Kenyataan Pahit

644 Kata
Pukul menunjukan satu dini hari, aku masih menatap kosong langit-langit kamar sambil berharap mas Zafran cepat kembali. Kemana dia sebenarnya. Ponselnyapun tak bisa dihubungi. Bunda juga berkali-kali bolak-balik ke kamar untuk memastikan Mas Zafran telah kembali, tapi nyatanya malah aku yang menangis dipelukan Bunda. "Sabar sayang, mungkin Zafran ada perlu sebentar. Nanti juga dia akan pulang. Sekarang istirahat lah dulu," ucapnya sambil melepas pelukanku dan pergi kembali ke kamarnya. Aku juga tak akan tega memintanya menemani menangis malam ini, karena bunda sudah terlihat lelah karena acara tadi. Aku kembali teringat dengan pesan terakhir yang diterima. Ada panggilan sayang disitu. Mungkin itu yang membuat aku resah, jika saja tak ada kata-kata sayang atau mas Zafran memberitahu kemana ia akan pergi mungkin aku tak se-khawatir ini. ????? Suara ringtones scane play terdengar samar ditelingaku. Mataku membulat lebar mendapati Mas Zafran berada satu jengkal dari wajahku. Tunggu! Sejak kapan? Entah pukul berapa aku bisa terlelap semalam, setelah akhirnya saat ini Mas Zafran sudah berada di dekatku. Aku meraih jilbab yang semalam sengaja aku lepas karena basah oleh air mataku sendiri. "Gak usah dipakai, kamu terlihat cantik ketika bangun tidur," ucapnya sambil meraih jilbabku. "Tapi ingat, cantikmu hanya untukku ya." Lanjutnya sambil mengacak rambutku. Jantungku kembali berdetak dengan kencang, bayangkan saja wanita mana yang tidak meleleh hatinya jika dipuji cantik oleh suaminya sendiri. Aku menormalkan mimik wajahku dan menatap jarum jam dinding kamar yang menunjukan pukul lima pagi. Nada ringtones scane play dimatikan. Ternyata itu ulahnya untuk membangunkanku. "Lelah ya? nyenyak banget tidurnya, mas pulang sampai gak tahu. Sebenarnya gak tega banguninnya, tapi nanti subuhnya jadi ketinggalan," ucapnya sambil mengelus kepalaku. Lihat, betapa manis sikapnya seolah tak terjadi apa-apa semalam. Mas Zafran menggelar sajadahnya disusul olehku dibelakangnya. "Mas mau bicara," ucapnya pertama kali setelah aku mencium tangannya selepas shalat subuh barusan. Aku terdiam, mungkin ia akan meluruskan tentang kejadian semalam. "Kamu mencintai mas?" Pertanyaan macam apa itu. Jika tak mencintainya, untuk apa aku selalu menyelipkan namanya disetiap doa yang aku pinta pada-Nya. Aku hanya mengangguk pelan. "Apapun yang terjadi sama mas, kamu bisa menerimanya?" Lanjutnya. "Maksudnya apa mas?" aku mulai membuka suara. "Berjanjilah untuk tetap selalu berada disamping mas ya, sayang. Mas ...." ucapnya sambil menangkup kedua telapak tangan kewajahnya. "Kenapa mas?" desakku. "Mas mantan gay, mas pernah suka dengan laki-laki," ucapnya sambil memalingkan wajahnya. "Astaghfirullah!" Duniaku seakan runtuh seketika. Laki-laki yang sudah lama aku idamkan ternyata seorang penyuka sesama jenis. Aku mencoba untuk tak percaya, namun itulah kejujuran yang baru saja ia katakan. Bukankah ia seorang yang mengerti tentang agama. Bagaimana bisa dia masuk ke dunia seperti itu. "Waktu kuliah semester akhir, bencana itu dimulai. Rendi, datang meminta mas untuk menjadi partnernya. Ia menunjukan ketertarikannya sama mas. Bahkan dia rela memberikan semua harta yang ia punya jika mas mau sama dia. Awalnya mas tolak, tapi entah setan dari mana setelah kedua kalinya Rendi merayu, mas itu tertarik ke lingkaran setan itu." Terihat rasa sesal diraut wajahnya. Tak terasa air mataku kembali tumpah. Baru sehari laki-laki ini menjadi suamiku, sudah berkali-kali ia membuatku menangis. "Maafin mas gak jujur dari awal Rey, mas takut kamu akan menolak jika mas katakan semuanya dari awal." Lanjutnya. Sekarang, nasi sudah menjadi bubur. Ijab itu sudah terucap sejak kemarin. "Awalnya mas pernah menaruh hati padamu ketika kamu masih menjadi MABA. Mas berjanji akan mengkhitbahmu setelah kamu lulus kuliah, tapi mas terlanjur masuk ke lingkaran setan itu, Rey. Mas berusaha meninggalkan Rendi dan mencoba mencari mu kembali. Keluarga mas semuanya gak ada yang tahu. Kemarin, sehari sebelum akad, Rendi datang lagi, ia minta kembali ditemani pas malam pertama kita, itu untuk yang terakhir kalinya katanya. Dia mengancam akan menyebarkan aib ini jika mas tak menuruti kemauannya." "Cukup mas!" bentakku. Aku sudah tak sanggup mendengar ceritanya lagi. Laki-laki yang sejak dulu aku idamkan kini berubah menjadi laki-laki yang menjijikan. ?????? Akankah Reyna sanggup melanjutkan pernikahannya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN