Hanu memperhatikan saja dari ruangannya. Sebenarnya ada sedikit rasa kasihan melihat Ayura, tapi karena tau bahwa itu bukan sesuatu yang buruk/serius, Hanu lebih memilih membiarkan dan menonton. Belum Ayura mendaratkan pantatanya di kursi, suara Jonattan sudah kembali terdengar memanggil. Ayura benar-benar geram. Pasalnya, ini bukan kali pertama. Jonattan terus menyusahkannya sejak tadi. Jika itu penting maka Ayura tidak akan marah. Masalahnya Jo memanggil untuk sesuatu yang tidak penting. Benar-benar tidak penting. "Iya, Pak. Ada apa?" Ayura berusaha menahan emosi. Berusaha terlihat tenang dan sopan. "Pulpen saya jatuh, tolong ambilin.." Ayura melongo. Butuh waktu dua detik bagi Ayura. Bukan untuk menyadari perintah Jonattan, tapi untuk menarik napas dan menyetok kesabaran