bc

MY ARROGANT BOSS

book_age16+
9.0K
IKUTI
92.0K
BACA
revenge
family
powerful
inspirational
drama
comedy
twisted
sweet
enimies to lovers
office lady
like
intro-logo
Uraian

Belvina dewana, perempuan yang berasal dari keluarga sederhana ingin meniti karirnya di sebuah perusahaan ternama ‘ EUGENE OFFICE ‘. Setelah impiannya terwujud, ternyata mimpi buruk justru datang menghantuinya ketika bertemu dengan anak sang pemilik perusahaan yaitu Barra Eugene yang berstatus sebagai CEO nya sendiri. Barra sengaja menerima gadis itu bekerja agar dirinya bisa membalas perbuatan Belvina dan membuat hidup gadis itu tidak tenang karena sudah berani melawan dan mempermalukan dirinya di awal pertemuan mereka yang tidak sengaja.

Krisis ekonomi di keluarganya membuat Belvina terpaksa harus tetap bertahan bekerja di perusahaan itu meskipun hari – harinya sangat buruk karena mengalami kecaman, amarah, penghinaan bahkan kekerasan dari Barra yang sangat arrogant itu. Banyak hal yang Barra lakukan untuk membuat Belvina tersiksa sampai akhirnya sebuah benih – benih cinta muncul tanpa sengaja. Siapa sangka? Seiring berjalannya waktu Barra justu jatuh cinta pada belvina dan dirinya berniat untuk mendapatkan hati gadis itu. Meskipun sulit, Barra akan melakukan segala cara demi mendapatkan Belvina. Tapi, sayangnya keluarga Barra tidak menyetujui jika Barra bersama Belvina yang bukan berasal dari keluarga kaya dan alhasil mereka tidak segan menyakiti Belvina serta melakukan berbagai cara untuk memisahkan mereka berdua.

Lalu? Akan kah Barra mendapatkan cinta Belvina? Mungkinkah mereka bisa bersama meskipun status keluarga yang berbeda 360 derajat antara si miskin dan kaya?

Kalau urusan cinta memang terlalu rumit! Bagaimana? Kalian sudah siap membaca cerita penuh kejutan dan akan mengaduk – aduk perasaan kalian? Silahkan masuk kedalam cerita ini untuk ikut merasakan kisah mereka.

chap-preview
Pratinjau gratis
M.A.B (1)
Pagi hari yang cerah disambut kicauan burung yang saling bersahutan. Seperti biasa, sebelum memulai aktivitas yang super sibuk, keluarga eugene mengawali paginya dengan sarapan bersama keluarganya di ruang makan megah miliknya. Meja besar yang terlihat mewah berwarna gold dan bangku kokoh tak kalah elegant yang terdapat di ruangan itu jika di perkirakaan sangat mahal dan hanya dimiliki oleh orang – orang yang bergelimang harta.   Ketika jarum pendek menunjukkan angka pukul tujuh pagi, semua makanan  sudah tertata rapih yang sudah disiapkan para pelayan di rumahnya. mereka pun memulai kegiatan makan bersama.   “ Selamat makan. “ Ucap Yazid ke arah istri dan kedua anaknya.   “ Oh iya, pah. Tadi Alcira telefon, katanya dalam waktu dekat ini dia akan pulang dari belanda karena project nya sudah selesai. “ Jelas Dilara, istri Yazid. Selesai bicara dia meneguk segelas s**u sapi untuk menjaga daya tahan tubuhnya selama beraktivitas nanti.   “ Bagus kalo gitu. Papah sudah kangen dengan anak sulung kita. “ Jawab Yazid sambil mengunyah makanan di mulutnya.   Mata yazid beralih melirik anak laki – laki semata wayangnya, Barra Eugene.   “ Gimana, Barra? Selama jadi pemimpin diperusahaan yang baru ini apakah ada kendala? “ tanya Yazid.   “ Sejauh ini belum ada kendala. Lagipula, ada pak Dirga yang selalu bantu aku. “ Jawab Barra sambil memakan waffle yang di atasnya terdapat telur orak – arik di lapisi mentega almond.   “ Papah sengaja menyuruh pak Dirga jadi asisten kamu, karena dia sudah sangat berpengalaman dan sudah mengabdi pada keluarga Eugene sejak zamannya kakek kamu. “ Terang Yazid.   “ Niana, apa kamu sudah merekrut karyawan baru? Ada beberapa posisi penting yang kosong harus segera di isi saat ini. “ Kini Yazid beralih bertanya pada Niana.   “ Hari ini mereka akan datang untuk interview. “ Niana menjawab sambil memakan salad buah kesukaannya di kala pagi hari.   “ Oke, papah percaya kamu bisa menemukan karyawan yang berkualitas.  “   Berbeda dengan kehidupan keluarga Eugene yang serba mewah dan apa – apa di layani, keluarga Dewana sangat sederhana. Mereka sarapan di atas meja makan  terbuat dari kayu tua yang di atasnya dipakaikan taplak meja bergambar batik, lalu hanya ada lauk – pauk sederhana. Meskipun Rumahnya yang kecil dan berada di perkampungan, tapi mereka tetap bersyukur walaupun hidup pas – pasan.   Tentu saja kehidupan yang sangat berbeda 360 derajat antara keluarga Eugene dan Dewana.   Tidak ada sarapan salad buah, s**u ataupun telur orak – arik yang berada di atas waffle karena hanya ada nasi goreng dan di atasnya di beri telur ceplok setengah matang ditemani teh hangat, tapi bagi keluarga Dewana itu merupakan sebuah kenikmatan.   “ Silahkan di nikmati makanannya, suamiku. “ Ucap Asri Dewana penuh semangat.   “ Terimakasih, istriku. “ Jawab Bani Dewana.   “ Kemana putri kita? “ tanya Asri belum melihat kedatangan anaknya.   “ Nah, itu dia. “ Bani menunjuk ke arah gadis jelita yang baru saja keluar kamar menggunakan rok di bawah lutut dan atasan kemeja di balut blazer.   “ Pagi, ibu, ayah. “ Sapa gadis cantik yang sudah rapih dengan pakaian kantor.   Gadis itu adalah Belvina Dewana atau biasa di panggil Belvi, anak perempuan satu - satunya dari Asri dan Bani yang kini menjadi tulang punggung keluarganya. Sebenarnya, orang tua Belvina punya usaha kedai cofee. Meskipun mempunyai kedai,  tentu saja itu tidak terlalu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kini semakin meningkat, apalagi kedai milik keluarga Dewana hanya usaha kecil.   “ Hari ini kamu interview di perusahaan yang pemiliknya sangat terkenal itu ya? siapa namanya? ibu lupa? “ tanya Asri.   “ Aku mau interview di perusahaan terbaru yang Eugene dirikan, bu. Pemiliknya kalau tidak salah bernama Yazid Eugene. “ Jelas Belvina sambil memakan nasi goreng sederhana buatan ibunya.   “ Iya, ibu baru ingat. Kemarin, ibu baca koran kalau anaknya Yazid Eugene akan meneruskan perusahaan terbarunya. Anaknya tampan sekali seperti artis. “ Ucap Asri heboh sendiri membuat Bani dan Belvina hanya tertawa saja. Maklum saja, kadang ibunya suka berlebihan.   “ ah ibu, ada – ada saja. “ belvina terkekeh. “ denis kemana? Gak ikut sarapan? “ tanya belvina melihat bangku yang biasa di tempati kakaknya masih kosong, pertanda lelaki itu belum muncul.   Asri menghela nafas kasar sebelum menjawab. “ belvi, kamu tau kan? Abangmu itu kalau malam kerjaannya begadang, giliran pagi dia tidur sampai sore! “ terang asri sambil menggelengkan kepalanya.   “ dia belum dapat kerjaan? “ tanya belvina lagi sambil memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya.   “ bukannya belum dapat, tapi dia nya aja yang gak mau cari. Orang kerjaannya tiap hari nongrong dan main game mulu. “ sahut bani.  “ sampai pusing sendiri ayah lihatnya. Kebutuhan kita banyak dan dia santai – santai aja. ”   Belvina tersenyum miris mendengar keluh kesah orang tuanya. kakaknya itu memang sudah lama menganggur sejak di PHK dari tempatnya bekerja karena ada pengurangan karyawan.   “ Semoga kamu lolos interview dan di terima bekerja secepatnya ya, nak. Biar bisa bantu – bantu perekonomian keluarga. “ Kata Bani penuh harapan.   “ Amin. Doain Belvi ya? “ senyuman penuh semangat tercetak diwajah Belvina melihat kedua orang tuanya mendoakan dan menaruh harapan besar padanya.   “ Amiin. ”    “ Ayo di makan yang banyak nasi nya. “ Asri menambahkan lagi nasi goreng ke piring Belvina agar putrinya itu banyak makan dan memiliki energi yang kuat.       **   Pagi hari yang harusnya terasa sejuk sepertinya tidak berlaku di perkotaan karena di selimuti asap kendaraan yang menyeruak di jalanan, Ditambah lagi bunyi bising klakson yang saling bersahutan dan para pengguna jalan yang tak sabaran membuat pagi hari jadi waktunya kisruh para pencari rupiah yang tak ingin terlambat  karena takut di marahi atasannya, sedangkan para pekerja berdasi yang memenuhi jalan dengan kedaraan beroda empat mewah terlihat santai saja.     “ Mas, bisa ngebut dikit gak? “ perintah Belvina kepada tukang ojek yang jalannya sedikit lamban.   “ Bisa mbak, tapi kan lagi macet? “   Belvina diam tidak menjawab karena memang benar adanya saat ini macet sekali, sehingga tidak ada celah untuk menyalip apa lagi ngebut.   “ Yaudah, saya turun disini aja, deh. “ Belvina mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu kepada tukang ojek itu.  “ Mas, ini ongkosnya. “   “ Loh, kok turun disini, mbak? “   “ Gak apa – apa. Saya bisa jalan kaki, kok. Gedung nya gak terlalu jauh dari sini.  “   “ Yaudah ini kembali uangnya, mbak. Kan, gak sampe tempat tujuan. “ Tukang ojek itu ingin memberikan kembalian uang yang Belvina kasih, tapi Belvina tolak.   “ Gak usah. Buat mas aja. “   “ Makasih, mbak. “ teriaknya.   Belvina pergi berlalu kepinggir jalan, lalu berjalan kaki menelusuri trotoar menuju gedung tempatnya akan melamar kerja. Dalam hati dia berdoa semoga tidak terlambat.   Setelah hampir sepuluh menit Belvina berjalan hingga kakinya terasa pegal karena menggunakan heels, akhirnya ia sampai juga di depan gedung megah yang menjulang tinggi dengan tulisan besar ‘ EUGENE OFFICE ‘.   Kepala Belvina mendongak memandangi gedung pencakar langit itu dengan tatapan takjub. “ Wah!!!! Keren banget kalau sampai aku diterima  kerja disini! “   Di saat lagi asik memandangi sekeliling kantor itu, ada suara berisik di dekatnya yang mengusik ketenangannya.   “ HEH! Pergi! Jangan di depan kantor saya! “ omel laki – laki yang masih berada di dalam mobil.   Belvina menoleh ke arah sumber suara, ia melihat lelaki di dalam mobil itu terus memaki pengemis kecil di depan gedung tanpa merasa kasihan sedikitpun. sedangkan anak kecil dengan wajah polos itu hanya diam saja di marahi, seolah - olah menggambarkan dia ingin meminta sesuatu, tapi takut mengatakannya.   Satpam yang lagi santai ngopi terpaksa mendadak menghentikan aktivitasnya dan langsung berlari ke depan gerbang kantor. Belvina juga ikut mendekati sumber kerusuhan untuk melihat lebih jelas siapa lelaki tak berperasaan itu.   “ Pak! Usir pengemis itu, jangan sampai ada di depan kantor! Kehadirannya seperti sampah! “ Ucap lelaki itu kepada satpam.   “ Baik, pak Barra. “   Ternyata lelaki yang sejak tadi marah - marah adalah anak tuan besar pemilik EUGENE OFFICE, yaitu Barra.   Belvina menghentikan langkahnya tepat di samping mobil Barra. Jendela mobilnya yang terbuka lebar membuat Belvina dapat melihat jelas lelaki itu sangatlah tampan dan dapat dipastikan siapapun akan jatuh hati dengan parasnya, tapi mengetahui sikapnya yang sangat buruk seperti ini, membuat Belvina sama sekali tidak tertarik.   “ Permisi? “ sapa Belvina berusaha ramah.   “ Kamu siapa? pengemis juga? “ tanya Barra seenak jidatnya saja.   “ Pengemis? “ mata Belvina melebar sambil menggertakan giginya. “ Heh, bodoh! enak aja kamu bilang saya pengemis! Kamu gak lihat? saya pakai baju kantor dan rapih begini kamu sebut pengemis? “ Protesnya dengan nada bicara penuh emosi.   “ Kamu bilang saya bodoh? “ alis Barra saling bertautan. “ Saya itu lulusan universitas ternama dan memiliki IQ yang tinggi? Tidak pantas orang rendahan seperti kamu itu bilang saya bodoh! “ balas Barra tak menyaring terlebih dahulu ucapannya.   Belvina melongo.   “ Bahkan, otakmu saja tak ada gunanya jika dibandingkan dengan otak saya yang berisi sejuta ide brilliant! “ lanjut Barra dengan raut wajah penuh kesombongan.   Tangan belvina terkepal kuat, dia ingin meninju mulut lelaki itu hingga giginya rontok tak tersisakan, tapi ia mengurungkan niatnya karena saat ini dia tidak ingin membuat keributan di depan kantor tempatnya akan melamar kerja.   “ Kenapa diam? Betul kan, apa yang saya katakan? “ Barra tersenyum puas melihat ekspresi Belvina terlihat kesal. “ Lain kali jaga ucapanmu, wanita bodoh! “ selesai bicara, Barra menutup jendela mobilnya, lalu pergi berlalu.   “ Tarik nafas….. Buang secara perlahan! “ ucap Belvina mengatur dirinya agar tidak terlalu emosi. “ Dasar lelaki tidak tau diri! Mulutnya tidak dijaga! Percuma saja dia kuliah di universitas ternama kalau tidak ada etikanya! “ cibir Belvina sambil menghentakkan kakinya. Dia menoleh ke arah anak kecil itu yang masih berusaha di usir oleh pak satpam.    “ Pergi! Jangan duduk di dekat pintu gerbang! bikin jelek pemandangan saja! “ omel satpam yang sedang mengusir pengemis kecil berbaju lusuh dan kotor.   “ Dasar gembel! “ caci satpam yang memiliki perut buncit itu.   “ Pak? “ belvina mendekati satpam itu.    “ Selamat pagi?  “ satpam itu mendadak ramah menyapa Belvina. “ Ada yang bisa saya bantu? “   Belvina tidak menjawab, dia berlutut di depan anak kecil itu, lalu merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan seluruh duit yang ada di kantongnya.   “ Ini buat kamu, dek. “ Belvina menyodorkan uangnya dan langsung di ambil oleh anak itu dengan penuh senyuman.   “ Makasih, kak. Semoga rezekinya lancar. “ Doa anak kecil yang kini terlihat senang mendapatkan uang itu, seperti ada secercah harapan di wajahnya karena hari ini bisa membeli makan.   “ Amin. “  Tangan Belvina mengelus kepala si kecil membuat satpam buncit itu memandang jijik melihatnya karena anak itu terlihat kotor, sedangkan Belvina sendiri sama sekali tidak merasa jijik sedikit pun.     TIN…. TIN…..     Bunyi klakson mobil membuat Belvina terkejut dan segera berdiri karena saat ini dia berada di tengah – tengah pintu masuk.   “ Maaf. “ Belvina berdiri dan minggir bersama pengemis itu.   Ternyata, mobil yang tadi membunyikan klakson berhenti dan membuka jendela.   Belvina terkesima setelah melihat lelaki yang baru saja menunjukkan wajahnya itu hampir sama tampannya seperti pria tak berperasaan tadi, membuat paginya yang sedikit suntuk jadi terasa sejuk karena lelaki itu tersenyum kepadanya.   “ Hey bocil! Sini! “ panggil lelaki itu kepada si pengemis.   “ Apa om? “ tanya nya seraya berjalan menghampiri lelaki di dalam mobil itu.   “ Jangan panggil om, dong. Panggil abang aja, kan saya masih muda belom om – om. “ lelaki itu tertawa kecil, lalu memberikan selembar uang seratu ribu rupiah. “ nih, buat makan ya, jangan buat pacaran. “   Pengemis itu langsung mengambil uang pemberian lelaki ramah itu dengan wajah sumringah. “ Makasih, bang. “ setelah itu dia pergi berlalu.   Belvina terdiam memandangi lelaki yang kini ikut menatapnya.    “ Duluan. “ Ucap lelaki itu kepada Belvina seraya menutup perlahan jendela mobilnya.   “ Udah ganteng, baik, murah senyum lagi. “ Belvina merasakan jantungnya berdebar - debar. “ Gak kayak yang pertama tuh, udah pemarah dan suka menghina lagi! “ Belvina jadi naik darah jika mengingat Barra.   “ Mbak….mbak….” Panggil satpam membuyarkan lamunan Belvina.   “ Eh, iya pak? “   “ Mau masuk atau diam di sini? “   “ Sa—saya mau masuk. “ Belvina bergegas masuk ke dalam gedung dan naik menuju lantai yang telah di infokan untuknya interview.     **   Barra Eugene berjalan bersama kedua lelaki yang berada di belakangnya. Sebut saja Zayn Eugene, dia adalah sepupu Barra yang juga bekerja di perusahaan itu sebagai manajer keuangan dan satu lagi Devo Atalas, teman dekat Barra sejak kecil.   Ketiga lelaki berparas tampan dan bertubuh atletis itu berjalan menelusuri koridor menuju ruang rapat. Kalau mereka bertiga sudah lewat di depan para karyawan, pasti para pekerja perempuan  yang tadinya berkutik dengan tugasnya masing – masing mulai curi – curi pandangan ingin melihat para atasannya yang terlalu tampan dan tentu saja yang paling mencuri perhatiannya adalah si CEO berwajah dingin itu yang ketampanan nya sangat tidak wajar.   “ Boss kita ganteng banget, ya. “ Bisik – bisik para karyawan muda yang matanya tak bisa berkedip melihat pangeran rupawan.   Ketika baru saja masuk ke dalam ruang rapat, Barra menghentikan langkahnya saat perempuan yang wajahnya sangat mirip dengan dirinya menghadang jalannya.   “ Barra, kakak gak ikut rapat karena Hari ini kakak mau recruitmen langsung karyawan baru. “ Ucap Niana.   “ Hmm. “ Barra hanya berdehem.       BUKK….     Niana meninju kencang setengah bahu Barra.   “ Aw… sakit, kak! “ ringis Barra, tapi Zayn dan Devo hanya tertawa saja.   Barra yang terkenal suka pemarah dan tidak takut pada siapapun, hanya bisa di taklukkan oleh Niana saja, kakak yang paling dekat dengannya.   “ Hmm itu buka jawaban! Apa susahnya bilang IYA? “ omel Niana karena adiknya itu selalu menjengkelkan.   “ Iya… iya… iya…  “ jawab Barra dengan wajah datar.   “ IYA nya gak usah kebanyakan juga kali! “ Niana masih melanjutkan omelannya.   “ Tuh, kan? udah jawab yang bener juga masih di omelin! serba salah emang jadi laki – laki! “ Barra menghela nafas kasar.   “ Yaudah, kakak mau ke ruang interview. “ Niana keluar ruang rapat menuju ruang recruitment.   “ Kalo bosen jadi laki, berubah aja jadi perempuan. “ Ledek zayn mendapat tatapan tajam dari Barra.   “ Gak lucu! “ balas barra ketus, lalu ia kembali melanjutkan langkahnya ke dalam ruangan.   “ Dih, lagi di kasih tau malah ngeyel! “ gerutu Zayn. “ Emang tadi gue ngelawak ya? “ tanya Zayn pada Devo.   “ Emang tadi lo bilang apa? gue kurang denger. “ Devo bertanya balik.   “ Tadi gue bilang ke Barra, kalo dia bosen jadi laki – laki dia bisa jadi perem….”   “ Seriusan, gak lucu! “ potong Devo seraya berjalan meninggalkan Zayn yang belum selesai bicara.   Zayn hanya bisa mengelus d@da saja melihat sepupu dan temannya meninggalkannya.   “ Not have akhlak! “ ** JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL LOVE UNTUK MENSUPORT :)

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
220.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.0K
bc

My Secret Little Wife

read
116.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook