untuk maju bersama perusahaan," ucap wanita itu penuh semangat. Setelah mendengar jawaban seperti itu Bryan lalu memaki-maki wanita itu dengan tetap tersenyum. "Hahaha kau pikir aku akan menerima seorang wanita di perusahaan ini? kau pikir kau setara denganku? kau pikir kau lebih cerdas dari aku? kau pikir dirimu lebih mampu dari aku? dengar aku, tidak ada wanita yang boleh menguasai sebuah sistem," ucap Bryan tersenyum jahat serta melotot ke arah wanita yang sekarang nampak terkejut itu. Bryan menarik napasnya lalu kemudian ia berdiri dan melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya. Bryan menatap wanita itu begitupun wanita itu menatap Bryan dengan penuh rasa cemas. "Maksud bapak apa, ya? saya tidak mengerti," ucap wanita itu. "Sudahlah tak usah pura-pura bodoh, kau tahu, kan? aku Bryan Adam pemilik perusahaan start up termaju abad ini menentang keras pada seluruh wanita untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki, kau pikir laki-laki dan perempuan itu sama? bodoh sekali pemikiran seperti itu," ucap Bryan yang saat ini duduk di atas meja dan menatap ke arah jendela yang ada di dalam ruangan itu. Wanita itu tak bisa berbuat apa-apa, dalam hatinya mungkin ia berkata telah salah melamar pada perusahaan itu, sedangkan dua orang yang sebelumnya melihat Bryan dari balik pintu mulai berbicara. "Ya ampun, apa benar ini pak Bryan? aku tidak menyangka dia seperti itu, padahal selama ini dia sangat baik pada karyawannya, bahkan ia menolong keluarga ku saat istriku melahirkan, dia seperti malaikat penolong ku tetapi, apa yang aku lihat saat ini bukan seperti tuan Bryan yang aku kenal," ucap pemuda yang sebelumnya keheranan kenapa Bryan tetap menerima pelamar wanita. "Sekarang kau tahu alasannya, kan? Tuan Bryan hanya ingin memaki para pelamar itu dan ia ingin memberi tahu pada para pelamar itu jika dirinya penentang faham emansipasi wanita," ucap manajer personalia itu. "Bukankah itu melanggar hak asasi kita?" tanya pemuda itu lagi. "Jika kau berbicara tentang hak asasi sebenarnya tuan Bryan sedang melindungi hak hak wanita, ia ingin wanita tidak bekerja terlalu berat dan ia ingin jika laki-laki lah yang seharusnya bertanggung jawab dan bukan seorang wanita," ucap manajer personalia itu. "Kenapa aku jadi bingung, ya?" ucap pemuda itu kebingungan. "Sudahlah kita tidak usah ikut campur, biar saja dia menyelesaikan urusannya sendiri," ucap sang manajer. Mereka berdua akhirnya pergi dari sana meninggalkan seorang wanita yang saat ini sedang di maki-maki oleh Bryan. "Maaf pak sepertinya anda sudah keterlaluan, aku kira tampang rupawan seperti anda itu sangat ramah ternyata dugaanku selama ini salah, maaf aku akan pergi dari sini," ucap wanita itu meninggalkan kantor Bryan dengan sedikit kekecewaan. Bryan yang melihat ekspresi wanita itu nampak senang karena sekali lagi ia berhasil menekan kepercayaan diri wanita dalam mencari pekerjaan. "Dasar wanita, mereka pikir diri mereka setara dengan kaum pria? wanita itu hanyalah objek seksual dan tak lebih dari itu," ucap Bryan di dalam ruangannya itu. Seperti yang pernah disebutkan salah satu pekerjanya, Bryan sebenarnya sosok pemimpin idaman di dalam kantor, bahkan Bryan selalu menemukan solusi dari setiap permasalahan yang datang baik itu dari luar maupun dalam pekerjaan, sehingga para pekerja yang ada di sana merasa terayomi walaupun ada beberapa pegawai yang sudah mengetahui kelakuan Bryan itu. Ada satu kejadian yang sepertinya akan diingat oleh Bryan selamanya, yaitu saat ia menerima sebuah tamparan keras dari seorang wanita yang lagi-lagi melamar di tempat ia bekerja, namanya Ellena. Ellena adalah seorang wanita cantik yang memiliki gelar S2 dan sedang mencari pekerjaan, kebetulan ia adalah sarjana yang memiliki keahlian di bidang IT, sehingga saat ia mendengar perusahaan start up itu ada di sekitar tempat tinggalnya, ia pun memutuskan untuk melamar ke sana. Di sana Ellena belum mengetahui siapa Bryan karena ia merupakan seorang yang kuliah di luar negeri. "Senang bertemu dengan anda," ucap Ellena penuh kesopanan pada Bryan yang saat ini akan mewawancarai dirinya. "Langsung saja, kenapa kau melamar ke perusahaan ini?" tanya Bryan tersenyum. Bryan berpikir kali ini ia akan mendapatkan mangsa baru yang lebih fresh dan memiliki gelar yang cukup tinggi, saatnya merendahkan wanita serendah-rendahnya. "Perusahaan ini memiliki prospek bagus dan aku ingin turut serta di dalamnya untuk mengembangkan perusahaan ini," ucap Ellena tersenyum. Di sinilah permainan Bryan di mulai, awalnya ia tidak fokus pada wajah Ellena tetapi, saat Bryan memperhatikan Ellena lebih fokus akhirnya sebuah kata pun muncul. "Daripada kau membuang waktu melamar di perusahaan ini, kenapa kau tidak menemani aku di kasur?" ucap Bryan yang mulai tidak sopan itu. "Maaf, maksud anda apa?" tanya Ellena pura-pura tidak mengerti dengan raut wajah tak suka. "Sudahlah tidak usah pura-pura bodoh, kau itu cantik, body mu juga bagus, kau itu tidak cocok melamar kerja di tempat ini, kau lebih cocok jadi salah satu selirku," ucap Bryan semakin menjadi. Ellena tersenyum lalu berkata, "tawaran yang bagus tuan, sepertinya aku tertarik di tambah tampang rupawan dengan bentuk tubuh atletismu, sepertinya aku memang lebih cocok menjadi selir seorang CEO," ucap Ellena tersenyum. Bryan tak mengira jika Ellena akan berkata sedemikian rupa, sehingga ia melanjutkan permainannya. "Hahaha dasar wanita rendahan," gumamnya pelan. "Ternyata dari semua orang wanita yang aku wawancara, hanya kau yang mengerti apa yang aku maksud," ucap Bryan. Tetapi, tiba-tiba raut wajah Ellena berubah drastis dan nampak marah. "Bodoh! kau pikir aku berpikir seperti itu? hanya laki-laki tak bermoral yang langsung terhasut, kau pikir tujuan ku kemari untuk apa? Walaupun aku menginginkan pekerjaan ini, bahkan ketika aku sangat membutuhkan uang, aku takkan pernah menjual tubuhku, perkataanmu sungguh keterlaluan tuan, jika tahu seperti ini aku lebih baik tidak pernah kemari," ucap Ellena kesal dan langsung berdiri. Perkataan itu membuat Bryan marah besar dan mencoba untuk lebih memaki wanita itu namun, tiba-tiba sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi Bryan. Plak! Ruangan itu seketika senyap serta ekspresi wajah Bryan yang cukup terkejut karena baru kali ini ia mendapatkan sebuah tamparan dari seorang pelamar. "Ingat, aku bukan wanita rendahan, kau pikir bisa seenaknya pada seorang wanita? tanpa wanita kau tidak akan pernah dilahirkan!" ucap Ellena pergi dari ruangan itu. Bryan hanya tertegun dengan perasaan masih terkejut, ia kaget bukan main sehingga ia harus berkali-kali menarik napasnya mengatur kembali ritme pernapasan agar tidak terlalu syok. "Siapa dia? berani sekali berlaku seperti itu padaku? akan ku balas sampai hidupmu tidak tenang," ucap Bryan terlihat masih mengatur napasnya yang tak beraturan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN