BAB 1. Taruhan Gila

1567 Kata
"Lo harus cium cowok kemeja putih itu tepat di bibirnya!" “Hah?! Gimana? Gimana?” Intan dan Fanya langsung gelagapan mendengar tantangan gila dari Bella kali ini. Sedangkan Fay Kaluna langsung menganga karena begitu kaget dengan tantangan yang diberikan oleh Arabella, sahabatnya yang paling tajir melintir di antara mereka berempat. Dan dia juga yang paling hobi membuat taruhan di luar naral seperti saat ini. Gadis itu bahkan sampai menarik napas dalam-dalam. Menguatkan hati untuk melakukan tantangan itu dan memenangkan hadiah yang sangat menggiurkan. Sebuah iPhone 15 Plus berwarna pink dan kunci motor Vespa Primavera tergeletak di atas meja bundar di tengah-tengah mereka berempat. Tentu saja Kaluna tak bisa begitu saja melewatkan tantangan itu. Namun, ia merasa gugup. Bagaimana mungkin ia melakukannya? Mencium bibir laki-laki asing yang sama sekali tak dikenalnya. Senyum miring di wajah cantik Bella langsung terukir begitu dia melirik Kaluna yang tampak gelisah, sebab itu berarti si kuncir dua sangat tertarik dengan tantangan kali ini. Ah, ralat! Sangat tertarik pada hadiah kali ini. “Jadi gimana? Kalian siap?” Bella menggebrak meja. Fanya Karamoy langsung mengangkat kedua tangannya. “Si—” “Siap!” seru Fay Kaluna dengan sangat bersemangat, memotong Fanya yang kini ternganga melihat ke arahnya. “Nah, gitu dong!” Target terkunci, Bella membatin. “Jadi Kal, lo siap ya terima tantangannya?” Jelas sekali tujuan Bella condong pada Kaluna. Namun kedua teman lainnya tidak ada yang curiga satupun. Sebab kalau sudah menyangkut hadiah yang menggiurkan, Kaluna pasti akan maju duluan. Kaluna mengangguk sekali. Meskipun terlihat masih agak ragu, tapi itu sudah cukup bagi Bella untuk merasa keberhasilan rencananya sudah di depan mata. Hanya tinggal satu langkah lagi. “Hadiah taruhan kali ini cukup besar kan, Kal? Jadi, nggak mungkin dong kalau tantangannya hanya itu.” Bella tersenyum penuh arti. “Ahh! Sudah kuduga!” Intan sekarang yang menggebrak meja. Bella menatap lekat-lekat pada Kaluna, posisi kursi mereka memang saling berhadapan. Melalui tatapan tajamnya, Bella seakan sedang menghipnotis sang target utama dalam permainan ini. Fanya dan Intan ikut menahan napas menunggu ucapan jawaban Bella. “French kiss,” desis Bella lalu tersenyum tipis penuh arti. “Wowww!” seru Fanya dan Intan bersamaan. Kedua bibir mereka mengerucut. Lalu bagai dikomando, keduanya sontak menoleh pada Kaluna yang wajahnya berlipat-lipat seperti sedang berpikir keras dan rumit. Berulang-ulang Kaluna menatap bergantian antara hadiah taruhan di atas meja dengan punggung pria berbaju putih di sana. “Oke, gue terima tantangan lo.” Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Kaluna. “Wowww!” ulang Fanya dan Intan sambil menatap tak percaya pada Kaluna. “Yes!” desis Bella pelan. Lalu dia tersenyum jumawa sambil mengangkat handphone dan kunci motor, bahan taruhan kali ini. “Lakukan nggak kurang dari 15 detik. Dan handphone juga Vespa pink gue ini jadi milik lo, Kal!” “Oke.” “Serius lo, Kal?” Kening Intan mengernyit. “Dua teman om-om itu memang ganteng sih tadi pas nengok sini, tapi kan yang baju putih kita belum lihat tampangnya. Kalau giginya tonggos macam mana kau mau cium dia, Kal! French kiss pula. Ada gila-gilanya memang si Bella itu, nggak usah kau ladenin dia, Kal.” Jika logat bataknya sudah mulai keluar, itu tandanya Intan Berlian sedang dalam mode serius. Senyum tipis menghias wajah cantik polos Kaluna. Dia menunjuk pada dua hadiah yang sedang dipegang Bella. Bagi Kaluna kedua barang tersebut tentulah bernilai sangat tinggi. “Vespa dan iPhone kalau dijual lagi bisa sampai 70 juta lebih tuh, gue yakin pasti gue bisa!” Kaluna seperti biasa tidak akan gentar kalau sudah menyangkut soal uang. Dan Bella sangat paham kelemahan sahabatnya itu. “Alamak! Padahal mukanya paling orang baik-baik di antara kita berempat,” cetus Intan lagi. Senyuman Bella yang paling lebar ketika sudah melihat Kaluna berdiri lalu menggeser kursinya. Benar kata Intan, si Kaluna ini visualnya anak baik-baik banget. Dengan outfit paling kalem, rambut dikuncir dua lalu wajah cantiknya hanya dibalut riasan natural. Disebut anak kelas satu SMA pun pasti orang-orang akan percaya, padahal usianya sudah 19 tahun. “Doakan gue berhasil, kawan. Gue butuh uang itu!” Lalu Kaluna pun mulai berjalan lurus ke depan, menuju pada meja bundar berjarak sekitar 7 meter saja. Masih dalam satu café yang sama dengan mereka.yang masih ditempati tiga orang pria dewasa di sana. Sambil berjalan, diambilnya permen mint dari saku celana jeans dan dengan cepat mengunyahnya. Dia akan memastikan pria itu akan betah berciuman dengannya, selama minimal 15 detik. “Ehh ssttt! Ada gadis cantik liatin kita tuh sambil jalan kesini,” ucap seorang pria penghuni meja bundar biru yang memakai topi baseball hitam. “Mana? Ohh, iya. Buset tatapannya tajam banget, Neng! Tapi abang suka,” timpal seorang pria lainnya yang memakai kaos Polo kuning. “Bos, yakin nggak mau lihat? Dia makin dekat tuh!” Maksudnya adalah berbicara pada pria berkemeja putih yang duduknya memunggungi kedatangan Kaluna. “Loh! Kok dia makin dekat? Kayaknya memang mau kesini tuh anak,” ucap si topi baseball lagi. Hanya tinggal lima langkah lagi Kaluna akan mencapai meja bundar biru itu. Jangan ditanya bagaimana kondisi jantungnya sekarang? Jelas mengkhawatirkan karena degupnya yang semakin cepat dan cepat. “Huffttt!” Kaluna membuang napasnya dengan kencang. Telapak tangannya sudah mengeluarkan keringat dingin. Kalau bukan karena barang taruhan yang bernilai puluhan juta itu, sudah pasti dia tidak akan mau melakukan hal gila ini. Tepat ketika langkahnya berhenti di belakang punggung si pria kemeja putih, dia langsung menyentuh bahu pria itu. “Hai,” sapanya pelan. Tapi … sialan! Pria itu tidak menoleh padanya sama sekali. Kaluna mengepalkan kedua tangannya kencang-kencang. Dia sudah terlanjur sampai di sini, tidak ada gunanya lagi malu ataupun takut ditolak pria itu. Kaluna bertekad harus mendapatkan handphone dan Vespa milik Bella! Dengan langkah pasti, Kaluna kembali maju. Lalu entah setan apa yang mengajarinya menjadi super agresif begitu. Tiba-tiba dia angkat sebelah kaki jenjangnya, lalu melewati kedua paha si pria dingin. “Hei! Mau apa kamu?!” Suara bariton terdengar cukup kencang sebagai protes perbuatan lancang gadis di hadapannya. Namun Kaluna tidak peduli, dia telah duduk di pangkuan pria kemeja putih dengan posisi saling berhadapan. Tidak ingin melihat wajah si pria sebab dia takut muntah tiba-tiba jika benar apa yang dikatakan Intan, kalau-kalau pria itu bergigi tonggos. Kaluna memejamkan mata, lalu memegang kedua bahu pria yang korban taruhannya itu. Dengan akal pikiran nyaris gila, Kaluna langsung menempelkan bibirnya pada bibir si pria. “Arghhh menjijikan sekali! Ternyata seperti ini rasanya berciuman bibir, huekkk!” Kaluna membatin