KECURIGAAN RIAN

1056 Kata
Pov Rian Setelah kepulangan dari rumah besan ibu ku, wajah ibu terlihat sedih mungkin karena kecewa kakak ku Ratih tidak berada di tempat, tapi syukurlah kata ibu mertuanya kak Ratih sedang liburan itu pertanda kak Ratih dalam keadaan baik - baik saja. Namun walaupun begitu mengapa hatiku terasa tidak enak seperti ada sesuatu yang kurang sreg di hati, huh.. mungkin juga karena aku terlalu kangen sama kakak ku Ratih. Sebenarnya kunjungan ku kerumah mertua kak Ratih, selain bersilaturahmi dan melepas rindu juga ada hal yang akan di sampaikan kepada nya, mengenai kontrakan yang semakin berkembang dan ibu akan memberikan sebagian hasil dari kontrakan ini yang menurutku tidak sedikit untuk kak Ratih, ya.. jelas saja karena kak Ratih ikut andil dari usaha ini. Namun karena kak Ratih tidak ada di rumah, terpaksa semuanya kami urungkan, memang selama ini mereka tidak mengetahui dengan usaha kontrakan ini, yang mereka tahu ibu hanya seorang penjual kelontong biasa saja, ini kami lakukan untuk menjaga kemungkinan sesuatu yang tidak di harapkan. Alhamdulilah selama 1 tahun berjalan semenjak kak Ratih menikah bisnis kontrakan yang aku dan ibu kelola melaju pesat kini bertambah menjadi 25 pintu, dan semuanya terisi, dalam satu bulan penghasilan dari kontrakan sekitar 25 juta karena ku patok harga 1 pintu 1 juta hingga total selama satu tahun sekitar 300 juta, alhamdulilah semua berjalan lancar, dengan kontrakan ini bisa membiayai ku kuliah dan ibu kini membuka toko sembako sesuai impiannya, alhasil toko sembako ibu pun laris manis selalu ramai, kini ibu mempekerjakan 2 orang karyawan, aku tak henti - hentinya bersyukur, sesekali aku turut membantu ibu di toko sembakonya. Dari hasil kontrakan pun kami bisa merenovasi rumah yang kami tinggali, membeli mobil untuk antar barang juga sepeda motor untuk ku pergi kuliah. Sudah hampir enam bulan, kak Ratih tidak memberi kabar, mungkin memang kak Ratih sibuk dengan kehidupannya sekarang, tapi yang aku tahu sesibuk - sibuknya kak Ratih selalu menyempatkan untuk sekedar menelpon, aku pun berusaha untuk berpositif thinking saja. "Oh.. ya aku lupa, kenapa aku tak tanya Sonya saja, adik mas Leo?" gumanku ah memang aku baru ingat Sonya itu adalah adik mas Leo kakak iparku, dia satu kampus dengan ku walau beda jurusan. Segera ku hampiri Sonya yang sedang menyeruput es teh manis, namun langkah ku terhenti ketika Sonya terdengar mengeluh. "Ah.. sebel deh Ra.., masa baju ke sayangan ku rusak, mana malam aku mau ke pesta pacar ku lagi.." "Emang baju kamu rusak kenapa?" "Si Ratih istri kak Leo yang katro itu biang sebabnya.., baju ku di setrika kelamaan jadi bolong deh, dasar ipar gak becus.. bikin enek tahu nggak.." Ya.. ampun apa aku nggak salah dengar?, bukannya ibu mertua kak Ratih bilang lagi pada liburan?, tapi tunggu aku mau dengerin semuanya. Aku pun tidak jadi menghampiri Sonya, namun aku ada di meja tak jauh dari nya agar bisa mendengar semuanya, tanpa harus bertanya. "Oh.. kak Ratih yang suka dasteran itu?, aku kira itu pembokat kamu, kok bisa sih?" "Au.. ah, sebenarnya.. aku kasihan sih ngelihatnya, apalagi kak Leo sekarang balikan ama mantan pacarnya kak Dara, dia cantik, berpendidikan juga kaya, malah sekarang kak Dara sedang hamil anak nya kak Leo" "Trus.. kak Ratih gimana?" "Ya.. nggak gimana - gimana, sebenarnya bisa aja kak Leo menceraikan kak Ratih, tapi ibu bilang..,-" Sonya menjeda ceritanya, membuatku penasaran, sungguh apa yang di katakan Sonya barusan membuat amarah ku berkobar, ibarat bom waktu yang siap kapan saja meledak, walau hati panas namun aku penasaran dengan ucapannya yang terhenti, membuatku semakin penasaran. "Kenapa.., ibu kamu bilang apa?" "Udah.. ah, kepo.. kamu, yang jelas ibu ku bilang kalau kak Leo jangan sampai menceraikan kak Ratih karena lumayan ada babu gratisan.., kamu tahu.., ibu ku sangat cerdas, ia pergi ke paranormal agar kak Ratih nurut, alhasil semuanya benar ternyata kak Ratih seperti Robot bisa di suruh ini dan itu tanpa protes" "Ya.. ampun Sonya.., kasihan sekali kak Ratih.." "Udahlah.. itu bukan urusan kita" Mereka pun berlalu meninggalkan kantin untung saja mereka tidak menyadari keberadaanku. Aku tak habis fikir, ternyata kak Ratih di perlakukan seperti itu, pantas saja aku merasa ada sesuatu yang tidak sreg di hati ternyata mungkin inilah jawabannya. Jika dukun sudah campur tangan aku pun harus segera bertindak dengan hati - hati tentunya jangan sampai gegabah, namun aku masih bingung, apa yang harus ku lakukan untuk saat ini?. Ku bergegas pergi menuju parkiran, namun langkah ku terhenti karena kecerobohanku hingga menabrak seorang gadis, dan yang tak kalah terkejutnya yang ku tabrak adalah Rara teman Sonya. "Aduh.. maaf ya, saya buru - buru jadi nggak lihat.." "Ya.. nggak apa - apa" "Sini saya bantu" "Makasih.. ah, kamu kan..!" "Kenalin.. aku Rian anak Tekhnik.., kamu..?" "Rara.. aku anak sastra" Kami pun berkenalan, dan tanpa membutuhkan waktu yang lama kami pun menjadi akrab. Terlintas seketika di otak ku, untuk menjadikan Rara sebagai perantara misi ku untuk menyelidiki keadaan kak Ratih, aku takut dengan keadaan kak Ratih yang mungkin sekarang tersiksa. Apalagi suaminya telah menduakan nya, bahkan menjadikannya pembantu. "kasihan kamu kak, tunggu.. aku akan membuat perhitungan dengan mereka kak.." guman ku Sudah beberapa hari ini aku belum juga menemui titik terang untuk langkah selanjutnya masih jalan do tempat dan buntu, namun aku nggak akan menyerah begitu saja, jalan keluar satu - satunya memberi tahukan ibu, itu ku lakukan karena ibu kekeh ingin menitipkan uang hasil kontrakan kepada besannya, yang jelas - jelas telah memperlakukan kak Ratih tidak baik. Aku sangat penasaran dengan yang dilalukan mereka kepada kak Ratih, jika sampai aku mengetahui mereka menyiksa fisik kak Ratih aku membuat perhitungan kepada mereka semua. Walau tidak tega untuk mengatakan semuanya kepada ibu, namun terpaksa harus ku lakukan mengingat ibu yang kekeh akan memberikan uang kepada kak Ratih, yang menjadi masalah karena ibu akan menitipkannya kepada besannya yaitu mertua kak Ratih. "Bu.. ada yang ingin Rian bicarakan sama ibu.. penting" "Walah.. kamu ini serius amat Rian.., kenapa mau curhat bahwa kamu punya pacar..?" "Kalau itu mah gak terlalu penting.. bu" "Lah terus.." "Ini tentang kak Ratih" "Loh.. emang ada apa dengan kakak kamu..?" Lalu ku ceritakan semuanya kepada ibu tentang semua yang ku dengar dari percakapan Sonya dan Rara temannya.. hingga ku ceritakan pada ibu tentang rencanaku yang akan menjadikan Rara alat untuk mengetahui semuanya yang terjadi dengan kak Ratih.. Awalnya ibu terlihat shock, namun akhirnya ibu mengerti dan mendukung rencana ku. "Sebenarnya ibu ragu dengan rencana mu, tapi... ya sudah ibu akan selalu mendukung kamu" Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN