“Yang Mulia, ada yang bisa saya bantu?” Alfred mengamati Ophelia yang duduk di hadapannya. Dahulu selalu ada kesan senang pada diri Ophelia setiap kali berjumpa. Namun, nuansa merah hati yang pernah menghias kedua pipi itu telah lenyap. Adapun kesopanan belaka muncul dalam diri gadis yang dahulu berkata bahwa Alfred merupakan satu-satunya dunia baginya. “Apa kau menganggap kedatanganku sebagai beban?” Ophelia menggeleng. “Saya tidak berani menyamakan Yang Mulia dengan beban.” Tatapan Alfred jatuh kepada rubah hitam yang kini ada di pangkuan Ophelia. Dia bisa merasakan aura kebencian yang meletup-letup dari binatang itu. “Rubahmu membenciku.” “Benarkah?” Ophelia menggaruk dagu dan leher rubah, tidak peduli pendapat Alfred. “Kiwi pasti ingin jalan-jalan. Benar begitu, Kiwi?” Ekor Kiwi