sambil bergidik. Tapi dia harus bisa tahan supaya dapat memenangkan taruhan itu. Pikirnya, percuma kalau dia menyerah sekarang, sudah tanggung malu, akan rugi sekali jika sampai kalah. “Emmpphhh!” Kaluna merasakan ada yang aneh sekarang. Kaluna membelalakan kedua matanya karena sangat terkejut, tapi tentu saja dia tidak bisa melihat wajah pria yang sedang diciumnya dengan jelas. Kedua tangan Kaluna mencengkeram kedua bahu si pria dengan kencang, tubuhnya benar-benar menegang. Sebab tiba-tiba tangan kiri pria itu memegang pinggang ramping Kaluna dengan sangat erat. Lalu tangan kanannya menahan kepala belakang Kaluna supaya tidak melepaskan ciuman mereka. Alih-alih Kaluna yang akan melakukan french kiss, seperti yang pernah dilihatnya di drama-drama korea. Justru pria itulah yang sekarang mendominasi keadaan. Dia mulai melahap bibir ranum Kaluna dengan lembut tapi semakin dalam. Dan entah bagaimana caranya, pria itu berhasil membuat mulut Kaluna terbuka, lalu mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kaluna, dengan tanpa permisi sedikitpun. Lidahnya dengan lincah bergerilya di sana, mencari-cari lidah basah Kaluna. “Wowww! Bibir perjaka Bos Anggara ternodai!” seru pria bertopi baseball sambil bertepuk tangan kencang. “Bos Anggara si penakluk wanita! Gila sih ini!” teriak pria berkaos Polo kuning. Meskipun masih dalam kungkungan si pria kemeja putih, Kaluna dapat mendengar jelas suara-suara di sekitarnya. “Bos Anggara? Apakah orang ini yang dimaksud bernama Anggara? Dan apakah Anggara yang sama dengan yang kukenal? Ah, dunia ini sangat luas, Kal. Nggak mungkin kan, Anggara yang sama.” Batin Kaluna sibuk sekali. “Dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas! Yeeee! Kaluna hebat, Kaluna menang!” seru Intan dan Fanya bersamaan. Sambil keduanya berdiri menyemangati sang sahabat yang masih berjuang di medan perang. “Kaluna, udah! Woi udah woi! Udah lewat 15 belas detik!” panggil Intan. Bella yang tadinya tersenyum riang, kini raut wajahnya mulai menegang. Dia ikut berdiri di samping kedua temannya. Memperhatikan Kaluna yang masih melakukan french kiss di sana. Mulutnya sampai sedikit menganga sebab tak disangkanya sama sekali akan terjadi hal di luar dugaan. Ya, Kaluna melepaskan pegangan kedua tangannya, lalu memukul-mukul ke punggung pria itu. Berharap dengan begitu bibirnya akan terbebas dari ciuman biadap itu. Benar saja, detik kemudian pria itu mulai meregangkan kedua tangannya, sehingga Kaluna bisa memundurkan kepalanya. Dan akhirnya benar-benar bisa melepas bibirnya dari hisapan si pria kemeja putih. Napas Kaluna tersengal begitu dirinya bebas menghirup udara segar. Dia masih terduduk di tempat semula dengan kepala agak pening. Sambil memegangi kepala yang berdenyut, Kaluna mengerjap-ngerjapkan mata. Gadis itu mulai bisa melihat siapa pria yang baru saja merebut kesucian bibirnya. Hemm atau lebih tepatnya dia yang menyerahkan bibirnya itu untuk pertama kali pada seorang pria. Angin sepoi menggoyangkan rambut si pria hingga jatuh menutupi dahinya Lalu dia mengusap bibirnya yang ternyata berwarna kemerahan untuk ukuran seorang laki-laki. Setelah tangannya merapikan rambut seadanya sambil menunduk, pria itu mulai menaikkan wajahnya dan menatap pada Kaluna lekat-lekat. Seketika kedua bola mata Kaluna membulat sempurna, mulutnya sedikit menganga karena kaget bukan main. “Aaaaargh Om Angga!” pekik Kaluna lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN