“Ehem!” Terdengar suara berdeham di belakang Kaluna. Sontak Kaluna membalik badan, Anggara juga menoleh sedikit untuk melihat siapa yang datang. “Bang Reza.” Kaluna mengangguk sekali menandakan dia menghormati sang manager café. “Ada apa, Kal? Aku lihat kamu sepertinya lagi marah-marah dengan customer ini?” “Emm … anu Bang, umm … itu a—” “Saya hanya mau menyewa café ini selama 2 jam saja. Supaya Kaluna bisa fokus hanya melayani saya. Bisa?” Anggara menatap pada Reza dengan begitu santai. Bahkan ada segaris senyuman tipis di bibirnya. Mendengar itu, Reza mengernyitkan keningnya. Dia melihat ke arah Anggara dan Kaluna bergantian. Sedangkan Kaluna jadi dibuat salah tingkah oleh ulah Anggara. “Maaf, Pak. Kami tidak bisa memberlakukan kebijakan itu. Sebab di dalam café ini sendiri sudah c