Chapter 19

875 Kata
Bab 19 – Keingintahuan (2/2) Setelah berjalan-jalan bersama, saya kembali ke istana barat. Countess Eliza membantu saya untuk berganti pakaian, ketika dia tiba-tiba berseru “Oh!” Permaisuri : “Ada apa?” Countess Eliza tersenyum ke jendela dan saya mengikuti pandangan nya. Kami melihat Queen duduk di ambang jendela, terlihat normal tetapi saat itu punggung nya menghadap ke arah kami. Countess Eliza terkekeh, “Dia terbang kesini tapi ketika dia melihat Anda sedang melepas pakaian, dia berubah menjadi panik dan segera berbalik.” “Dia melakukan itu?” Saya hampir tak percaya dengan apa yang Queen lakukan. “Burung itu sangat pintar, Yang Mulia. Dia terlihat seperti pria sejati.” Ketika saya selesai berpakaian, saya segera mendekatinya tetapi Queen masih membelakangi saya. Dia memiringkan kepalanya ketika saya mendekat, tetapi tetap saja dia tak ingin membalikkan badan nya pada saya. Lalu saya berbicara dengan suara lembut, “Saya sudah berpakaian sekarang.” Saya menyodok bagian p****t nya yang berbulu dan dia berbalik lalu menggosok dahi nya ke bibir saya. Dia nampak menghindari kontak mata dengan saya seketika. “Apakah kamu tidak ingin melihat saya karena kamu malu?” Queen mengangguk dengan anggun. Dia benar-benar cerdas. Namun... “Apakah kamu datang kesini dengan tergesa-gesa hari ini? Kamu sepertinya lelah. Kenapa?” Queen tampak kelelahan dari perjalanan nya ketika dia membawa surat pertama kali. Tetapi setelah pemiliknya tiba di istana, dia terlihat lebih santai. Tapi kini dia tampak seperti kelelahan lagi hari ini, seolah-olah sedang terburu-buru. Queen sedikit meraba-raba lalu mengulurkan kaki nya dengan nada lain. Saya membelai kepalanya dan mengambil catatan tersebut. -Sudah kah kamu mencari ku?- Queen memiringkan kepalanya dan menatap saya. Dia kemudian pergi minum air yang di sediakan sambil tetap matanya mengawasi saya. Lalu saya ke meja dan menulis balasan, -Ya, saya berusaha. Bagaimana dengan Anda?- Queen mengocok air dari paruh nya lalu terbang lagi ke arah saya. Dia melihat isi catatan itu lalu mengetuk ringan lengan saya dengan sayapnya seolah menegur saya atas kebohongan yang saya lakukan lagi. Dia sangat menggemaskan dari caranya mencoba berinteraksi terhadap surat-surat saya. Saya pun menepuk paruh nya. *** Perayaan Tahun Baru akhirnya di mulai. Kembang api berkilauan di langit pada malam hari dan suara orang-orang tertawa serta mengobrol di jalan pada siang hari. Meskipun saya telah tinggal di istana dalam waktu yang sangat lama, gambaran yang masih saja muncul dalam benak saya ketika memikirkan Tahun Baru adalah festival pra-nikah yang meriah. Saya membuka jendela dan membiarkan udara pagi yang sejuk masuk namun lembab menggelitik hidung saya. Saya menghirup dan menghela nafas dalam-dalam, lalu setengah menutup jendela. Membunyikan bell di sebelah tempat tidur, setelah beberapa saat, Countess Eliza masuk. Dia berpakaian lebih mewah dari biasanya. “Anda cukup sibuk hari ini, Yang Mulia.” Sang countess tersenyum pada saya lalu dengan cepat mengangkat gaun yang telah di siapkan nya di lemari. Ibu saya telah memberikan gaun itu pada saya sebagai hadiah, benda indah yang di hiasi dengan lapisan renda bersalju untuk memberikan rok penuh. Ibu saya tidak mengatakannya secara langsung pada saya, tetapi saya bisa merasakan kekhawatiran nya tentang saya setelah rumor tentang Rastha menyeruak. “Ini adalah hari pertama, jadi kita semua harus berpakaian mewah pada acara seperti ini. Seseorang harus terlihat penuh warna, tetapi warna yang terlalu kuat akan terlihat sangat norak. Akan lebih baik untuk membuat citra permaisuri lebih menonjol.” Countess Eliza menjelaskan kepada saya bahwa konsepnya adalah ‘Ratu Salju’. Kemudian dengan segera mendesak saya untuk bangun dan mencuci muka. Setelah meluncur ke dalam air mandi beraroma dan mendapatkan pijatan yang cukup, Countess Eliza mencuci rambut saya dan juga merias wajah saya agar kulit saya terlihat lebih halus. Dia membantu saya mengenakan gaun putih, lalu menghias rambut saya dengan lebih banyak mutiara. Saya juga memakai sepatu berwarna putih seolah-olah seperti saya baru saja datang dari negara bersalju. “Anda terlihat sangat cantik, Yang Mulia. Aku tidak mengatakan ini hanya karena Anda berada di depan ku.” “Terimakasih, Countess Eliza.” Countess Eliza tampak ingin berbicara lebih banyak, tetapi dia malah tersenyum lalu diam. Mungkin dia akan mengatakan sesuatu seperti ‘Sovieshu akan terkesan ketika dia melihat Anda.’ Saya memeriksa jadwal di meja untuk terakhir kalinya, lalu segera bergegas menuju istana timur. Untuk hari kedua dan seterusnya tidak akan menjadi masalah, tetapi pada hari pertama di haruskan untuk kaisar dan permaisuri memasuki ruang perjamuan besar pertama secara bersamaan. Saya menemukan Sovieshu menunggu diluar. Dia tersenyum pada saya dengan lembut lalu mengulurkan tangan nya. Saya meraihnya. Saya pikir dia akan lebih kesal karena merindukan kekasih nya, tetapi saya tidak merasakan hal itu dalam ekspresi nya. Setelah saya meraih tangan nya, kami berjalan bersama menuju ruang dansa besar. Pintu-pintu aula terbuka lebar. Empat penjaga mengenakan seragam kekaisaran yang indah dari biasanya, mereka berdiri di setiap sisi pintu, dan yang satu segera membuka pintu ketika melihat saya dan Sovieshu datang. Seorang pejabat membunyikan terompet, suara aula mendadak sunyi. Saya melangkah bersama Sovieshu di sisi saya, tangga besar membentang ke bawah dari kaki kami menuju aula besar yang dihiasi dengan pakaian berwarna-warni dari para tamu. Sovieshu mengangkat tangan nya, dan semua orang membungkuk hormat pada saat yang bersamaan. Saya melihat ke arah kerumunan ketika sesuatu yang saya lihat membuat tangan saya mengepal tanpa sadar. Di dekat pusat ballroom, ada Rastha yang di kelilingi oleh bangsawan asing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN